SHNet, Jakarta– Diketahui dari 274,9 juta penduduk Indonesia, sebanyak 345 juta koneksi mobile. Sementara itu pandemi Covid-19 mendorong peningkatan pengguna digital dan media sosial. Dara Asosiasi Penyedia Layanan Internet (APJI) menyebut pertumbuhan pengguna internet sebanyak 73,7 % yakni menjadi 196,7 juta orang.
“Revolusi digital yang memungkinkan interaksi manusia melalui berbagai platform dan bentuk di internet menghasilkan banyak hal. Termasuk perilaku kita yang komunal, pindah ke media sosial,” kata Oddie Octaviandi, Director of Technology and Digital BCW Indonesia saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I, Kamis (1/7/2021).
Melalui media sosial masyarakat mencari berita-berita terbaru dari berbagai sumber termasuk dari media, influencer, dan komunitas. Selain itu media sosial juga dijadikan tempat untuk mengekspresikan diri melalui tulisan, foto dan video, mendiskusikan isu-isu politik, agama, mempromosikan komunitas dan usaha.
“Teknologi dan evolusi interaksi manusia membuat pemilik bisnis atau brand menggunakan media sosial sebagai cara untuk meningkatkan brand awareness, memberikan sentuhan manusia pada brand atau produk. Bahkan menjadi media untuk interaksi dengan pelanggannya, meningkatkan penjualan, serta mendapat customer insight secara efisien,” kata Oddie.
Berkat digitalisasi semua itu mengubah kedekatan konsumen dengan brand, selain itu brand sudah secara mudah mendapatkan timbal balik dari konsumen dan calon konsumen. Bahkan pemerintah yang saat ini sudah menggunakan platform sosial media untuk memantau isu serta persepsi publik. Adapun media kini ikut masuk ke ranah media sosial dengan menyajikan berita dalam format baru, sosial media pun menjadi sumber pemasukan, untuk mengumpulkan berita hingga melakukan jajak pendapat.
Efek positif dari kemajuan digital ini menurut Oddie, telah mengurangi kesenjangan akses ke informasi dan teknologi. Komunikasi pun dapat dilakukan secara real time dengan biaya yang murah. Penyampaian informasi kritis dapat pun dapat dilakukan meluas secara cepat. Akan tetapi memang ada juga dampak negatifnya seperti penyebaran misinformasi yang tak terbendung, perundungan, hingga konten-konten negatif.
Kini semakin mudah terhubung masyarakat juga begitu mudah untuk membagikan konten ke berbagai platform. Namun dengan semua itu Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang cukup “ramai” di Asia Tenggara. Menurut sebuah studi Digital Civility Index (DCI) oleh Microsoft Indonesia berada di urutan terakhir dari “Kesopanan di dunia digital”. Di antaranya survei tersebut menyebut beberapa hal yang mengidentifikasi menjadi ancaman media sosial di Indonesia yaitu 47% terkait hoaks dan penipuan, 27% ujaran kebencian, dan 13% untuk diskriminasi.
“Ini semua terjadi karena kurangnya literasi etiket bermedia sosial,” tutur Oddie.
Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ciamis, di Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Aditya Nova Ketua Jurusan Hotel & Pariwisata IULI, Eni Maryani Dosen Fikom Universitas Padjajaran, dan Firzie A Idris Assistany Editor Kompas.com.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (Stevani Elisabeth)