30 April 2024
HomeBeritaAhli Toksikologi Kimia UI Sebut Paparan Bromat Secara Berulang Berpotensi Picu Karsinogenik

Ahli Toksikologi Kimia UI Sebut Paparan Bromat Secara Berulang Berpotensi Picu Karsinogenik

SHNet, Jakarta-Zat kimia bromat bisa menyebabkan gangguan kesehatan jika masuk ke dalam tubuh dalam paparan yang berlebih. Hal itu disebabkan bromat merupakan zat asing atau xenobiotik yang tidak dibutuhkan dalam tubuh manusia.

“Pada prinsipnya tubuh kita tidak membutuhkan bromat. Jadi, kalau zat asing bromat ini masuk ke dalam tubuh dalam paparan yang berlebih, dia bisa menyebabkan gangguan,” ujar Ahli Toksikologi Kimia Universitas Indonesia, Budiawan, baru-baru ini.

Dia mengatakan bromat itu sangat stabil di dalam tubuh dan hanya sedikit yang direduksi menjadi ion bromida yang lebih tidak toksik atau berbahaya. Kalau terakumulasi, lanjutnya, senyawa bromat ini memiliki sifat persisten. “Artinya, bertahan dalam waktu tertentu yang tidak mudah tereliminasi,” katanya.

Biasanya, kata Budiawan, orang yang keracunan bromat pada awalnya mengalami diare, mual, muntah, dan pusing, sama seperti gejala keracunan zat kimia berbahaya lainnya. “Untuk jangka panjangnya kalau orang terpapar terus-menerus secara berulang, bromat ini juga bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan yang dugaannya berpotensi ke arah karsinogenik,” tuturnya.

Menurutnya, bromat itu biasanya dikembangkan sebagai metil bromat yang berguna sebagai fumigasi. Fumigasi itu dalam dunia industri  berfungsi untuk mengawetkan makanan. “Zaman dulu metil bromat ini digunakan untuk makanan supaya produk-produk yang dikirim untuk jarak jauh itu tidak rusak,” ucapnya.

Sementara, lanjutnya, pada proses produksi air minum dalam kemasan (AMDK), biasanya dilakukan desinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang berbahaya bagi manusia dengan cara ozonisasi. “Nah, penggunaan ozon ini dapat memicu terbentuknya senyawa hasil samping desinfektan yang berbahaya, salah satunya yaitu bromat,” katanya.

Dia menjelaskan Bromat ini umumnya tidak ditemukan di sumber air tanah. “Tapi, umumnya Bromat itu bisa terbentuk akibat dilakukannya proses desinfektan dengan ozon,” tuturnya.

Dia mengutarakan ison Bromida yang terdapat dalam air minum kemasan itu kemungkinan berasal dari limbah-limbah industri yang dibuang ke sungai dan berada di sekitar sumber airnya. “Limbah dari produk industri yang mengandung ion Bromida itu berpotensi mencemari lingkungan yang dikhawatirkan juga bisa mencemari air-air tanah di sekitarnya,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Dosen Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), Handajaya Rusli. Dia menyebut keberadaan senyawa bromat dalam air minum kemasan tergantung kepada lingkungan dari sumber air yang digunakan. Menurutnya, biasanya, senyawa bromat ini lebih banyak terdapat dalam air kemasan yang sumber airnya telah tercemar limbah industri atau pabrik.

“Kalau tidak terjadi pencemaran, sebenarnya di air minum nggak ada bromatnya. Tapi, karena ada limbah pabrik yang mengandung bromida di sekitar sumber airnya, barulah air kemasan yang berasal dari sumber air itu bisa mengandung bromat,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa senyawa bromat ini terjadi karena ada ozonolisis dari unsur bromida. “Jadi, kalau ada unsur bromida dan dikasih ozon, itu ada peluang terbentuk bromat,” tukasnya.

Jadi, tegasnya, jika sumber air kemasan itu dekat-dekat dengan pabrik yang menggunakan Bromida dan limbahnya dibuang langsung ke sungai, air kemasan dari sumber airnya itu berpeluang mengandung bromat. “Kalau ada pabrik yang memakai bromida terus dibuang langsung ke sungai, itu baru mungkin ada senyawa bromatnya,” tuturnya.

Department of Health New York State menyatakan bahwa konsumen yang terpapar bromat dalam jumlah besar bisa menyebabkan resiko kanker. Pada uji yang dilakukan terhadap hewan laboratorium terbukti paparan bromat dalam jumlah besar dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan efek sakit ginjal. Paparan bromat tingkat tinggi dalam jangka panjang juga menyebabkan kanker seperti yang sudah diuji coba pada tikus.

Karenanya, bagi para produsen makanan dan minuman diwajibkan untuk melaporkan secara berkala terkait kandungan kadar bromat tersebut.

Departemen Kesehatan Negara Bagian di New York ini menyebutkan setiap air mineral pasti memiliki kadar bromat di dalamnya. Namun, untuk memperkecil risiko terjadinya kanker akibat minum air kemasan mengandung bromat, maka ditetapkan batas aman kandungan zat ini di air mineral.

Dikatakan, bromat memang cukup berbahaya. Beberapa orang yang mengonsumsinya dalam jumlah besar juga akan mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut. Tidak hanya itu, beberapa orang yang mengonsumsi bromat konsentrasi tinggi juga mengalami efek ginjal, sistem saraf, dan gangguan pendengaran. (cls)

 

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU