15 October 2024
HomeBeritaKesraGerakan Melawan Stunting HaloPuan Menyapa Warga Kota Bandung

Gerakan Melawan Stunting HaloPuan Menyapa Warga Kota Bandung

SHNet, Bandung– Kasus stunting di Kota Bandung selama pandemi Covid-19 meningkat. Data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan kejadian stunting pada 2019 sebanyak 6,53 persen naik menjadi 8,93 persen pada 2021.

Hasil survei Dinas Kesehatan Kota Bandung juga menunjukkan ada 9.567 balita dari 107.189 balita di Kota Bandung yang mengalami stunting.

Puan Maharani melalui HaloPuan fokus kepada upaya melawan stunting karena dalam jangka panjang stunting bisa berdampak pada perkembangan kecerdasan dan peforma kerja anak saat dewasa.

Gerakan Melawan Stunting HaloPuan memasuki Gang Manunggal di Kampung Sayuran, Kelurahan Cijerah, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, pada Minggu (12/12).

DPC PDI Perjuangan Kota Bandung yang bergotong royong dengan HaloPuan memilih lokus gerakan ini di Cijerah. Kelurahan ini berbatasan langsung dengan Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung. Penduduk Cijerah sebagian besarnya berprofesi sebagai buruh, pedagang, dan pegawai swasta.

Acara Gerakan Melawan Stunting di Cijerah ini dihadiri oleh anggota DPR RI Nico Siahaan, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bandung, Ahmad Nugraha, dan Anggota DPRD Jawa Barat Rafael Situmorang. Dari pemerintahan kota, hadir Sekretaris Camat Bandung Kulon, Latief, dan Lurah Cijerah, Kartila Muna Elza.

Koordinator Relawan HaloPuan, Poppy Astari mengatakan, setelah datang ke berbagai wilayah di Jawa Barat, HaloPuan melihat bahwa angka kejadian stunting cukup tinggi di daerah industri dan padat penduduk. “Ini karena ibu dan bapak yang bekerja cenderung kurang memperhatikan asupan gizi yang seimbang bagi anak-anak mereka,” katanya.

Menurut Poppy, Puan Maharani melalui HaloPuan fokus kepada upaya melawan stunting bukan hanya karena stunting berkaitan dengan kondisi pendek tubuh anak. “Tapi dalam jangka panjang stunting bisa berdampak pada perkembangan kecerdasan dan peforma kerja anak saat dewasa,” ujarnya.

Sementara itu, Nico Siahaan. Anggota DPR RI dari Dapil Kota Bandung dan Kota Cimahi ini menjelaskan, semua warga yang datang ke acara ini adalah ibu-ibu hamil dan ibu-ibu menyusui. “Anak-anak ibu-ibu 24 tahun lagi akan menjadi bagian dari penduduk Indonesia berusia produktif. Nah, bonus demografi pada 2045 yang akan Indonesia peroleh itu tidak akan bermanfaat jika sekarang anak-anak kita mengalami stunting,” ujarnya.

Nico mengapresiasi HaloPuan karena datang dengan solusi nyata untuk melawan stunting, yakni dengan memanfaatkan kelor, tanaman yang mudah ditemui di Tanah Air. “Ibu-ibu, kelor itu sangat berguna dalam menyeimbangkan asupan gizi kita,” katanya.

Ahmad Nugraha gaya khas sundanya yang kadang kocak menjelaskan mengapa ibu-ibu harus memperhatikan asupan bagi anak-anak dengan lebih mengutamakan makanan produksi rumahan. “Nah, ini luar biasa karena HaloPuan memperkenalkan bubuk daun kelor untuk ibu-ibu olah,” katanya.

Ahmad Nugraha kemudian menantang ibu-ibu yang hadir untuk menjelaskan apa itu stunting dan bagaimana upaya mereka dalam memberi asupan bagi anak-anak. Di luar dugaan hadirin, berdiri seorang ibu muda bernama Fitria. Dia mengatakan bahwa hari-hari ini tengah giat membuat makanan pendamping ASI sendiri bagi anaknya. “Karena itu saya berterima kasih kepada HaloPuan dan Ibu Puan yang telah memberi informasi soal bubuk daun kelor ini,” katanya dengan suara lantang.

Staf pada UPT Puskesmas Cijerah, Sinta Santika, yang menyampaikan penyuluhan mengenai bahaya stunting mengatakan stunting tidaklah berkaitan dengan kemiskinan melainkan pola asuh dan perilaku kita sebagai orang tua dalam memberi asupan kepada anak-anak. Dia juga membenarkan pernyataan Nico Siahaan bahwa bubuk daun kelor mampu menyeimbangkan asupan gizi. “Ini karena daun kelor mengandung 7x vitamin C pada jeruk, 4x vitamin A pada wortel, 2x protein pada yoghurt, 4x kalsium pada susu, dan 3x potasium pada pisang,” paparnya.

Gerakan Melawan Stunting di Cijerah dihadiri oleh 170 warga. Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan pembagian paket makanan tambahan, termasuk 450 gram bubuk daun kelor, dari Puan Maharani. “Terima kasih Bu Puan. “Saya akan menggunakan bubuk kelor ini untuk membuat berbagai menu asupan bagi anak saya,” kata Fitria.

HaloPuan adalah lembaga sosial Puan Maharani yang bergerak bersama warga dalam mengatasi masalah-masalah sosial di masyarakat. Selain Gerakan Melawan Stunting, HaloPuan juga bergerak untuk membangkitkan kembali kesenian tradisional di kota-kota dalam Gerakan Kota Berbudaya dan meningkatkan kesadaran kita bersama kepada kesetiakawanan sosial dalam Gerakan Wira-Wira Sosial. (Stevani Elisabeth)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU