11 December 2024
HomeBeritaKesraCitarum, Sungai untuk Kehidupan dan Ketahanan Nasional

Citarum, Sungai untuk Kehidupan dan Ketahanan Nasional

SHNet, Jakarta- Citarum, sungai yang melintasi 13 kabupaten/kota di Jawa Barat merupakan sumber kehidupan.

“Masyarakat yang ada di 13 kabupaten/kota ini sangat tergantung pada kualitas air Citarum. Masyarakat menggunakan air Citarum untuk menyirami lahan pertanian, kebun sayuran, air minum bagi ternak mereka. Palija menggunakan air Citarum untuk air minum dan PLTU untuk pembangkit listrik,” ujar Prof. Dr. rer.nat. Martha Fani Cahyandito, S.E., M.Sc, penulis buku “Citarum, Sungai untuk Kehidupan, Sungai untuk Ketahanan”, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Sayangnya, lingkungan Sungai Citarum terus mengalami degradasi akibat penggundulan hutan, alih fungsi lahan, pencemaran, serta maraknya kegiatan ekonomi yang bersifat eksploitatif dan tidak memerhatikan kaidah konservasi.

Buku dengan 123 halaman ini menawarkan pemahaman atas berbagai masalah yang dihadapi Sungai Citarum mulai dari segi ketahanan lingkungan, sosial-ekonomi, serta kebijakan publik yang melingkupinya. Buku ini juga berupaya memberi rekomendasi solusi bagi masalah-masalah tersebut menggunakan pendekatan komprehensif, dengan harapan lingkungan DAS Citarum bisa pulih serta memberi sumbangsih dalam mendukung ketahanan nasional di masa depan.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc. menyatakan bahwa buku ini ditulis dengan sangat baik karena menyajikan data dan menganalisa situasi di lapangan.

“Buku ini tidak hanya menjadi edukasi bagi masyarakat umum tetapi juga menjadi referensi bagi kami sebagai pembuat kebijakan. Semoga buku ini juga menjadi inspirasi bagi penulis buku yang lain untuk menulis tentang sungai-sungai lainnya di Indonesia”.

Menurutnya, membahas masalah lingkungan itu multi disiplin ilmu.

“Buku ini memuat data sosial dan aspek lingkungan sangat lengkap. Ekonomi juga lengkap. Baca buku ini, kita bisa tahu, apa yang harus kita kerjakan. Seperti daerah Gunung Wayang sekarang sudah ditanami kopi. Foto-foto sampah di buku ini, jarang ditemukan lagi karena TNI aktif membersihkan limbah domestik. Yang masih jadi pekerjaan rumah (PR) di Citarum adalah limbah industri,” papar Sigit.

Ia menambahkan, kota berbudaya itu terlihat dari kebersihan sungainya.

Arief Yudo Wibowo yang mewakili pihak penerbit, PT Jaya Impian Abadi menyatakan bahwa Buku Citarum ini adalah produksi buku ke enamnya. Namun selama ini buku yang diproduksi mengenai wisata alam dan budaya dengan konsep coffee table book.

“Jika sebelumnya kami berbicara konservasi alam dari sisi keindahan alamnya, kini kami tertantang untuk membuat buku yang membicarakan konservasi alam dari permasalahan yang dialami, kerusakannya dengan pembahasan multi aspek di dalamnya,” kata Arief. (Stevani Elisabeth)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU