SHNet, Jakarta- Dirjen Pengendalian dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dhewanthi mengatakan, apa yang disebut COP sebetulnya sudah berlangsung sejak 1994 lalu. PBB telah mempertemukan para pemimpin negara untuk membahas mengenai isu perubahan iklim secara global. Pada pertemuan tahun ini merupakan ke-26 yang terdiri atas 5 rangkaian pertemuan:
Pertama pertemuan COP26 itu sendiri, kedua untuk Protokol Kyoto ke 16, ketiga pertemuan untuk CMA13.Kemudian keempat Sesi SBI atau Subsidiary Body for Implementation, dan kelima Sesi SBSTA (Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice), semua dilakukan secara parallel
Dalam keteranga tertulis yang diterima Sabtu (6/11/2021), Laksmi mengatakan, COP 26 dapat dibagi menjadi dua agenda pertemuan yakni agenda negosiasi yang meliputi 5 agenda di atas, dan non negosiasi
Agenda non-negosiasi merupakan agenda dari tuan rumah untuk mendukung apa yang dinegosiasikan dan juga mendukung edukasi-edukasi ke publik. Untuk agenda non-negosiasi ini ada isu terkait seperti bagaimana kita mencapai komitmen untuk menahan suhu global rata-rata, tidak lebih 1,5 derajat celcius.
Juga agenda mobilisasi pendanaan dan juga agenda yang disebut World Leaders Summit dan High-Level Segments yang membahas berbagai isu seperti energy, lingkungan, ilmu pengetahuan dna inovasi, transportasi, pembangunan kota, dan juga pembangunan yang ramah lingkungan.
Delegasi Indonesia memiliki dua jalur yang pertama kelompok negosiator yang mengikuti lima sidang. Kedua, jalur di luar itu yakni Paviliun Indonesia.
Tujuan sebagai delegasi, tandas Laksmi, tentu saja agenda-agenda krusial dalam jalur negosiasi mencapai kesepakatan yang tentu saja kesepakatan yang mereflesikan kepentingan berbagai negara-negara pihak, sebab banyak negara pihak dengan berbagai kepentingnannya. “Itu target delegasi Indonesia,”katanya.
Pada COP 26 di Glasgow ini Paviliun Indonesia mengambil tema Leading Climate Actions Together: Indonesis FOLU Net Shink 2030. Di sini, Indonesia menyuarakan tindakan, strategi, dan inovasi Indonsia pada dunia internasional berupa aksi-aksi Indonesia dalam mencegah perubahan iklim.
Paviliun Indonesia adalah etalase Indonesia yang juga berfungsi sebagai soft diplomacy. Kita ada presentase dalam bentuk poster, video, sesi diskusi, talkshow dan sebagainya yang pada intinya memberikan informasi tentang apa yang sudah dan akan dilakukan Indonesia dan kontribusi kita.
Untuk yang jalur non-negoasisi, target kita adalah dapat memberikan informasi dan edukasi terkait apa yang sudah dilakukan Indonesia. Kita Indonesia, tidak sekadar datang dan melakukannegosiasi, tetapi Indonesia telah melakukan berbagai hal yang konkret. Kita melakukan banyak hal dan ini yang kita sampaikan
Ditegaskan Laksmi Dewanthi, Indonesia datang ke sini bukan sekadar membawa narasi dan mendiskuikan narasi atau teks yang menjadi agenda COP 26 tetapi membawa contoh-contoh upaya konkret dan capaiannya. “Kita juga mengajak kerja sama, bukan hanya negara tapi organisasi dan kelompok masyarakat dalam upaya penanggulangan perubahan ikilm.”katanya.(sur)