SHNet, Jakarta– Bahasa merupakan alat pemersatu bangsa, di era Sumpah Pemuda bahasa Indonesia yang mempererat perbedaan suku bangsa dengan berbagai bahasa yang ribuan jumlah di Nusantara. Namun kini, ketika merdeka Indonesia harus mengalami tantangan baru dengan adanya digitalisasi di mana lambat laun bahasa kurang diperhatikan penggunaannya.
“Ada pengaruh perkembangan dunia digital terhadap penggunaan Bahasa Indonesia
dengan tata bahasa yang baik dan benar. Di mana menurutnya media sosial saat ini sangat rentan terhadap terjadinya multi tafsir, karena itu perlu kecermatan memilih dan menuliskan kata dengan tepat,” kata Koordinaror Layanan Perpustakaan Universitas Indonesia, Kalarensi Naibaho saat webinar Literasi Digital wilayah Jawa Barat I, Kabupaten Purwakarta, Rabu (16/6/2021).
Oleh karena itu literasl digital diperlukan untuk edukasi masyarakat. Sebab ada dampak permasalahan berbahasa akan menjadi besar. Diketahui dari 274 juta penduduk, terdapat 170 juta yang memakai sosial media dengan penetrasi yang cukup besar. Belum lagi dihitung pertumbuhan 27 juta pengguna internet selama tahun 2020 hingga 2021. Sumber informasi yang diakses masyarakat saat ini masih mempercayai televisi, namun media digital menjadi andalan saat ini.
“Budaya digital soal teks menjadi sangat luar biasa penyebarannya, sebab secara otomatis sebagai yang memproduksi teks setiap hari. Lalu bagaimana jika 170 orang tersebut tidak menggunakan bahasa yang baik,” ujar Kalarensi lagi.
Apalagi penyebaran bahasa dengan budaya digital ini terhitung sangat massif setiap harinya. Lebih jauh Kalarensi mengungkapkan, penggunaan bahasa yang baik dan benar tidak semata-mata untuk melestarikan bahasa itu sendiri. Namun juga menghindari dari jerat-jerat hukum akibat salah penafsiran.
Selanjutnya dibutuhkan panutan atau role model, yang secara konsisten menunjukkan sikap dan perilaku berbahasa yang baik dan benar. Bisa guru, orang tua, pejabat, tokoh publik, atau selebgram terait penggunaan bahasa. (Stevani Elisabeth)