13 January 2025
HomeBeritaIndonesia Harus Bersiap, Dunia Akan Menjadi Multipolar

Indonesia Harus Bersiap, Dunia Akan Menjadi Multipolar

Oleh: Muhaimin Iskandar

1. Situasi ekonomi politik dunia tdk stabil dan penuh tantangan (spt kata BIN – 2023 adalah tahun yang gelap, dan Jokowi – 16 negara terancam bangkrut.

2. Konflik militer di Ukraina, mempengaruhi semua aspek Hub. Internasional, a.l :

a. perang ekonomi besar antara Koalisi Barat vs Rusia.
– institusi keuangan dan perdagangan internasional tidak netral politik, artinya, mereka digunakan oleh barat sebagai senjata untuk mengintimidasi, blackmail, dan menghancurkan ekonomi negara lain yang dinilai tidak sejalan.

– Contoh: Penyitaan aset cadangan devisa dan aset pribadi (warga) Rusia, serta dikeluarkannya Rusia dari sistem transaksi keuangan internasional mengejutkan seluruh dunia. Menimbulkan kekuatiran luas bagi banyak negara.

– Cara ini pernah dilakukan di Iran, Venezuela, dan Afganistan (pembekuan cadangan devisa Iran, penyitaan cadangan emas Venezuela, dan juga pembekuan cadangan devisa Afganistan)

b. perang komoditi yang dilancarkan Koalisi Barat terhadap negara negara penghasil komoditi. Perang untuk tujuan mengendalikan agar harga komoditi tetap murah.
– Barat Berusaha mengembargo energi fosil Rusia, agar harga energi dunia bergejolak, dan rantai pasok energi dunia terganggu. Usaha ini gagal

– koalisi barat beralih dengan penerapan senjata ekonomi baru, yaitu, price cap, Kebijakan batas harga minyak Rusia.
– negara anggota OPEC terkejut, jika berhasil diterapkan ke Rusia berpotensi diterapkan ke negara produsen minyak dan energi lainnya. Bahkan terhadap semua jenis komoditi. OPEC+ langsung bereaksi dengan memangkas produksi 2 juta barel/hari.

Apa dampak perang ekonomi di atas?
“Potensi krisis pangan dunia menjadi ancaman nyata di tahun 2023 ini”

1. Akibat kenaikan harga gas maka harga pupuk pun naik. Produksi pertanian jadi terganggu. Juga banyaknya pabrik pupuk yang mengurangi/berhenti berproduksi terutama di Eropa.
2. Produksi pangan yang terganggu karena beberapa lumbung pangan tidak bisa berproduksi karena menjadi zona konflik militer seperti di Ukraina.
3. Gangguan dalam rantai perdagangan pangan akibat sanksi ekonomi. Sanksi barat terhadap ekspor pangan dan pupuk Rusia yang merupakan produsen besar di dunia menjadi salah satu penyebab ancaman krisis pangan global.
4. Hampir semua negara negara pasar utama bergulat dengan inflasi tinggi dan bahaya resesi.
5. Bank sentral dari negara negara pasar utama mengerek suku bunga. Sebagai akibat nya terjadi kekeringan likuiditas di negara-negara berkembang dan yang ekonominya lebih lemah.
6. Ancaman baru pun muncul yaitu pelemahan kurs mata uang termasuk rupiah.

Itulah beberapa tantangan dari situasi ekonomi global yang akan kita hadapi ke depan ini.

Bagaimana dampaknya dgn Indonesia?

1. WTO melakukan hal mirip (paksa ekspor dan batas harga) dgn memaksa Indonesia untuk mengekspor nikel dalam bentuk ore. Jokowi sudah melawan.

Menurut saya Indonesia harus bersiap terutama dalam hal:

1. Ketahanan Energi. Kebijakan energi harus diletakkan dengan menghitung secara cermat neraca energi nasional. Kita importir besar untuk minyak, surplus energi adalah gas dan batubara. Upaya upaya untuk menutupi kekurangan produksi minyak harus menempatkan kepentingan nasional sebagai yang utama: mengusahakan harga terbaik dan supplayer yang handal. Perluasan struktur energi nasional harus berbasis sumber energi dimana kita mengalami surplus.

2. Ketahanan Pangan. Produksi pangan nasional harus ditingkatkan. Produksi pangan nasional kita, terutama komoditi pangan strategis masih belum cukup aman. Belakangan kita mendengar masih ada kebutuhan impor beras, dan impor komoditi pangan lainnya seperti gula, kedelai dsb.

Dulu saya ingat kunci Orde Baru dalam swasembada pangan (beras, gula dll) adalah konsep wajib tanam, misalnya TRI (Tebu Rakyat Indonesia). Tentu konsep ini harus disesuaikan, karena dulu beban untuk produksi pangan sepenuhnya ada di pundak petani petani kecil yang secara bergiliran harus wajib tanam.

Bagaimana caranya?

Saat ini tanah tanah negara yang produktif puluhan juta hektar terkonsentrasi dalam konsesi-konsesi perkebunan atau pertambangan. Kenapa tidak misalnya pemegang konsesi diwajibkan mengalokasikan 5 atau 10% dari luas tanah konsesi nya untuk ikut bertanggungjawab menanam komoditi pangan strategis. Saya kira karena disini ada Duta Besar Rusia kita bisa bertanya bagaimana Rusia sebelum tahun 2000 adalah importir pangan besar kini bisa menjadi eksportir pangan utama di dunia.

3. Menguatkan mata uang nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar. Sebenarnya agak miris juga saat kita mendengar neraca perdagangan beberapa tahun ini surplus tapi terjadi krisis valuta asing di dalam negeri yang akhirnya menekan kurs rupiah.

Saya usul untuk komoditi kita yang pasarnya bagus harus mulai diterapkan untuk paling tidak sebagian menggunakan pembayaran dalam RUPIAH sehingga dapat menopang stabilitas nilai rupiah. Saya kira rekan rekan dari ISEI mungkin bisa mengurai masalah ini secara lebih dalam. Pengelolaan cadangan devisa jika memang diperlukan penyesuaian regulasi harus segera dilakukan koordinasi efektif diantara DPR, Bank Sentral, juga pemerintah.

4. Berupaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar yang begitu dominan dengan upaya nasional maupun kerjasama regional dan internasional.

Apa yg sudah / sedang di lakukan negara-negara lain?

Pada intinya mereka melakukan serangkaian upaya untuk mendorong dan menciptakan mata uang internasional baru yang lebih bisa dipercaya, tidak menjadi instrumen senjata ekonomi dan mempunyai basis dukungan ekonomi yang nyata, a. l :

1. BRICS sedang berupaya mendorong lahirnya mata uang bersama.
2. Arab Saudi mendiversifikasi perdagangan minyak nya tidak lagi hanya berbasis petrodolar, tapi mengembangkan juga Petroyuan dan menerima pembayaran dalam beberapa mata uang lainnya.
3. Demikian juga UEA mulai mendorong petrodirham.
4. Brazil dan Argentina juga sedang bekerjasama untuk mendorong lahirnya mata uang bersama.
5. Rusia selain terlibat aktif di dalam BRICS turut membidani mata uang bersama juga mendorong permintaan internasional untuk Rubel.

Proses ini akan terus berjalan maju dengan segala tantangannya. Termasuk inisiatif inisiatif global untuk membangun sistem transaksi internasional baru yang tidak bias kepentingan dari negara negara tertentu yang diuntungkan oleh nilai nilai Unipolar.

– Saya kira Indonesia juga harus terlibat aktif pada langkah-langkah semacam itu.

Dunia sedang menuju pada multipolarisme.
Barat tidak bisa lagi mendominasi norma, standar dan pengaturan ekonomi politik dunia.

Pidato Ketua Umum Partai Kebangkitan, Muhaimin Iskandar dalam “Seminar Ekonomi Dunia Pasca Konflik Rusia–Ukraina Menuju Multipolarisme”, di Bandung, Selasa.(24/1) yang diselenggarakan oleh Komite Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU