27 April 2024
HomeBeritaLiterasi Media ATVI dan YPP Indosiar-SCTV, Katakan Tidak pada Pornografi

Literasi Media ATVI dan YPP Indosiar-SCTV, Katakan Tidak pada Pornografi

SHNet, Jakarta- Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP) Indosiar-SCTV bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Televisi Indonesia (LPPM-ATVI) kembali menggelar literasi media ke siswa sekolah, dan kali ini ke siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Katolik Sang Timur, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Senin (25/03/2024) Literasi media untuk siswa remaja kali ini mengajak siswa untuk mengatakan TIDAK PADA PORNOGRAFI.

Dosen ATVI, Safrudiningsih, M.Ikom yang akrab disapa Kak Ningnong menjelaskan akibat bagi mereka yang sudah terpapar dan kecanduan konten dewasa yang mengakibatkan berdampak pada kerusakan otak pada anak, sehingga sulit membedakan mana yang baik dan buruk, kesulitan dalam merencakan kehidupan ke depan dan sulit mengambil keputusan.

“Dampaknya bisa juga berdampak kepada gangguan emosi, anak akan merasa cemas, mudah marah, pelupa dan sulit berkonsentrasi. Dan semua itu bisa mengakibatkan mereka kehilangan mimpi dan cita-cita masa depan mereka,” kata kak Ningnong.

Dosen ATVI, Safrudiningsih, M.Ikom yang akrab disapa Kak Ningnong membuka acara dengan menyapa sebanyak 325 siswa yang hadir guna memberi semangat pagi dan juga perkenalan dengan tim literasi dari YPP dan ATVI (IMDE). Terlihat siswa masih malu-malu karena mereka harus bersama sama, dengan kelas lain dan juga kakak kelas.

Kak Ningnong dan rekannya, dosen ATVI, Sisca T.Gurning atau Kak Oma yang membawa acara literasi membangkitkan semangat mereka dengan mengundang siswa untuk sama sama melakukan gerakan pemanasan dengan lagu Aram Sam-sam bersama sama. Kak Ningnong mengajak beberapa siswa untuk maju ke depan untuk menjawab pertanyaan soal media sosial apa yang mereka punya dan diisi dengan konten apa.

Baru setelah itu Kak Ningnong membuka sesi literasi soal konten dewasa yang sering muncul di for you page (FYP) atau bentuk pop ups tayangan dewasa yang muncul tiba tiba di media sosial mereka ketika mereka menonton konten. Menurut data dari sumber tempo.co.id, konten-koten tersebut telah membangun jaringan di media sosial dan menjual konten kepada anak anak dan kepada para anggota grup media sosial. Sasaran korban anak anak yang berusia 7-15 thun dan umumnya para penyuka permainan e-sport.

Pendekatan literasi ke siswa remaja SMP agak berbeda kegiatan dalam bentuk tim per kelas, agar siswa bisa langsung merefleksikan literasi yang diajarkan. Kak Ningsong dandan dosen ATVI, Sisca T.Gurning atau  Kak Oma membagi kelompok berdasarkan kelas siswa yang total semua berjumlah 13 kelompok. Setelah itu mereka diberikan selembaran kertas karton dan spidol untuk menulisan jawaban pertanyaan yang diajukan, yaitu pertanyan pertama, jika FYP atau Pop Ups muncul di ponsel siswa ada tayangan pornografi apa tindakan kalian agar tidak terjerumus? Pertanyaan kedua, apa yang kita lakukan kalau teman kita kedapatan terpapar tayangan pornografi.

Selain mereka harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dalam menjawab pertanyan tersebut, mereka pun diharuskan membuat yel-yel kekompakan kelas. Siswa SMP Katolik Sang Timur, tampak antusias dan kreatif mengisi lembaran karton dengan tulisan dan gambar yang menarik. Sebagian menjawab pertanyaan dan sebagian teman mereka tampak menyiapkan yel-yel yang juga dibantu oleh guru wali Kelas masing masing. Suasana tampak riuh dan mulai terlihat ramai, antusias siswa berdiskusi dan berinteraksi.

Foto bersama Dosen ATVI, Tim YPP Indosiar-SCTV dan siswa- siswi Sekolah Menengah Pertama Katolik Sang Timur, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, pada Senin (25/03/2024) Literasi media untuk siswa remaja kali ini mengajak siswa untuk mengatakan TIDAK PADA PORNOGRAFI

Antisipasi Pornografi

Menurut Guru Bimbingan dan Konsultasi (BK)   SMP Katolik Sang Timur, Brigida Indah Purwaningrum, siswa saat ini memang sangat rentan terhadap tayangan pornografi dari media sosial. Apalagi mereka mengunakan media sosial untuk menunjukan eksistensi dengan menampilan diri mereka baik dalam pengunaan pakaian dan juga dalam berkata-kata. “Apalagi usia mereka lagi masa perkembangan seksualitas, pasti mereka akan mencari tahu sehingga rentan terpapar pornografi,” ujarnya.

Dari keseluruhan jawaban para siswa, tampak terlihat mereka sudah tahu bagaimana mereka mengatasi agar mereka tidak terpapar ponrografi dengan menskip Pop Ups atau FYP yang muncul di media sosial mereka, melaporkan konten tersebut ke pihak media agar konten tersebut tidak tersebar juga ke teman teman mereka. Dan rata-rata cara mereka membantu teman mereka yang sudah terpapar pornografi, berusaha mengajak mereka ke kegiatan positif, menasehati sampai mereka mengadukan ke guru BK atau orang tua teman mereka.

SMP Katolik Sang Timur telah berusaha mengantispasi persoalan pornografi yang mengancam siswa mereka, dengan mengadakan seminar dengan mengundang pakar atau ahli dari luar. Dan setiap kenaikan kelas mereka memberikan pembekalan yang sesuai dengan kebutuhan siswa untuk lebih bijak. “Terlebih buat siswa kelas 9, yang naik kelas ke SMA, sehingga ketika mereka keluar dari SMP Katolik Sang Timur siswa membawa sesuatu yang baik dari sekolah,” ungkap Brigida

Bersama beberapa dosen tim Yayasan Pundi Amal dan Peduli Kasih, SCTV dan Indosiar bersama Mobil Weli, Wahana Edukasi Keliling diterima dengan antusias baik oleh Kepala Sekolah SMP Katolik, Suster Katherin Matia, PIJ dan para guru dan staf, sudah siap dari jam 7.30 pagi di hall ruang terbuka. Seluruh siswa SMP Katolik dari kelas 7 hingga kelas 9, sebanyak 13 kelas, ikut hadir di acara literasi media YPP-ATVI (IMDE), sudah duduk di lantai dengan rapi.(sur)

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU