SHNet, Makassar — Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan.
We Are Social mencatat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori “sedang”.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital di Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin, secara daring.
Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital.
Melalui program tersebut, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Acara yang mengusung tema “Kenali Jenis –jenis Dompet dan Transaksi Digital” menghadirkan narasumber Founder Yayasan Komunitas Open Source Arief Rama Syarif ST M.Kom; Relawan TIK Sulbar dan CEO Multimedia Organizer Sulbar Abdul Wahab SE; Pegiat Japelidi dan Dosen UIN Alauddin Makassar A Fauziah Astrid S,Sos M.Si.
Arief Rama Syarif mengungkapkan, dompet digital atau e-wallet merupakan
layanan yang bersifat elektronik dan berfungsi untuk menyimpan data sekaligus sebagai instrumen pembayaran. Dompet digital dapat digunakan untuk transaksi baik secara online maupun offline.
Terdapat berbagai pilihan dompet digital yang dapat digunakan di Indonesia antara lain, Link Aja, Ovo,Gopay, Shopeepay, dan Dana.
“Pertumbuhan e-wallet terus meningkat. Dompet digital semakin banyak digunakan karena tawaran fasilitas diskon, promo, dan lebih praktis tanpa perlu menyimpan dompet kulit di dalam celana. Cukup melalui telepon seluler saja masyarakat sudah bisa melakukan transaksi dan pembayaran,” tutur dia.
Terkait keamanan digital atau digital safety, Abdul Wahab menjelaskan, aktivitas digital yang tinggi sebenarnya turut membuka munculnya potensi buruk seperti ancaman penipuan dan pencurian akun. Sehingga, pihak-pihak terkait harus mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya aspek keamanan digital, misalnya melalui seminar, diskusi, maupun pelatihan sehingga warganet dapat melindungi data atau identitas pribadinya di internet.
Menurut dia, berdasarkan data
Kepolisian RI, pada tahun 2020 tercatat 7.124 kasus penipuan, 1.477 kasus pencemaran nama baik, 903 kasus pengancaman, serta 312 kasus pornografi.
Tingginya kasus penipuan digital
seharusnya membuat warganet semakin waspada dan berhati-hati dalam berbelanja online dan dapat memastikan bertransaksi dengan penjual dan toko terpercaya.
Untuk dapat melindungi diri, kita harus pahami dulu bagaimana fitur-fitur yang akan diakses dalam perangkat digital. Misalnya, sebelum men-download (unduh) harus memastikan sumber aplikasi yang resmi, kemudian pastikan kesesuaian aplikasi dan media penyimpanan yang cocok dengan perangkat yang digunakan,” imbuh Abdul.
A Fauziah Astrid menambahkan, berbagai fasilitas yang diberikan dompet digital membuat orang mudah terpancing untuk membelanjakan uangnya, akibatnya hal tersebut turut memicu warganet menjadi semakin boros. Beberapa kiat yang dapat diterapkan untuk berhemat menggunakan dompet digital antara lain, memetakan setiap kebutuhan sebelum berbelanja, menentukan batas saldo, ada anggaran khusus penambahan uang belanja, mencatat setiap pengeluaran, serta menghindari fasilitas pay later atau pembayaran cicilan.
“Jangan tergoda dengan bujukan fasilitas pay later, karena terkadang akan membuat kita terjebak untuk berhutang. Kalau tidak bisa berbelanja, ya sudah uang di dompet digital disimpan lagi, tapi jika sudah bisa mengisi saldo barulah berbelanja kembali,” ujar Fauziah memberikan tips hemat.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan
sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu
mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi. (Stevani Elisabeth)