JAKARTA, SHNet – Pegiat media sosial, pelaku bisnis dan pengamat intelijen, Erizely Bandaro dan Sekretaris Jenderal Dayak International Organization (DIO), Dr Yulius Yohanes, M.Si, mengingatkan Indonesia dengan kebijakan politik luar negeri bebas dan aktif, untuk lebih realistis di dalam melihat Federasi Rusia dan China.
Amerika Serikat dan Barat di dalam aliansi North Atlantic Treaty Organization (NATO) ditolak Presiden Indonesia, Joko Widodo, terlibat dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, karena mensyaratkan harus dibarter dengan digadainya sumberdaya alam.
Hal itu dikemukakan Erizely Bandaro dalam laman akun facebook dan Yulius Yohanes, Rabu, 9 Maret 2022, mencermati operasi militer khusus Federasi Rusia di Ukraina timur sejak Kamis, 24 Februari 2022.
Yulius Yohanes, menuturkan, dalam banyak kasus Amerika Serikat dan Barat yang tergabung di dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO), tidak lebih dari gerombolan negara penipu dan licik di dalam mengeruk sumberdaya alam negara berkembang.
“Di Timur Tengah, terutama di Suriah, Libya, Yaman dan Iraq, NATO mengadu-domba antar warga masyarakat, sehingga terjadi perang saudara, agar bisa dengan mudah mengeruk sumber daya alam,” ujar Yulius Yonanes.
Pipa gas di Suriah
Di Suriah, NATO berupaya menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Asyad, karena Bashar al Asyad, menolak negaranya dilewati pembangunan pipa gas dari Qatar untuk masuk wilayah Eropa barat.
“Presiden Suriah, Bashar al Asyad, sampai sekarang tidak tergoyahkan, karena merangkul kelompok masyarakat terlibat di dalam pemerintahan, dan terus mendapat dukungan dari Rusia dari aspek logistic militer dan intelijen,” kata Yulius Yohanes.
NATO menyerbu Iraq tahun 2003, dengan dalih Presiden Iraq, Sadam Hussein menyembunyikan senjata pemusnah massal, tapi setelah negara itu hancur berantakan, tenyata sampai diselusuri sampai tahun 2011, tidak terbukti Iraq produksi senjata pemusnah massal.
Akan tetapi, lanjut Yulius Yohanes, sumberdaya alam di Iraq sudah sepenuhnya dirampok negara-negara anggota NATO.
Di Indonesia, untuk menggulingan Presiden Indonesia, Soekarno, karena tidak mau memberikan izin tambang di Papua, Central Inteligence Agency (CIA) menggelar operasi intelijen, sehingga muncul Gerakan 30 September 1965, dimana kemudian dipaksa dipersepsikan sebuah pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Letnan Jenderal TNI Soeharto, didukung Amerika Serikat, menjadi Presiden Indonesia sejak 1 Juli 1967 hingga 21 Mei 1998.
Lucunya, saat Soeharto menjadi Presiden, Indonesia memutuskan hubungan diplomatic dengan China, karena dituding berada di belakang Gerakan 30 September 1965, tetapi tambang emas dan tembaga di Papua diserahkan eksploitasinya kepada Amerika Serikat yang kemudian diambil-alih Indonesia sejak tahun 2018 di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Saking tunduk di bawah kendali Amerika Serikat, Indonesia rela invasi Timor Timur tahun 1975, dan kemudian oleh Amerika Serikat dan NATO dipaksa memisahkan diri jadi negara merdeka tahun 1999, karena tujuan mengeruk sumberdaya alam minyak bumi di celah Selat Timur, berbatasan dengan Australia.
“Indonesia tidak memiliki sejarah kelam dalam hubungan diplomatic dengan Rusia dan China. Malah tahun 1962, Rusia mensuplai kebutuhan militer Indonesia dengan total pinjaman US$2,5 miliar untuk merebut Irian Barat dari Belanda, sehingga Belanda menyerahkan Irian Barat pada Indonesia tahun 1962 itu juga,” ujar Yulius Yohanes.
Dikatakan Yulius Yohanes, sikap Indonesia di dalam melihat operasi militer khusus Rusia di Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022, sudah tepat, tidak berpihak, karena memang harus realistis, netral, lantaran dari aspek geopolitik, posisi Rusia sudah sangat terancam, setelah 15 negara pecahan Union of Soviet Socialis Republic (USSR) sejak 25 Desember 1991, termasuk Ukraina, dibujuk masuk NATO.
Keputusan Rusia melakukan operasi militer khusus di Ukraina, wujud dari geostrategi di dalam menjalankan geopolitik Rusia. Bagi pihak yang berpikir rasional, bisa dipahami sikap Rusia, karena Rusia sejak 2008 sudah mengingatkan Amerika Serikat dan NATO untuk tidak boleh ekspansi ke Eropa timur.
“Terutama tidak boleh merekrut 15 negara pecahan USSR untuk bergabung dengan NATO, karena ancaman serius dari segi kedaulatan Rusia,” ujar Yulius Yohanes.
Diungkapkan Yulius Yohanes, setelah Rusia menunjukkan kelasnya baik dari aspek kualifikasi keunggulan persenjataan dan aplikasi keunggulan riset uang angksa dari aspek pertahanan, Amerika dan NATO berupaya meminta dukungan dunia internasional untuk mengecam Rusia.
Menurut Yulius Yohanes, Amerika Serikat dan NATO sudah bersikap cengeng. Mestinya harus bersikap jantan, ksatria, Amerika Serikat dan NATO yang memulai, mestinya Amerika Serikat dan NATO yang mengakhiri. Tidak ada asap kalau tidak ada api.
“Sedangkan Rusia dan China, tidak ada catatan sejarah pernah menciptakan permusuhan, penipuan dengan licik terhadap Indonesia. Rusia dan China, dalam diplomasi dengan negara lain, lebih mengedepankan aspek bisnis, dan sangat menghindari campur tangan dalam urusan politik internal sebuah negara,” ujar Yulius Yohanes.
NATO gunakan proxy tolak IKN
Erizely Bandaro, mengatakan, hubungan Indonesia dan Amerika Sejak sejak demokratisasi ditandai kejatuhan Presiden Soeharo, 21 Mei 1998, memang sangat kecil. Bahkan International Monetary Fund (IMF) dimana pemegang saham terbesar Amerika Serikat, tidak berbuat apa apa ketika jadi dokter krisis moneter tahun 1998.
“Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri, sampai kesal. Sampai di-kick out dari Indonesia. Mengapa? Karena pembeli harapan palsu terus-menerus. Janji akan bantu bailout Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), ternyata keluar uang hanya USD1 miliar. Akhirnya terpaksa Indonesia keluarkan obligasi rekapitulasi untuk selesaikan BLBI.
Sebelum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022, tentang Ibu Kota Negara (IKN) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Amerika Serikat memberikan janji dukungan pembiayaan.
Chairman International Development Finance Corporation (IDFC) bertemu dengan Presiden Indonesia, Joko Widodo. Sangking hebatnya. konsorsium IDFC dari Bahrain bergabung.
Mantan Perdana Menteri, Inggris Tony Blair & Chief Executive Officer Softbank Masayoshi Son jadi anggota dewan pengarah ibukota. Anehnya selama proses IDFC dan kawan-kawan bernegosiasi itu, tidak ada satupun pengamat ekonomi dan oposan yang teriak.
“Apa pasal? Saya tahu para pengamat ahli oposisi diundang Adam S. Boehler CEO IDFC makan malam di Rumah Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta,” ungkap Erizely Bandaro.
“Tapi nyatanya setelah bersemangat menjadi hero sebagai nvestor IKN, eh mereka bungkam begitu saja. Tidak ada follow up-nya. Apa pasal? Skema yang mereka ajukan ditolak Joko Widodo, Presiden Indonesia.”
“Mereka maunya Indonesia gadaikan sumberdaya alam dan aset negara sebagai collateral. Saya termasuk yang keras mengingatkan soal skema itu. Saya pernah bertemu dengan mereka. Saya jelaskan faktor legal bahwa skema itu tidak mungkin jalan,” ujar Erizely Bandaro.
Karena Joko Widodo, Presiden Indonesia, lanjut Erizely Bandaro, tidak mau gadaikan negara. Kalau mau, skema Business to Business (B2B), yang negara akan sediakan Viability Gap Fund (VGF). Jadi, fair enough.
Sebelum rancangan undang-undang ibu kota negara disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Selasa, 18 Januari 2022, IDFC bersama komplotannya mundur. Karena Joko Widodo, tegas menolak skema soverign guarantee.
Setelah DPR-RI sahkanUndang-Undang Ibu Kota Negara, barulah pihak oposisi ramai-ramai. Keluar issue bahwa IKN memberikan peluang asing masuk. Dan itu tidak jauh jauh. Yang jadi issue adalah China sebagai investor.
“Jadi sebenarnya, buruk lakunya Amerika Serikat dan Barat, itu, menggunakan celah sistem demokrasi dengan berternak proxy. Dan yang miris, para proxy itu hanya ditebar uang receh saja. Tapi mereka militan menjadi agitagor terhadap kebijakan Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur,” ujar Eriely Bandaro.
Padahal kalau mau ribut, ujar Erizely Bandaro, sebelum jadi undang-undang. Beri masukan bagaimana seharusnya IKN itu. Kalau sudah jadi undang-undang, sebagai warga negara seharusnya patuh saja.
“Makanya saya senyum saja ketika mereka sok idealis menolak pindahnya ibukota ke Kalimantan. Buktinya, setelah saweren uang receh uak sam berhenti mengalir, Mereka bubar. Sama saja dengan pasukan nasib bungkus,” ujar Erizely Bandaro.
Rusia negara terbesar di dunia
Erizely Bandaro, mengatakan, Rusia, negara terluas di dunia. Mengalahkan Kanada. Luas daratan Rusia sendiri mencapai 16,376 juta kilometer persegi, sekitar 11% daratan dunia. Dengan daratan seluas ini,
Rusia menjadi negara terbesar di dunia baik berdasarkan luas daratan maupun luas total area.
Tetapi penduduknya hanya 140 juta saja. Sumber daya alamnya juga raksasa. Ada 5 sumber daya alam Rusia yang mencatat record terbesar di dunia.
Pertama, emas. Rusia memiiki sumber daya emas dengan cadangan terbesar dunia. Diperkirakan 40% cadangan emas dunia. itu baru diolah sebagian kecil. Namun walau begitu. Rusia adalah produsen emas ketiga terbesar dunia.
Kedua, berlian. Rusia juga menjadi pemimpin dunia dalam produksi berlian alami dan berlian buatan. Secara volume, Rusia menguasai 26,4 persen produksi berlian permata global dan 30,2 persen produksi berlian global kelas industri.
Semua perusahaan berkelas dunia bidang pertambangan ada di Rusia. Namun hak bagi hasil sebesar 67% masuk brangkas Rusia sendiri.
Ketiga, biji besi. Rusia penghasi biji nomor dunia. Namun Rusia adalah negara penghasil bijih besi terbesar di Eropa, dan pada 2020 diperkirakan memproduksi sebanyak 95 juta ton.
Sebagian besar bijih besi di negara ini ada di Rusia Tengah, dan sisanya berasal dari Siberia dan Ural.
Keempat, titanium dan magnesium. Sebanyak 22 persen ekstraksi spons titanium dunia ada di Rusia. Spons titanium adalah sumber utama titanium, dan menjadi logam terkuat di dunia yang digunakan dalam pembuatan kendaraan militer, pembuatan senjata, pembangkit listrik tenaga nuklir, pesawat terbang dan pembuatan kapal, serta peralatan pengeboran. Rusia juga memproduksi sekitar 5,2 persen magnesium dunia.
Ketersediaan uranium Rusia
Kelima, uranium. Produksi uranium Rusia mencapai 5 persen dari total uranium dunia. Bahkan Rusia menguasai sekitar 9 persen cadangan global.
Salah satu perusahaan swasta, TVEL, bahkan menyebut kendali 100 persen penambangan uranium di Rusia dan 17 persen produksi global.
Perusahaan ini memiliki kepentingan dalam penambangan dan ekspor uranium di Ukraina, Kazakhstan, Mongolia, Uzbekistan, dan Kirgistan.
Dikatakan Erizely Bandaro, pertanyaan bego, dengan kekayaan begitu besar. Wajar saja bila Uni Eropa dan Amerika Serikat mau ribut dengan Rusia. Di tengah kehidupan ekonomi Uni Eropa dan Amerika Serikat yang melemah, kehilangan power untuk terus tumbuh dan beban sosial yang terus membengkak.
“Ya terpaksa pakai otak primitif sebagai imperialis. Tetapi Uni Eropa dan Amerika Serikat yang tergabung di dalam NATO, lupa. Bahwa pesaingnya adalah China dan Rusia sendiri bukan negara kaleng-kaleng yang gampang digertak dengan sanksi ekonomi,” kata Erizely Bandaro.*