SHNet, Jakarta– Kementerian Kesehatan Indonesia menunjuk Primaya Hospital Group yang
merupakan Big Chain Hospital dengan 15 jaringan rumah sakit untuk bekerjasama dengan jejaring pemerintah dalam menanggulangi penyakit tuberkulosis (TBC) dan mempercepat pencapaian eliminasi tuberkulosis di Indonesia.
Kerjasama tersebut ditujukan untuk membantu skrining, penegakan diagnosa tuberkulosis, penyediaan obat-obatan dan perawatan pasien untuk memperkuat penanggulangan penyakit
tuberkulosis di Indonesia.
Berdasarkan data dari Global TB Report 2021, Indonesia merupakan negara dengan prevalensi
tuberkulosis (TBC) tertinggi ketiga di dunia setelah India dan Cina.
Pada tahun 2021, estimasi jumlah kasus TBC di Indonesia sebesar 824.000 kasus, namun hanya sekitar 54% dari target 85% yang berhasil ditemukan dan diobati (Kemenkes, 2022). Sebanyak 91% kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya.
Direktur Jenderal P2P, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS menjelaskan, dua tahun terakhir masalah TBC jadi masalah dunia dan Indonesia peringkat kedua sesudah India. Tahun ini, kasus TBC di Indonesia naik menjadi 900.000.
Dia menambahkan, target tahun 2024, kasus TBC harus turun menjadi 169 per 100.000.
“Masih ada 2 tahun, tapi rasanya sulit mencapai target tersebut. Target 65 per 100.000 pada tahun 2030 secara global, ini juga sulit. Berbagai upaya Kemenkes tempuh agar indikator tercapai. Salah satunya keterlibatan faskes swasta. Kami hitung dari memperbaiki laporan saja kita akan naik untuk notifikasi kasus 28 persen,” kata Maxi.
Ia mengatakan, “Penanggulangan TBC di Indonesia akan berhasil jika dikerjakan bersama oleh jajaran lintas sektor, pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan seluruh masyarakat, termasuk kalangan swasta dan pemerintah. Peraturan Presiden No.67 tahun 2021 memberikan kita arahan tentang bagaimana dukungan seluruh masyarakat sangat penting, termasuk dukungan seluruh organisasi profesi, asosiasi fasyankes, komunitas, dan jajaran fasilitas kesehatan swasta. Dukungan ini perlu diperkuat agar saling bersinergi, salah satunya adalah melalui pendekatan Big Chain Hospitals Engagement, dimana seluruh fasilitas kesehatan yang tergabung dalam jejaringnya dapat didorong agar menerapkan tatalaksana TBC sesuai standar yang berpusat pada pasien (patient centered care)”
Sementara itu, Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital menyampaikan “Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan atas kepercayaan yang diberikan kepada Primaya Hospital Group, dan kami menyambut program kolaborasi swasta-pemerintah ini dengan antusias. Penyakit tuberkulosis tidak memandang latar belakang dan sosial ekonomi. Beberapa rumah sakit kami berlokasi di provinsi dengan kasus tuberkulosis tertinggi seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sampai
bulan Oktober 2022 ini, kami telah memberikan pengobatan kepada 912 pasien dengan diagnosis
tuberkulosis, baik paru, kelenjar dan organ lain. Sebagai komitmen Primaya Hospital Group dalam program TBC Nasional, kami mendedikasikan tenaga medis yang berada di rumah sakit, serta membangun sistem pelaporan yang terintegrasi dengan SIMRS. Kami berharap public private partnership ini betul-betul memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia dan semakin memperkuat infrastruktur dan pelayanan kesehatan di Indonesia.” (Stevani Elisabeth)