13 January 2025
HomeBeritaStaf Khusus BPIP Dialog Bersama PWI Jawa Tengah

Staf Khusus BPIP Dialog Bersama PWI Jawa Tengah

Semarang-Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah, Dr. Benny Susetyo menyambangi Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Tengah Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50249, Rabu (14/06/2023).

Benny membahas hasil survey SETARA Institute, dimana kondisi dalam mengkhawatirkan, karena survey yang dilakukan di 5 kota besar di Indonesia dengan subyek siswa SMA.
Data yang di dapat dari 19 sekolah negeri dan 33 sekolah swasta serta 947 siswa sebagai responden.

Yang menjadi nilai-nilai aktualisasi toleransi adalah pemahaman wawasan kebangsaan, intensitas penggunaan medsos, topik sosial yang digemari responden, sikap keagamaan responden, aktivitas keseharian responden dan kondisi sosial-ekonomi didapatlah sebagai berikut :
Derajat toleransi siswa SMA di tahun 2023 menunjukkan kecenderungan yang positif dengan 70,2% memiliki sikap toleran. Angka ini menunjukkan bahwa modal sosial toleransi siswa masih cukup kuat.

“Temuan ini sejalan dengan tren kondisi toleransi berdasarkan Indeks Kota Toleran (IKT) dan juga Indeks Kerukunan Umat Beragama yang secara garis besar menunjukkan bahwa toleransi publik Indonesia masih cukup tinggi,” kata Benny.

Menurutnya, jika menggunakan baseline data SETARA di 2015-2016, tren toleransi menunjukkan peningkatan dari 61,6% menjadi 70,2%. Angka ini membesar disumbang oleh menyusutnya kelompok intoleran pasif dari sebelumnya berada pada angka 35,7% menjadi 22,4% di 2023. Namun, sebagian siswa pada kategori intoleran pasif juga bertransformasi menjadi intoleran aktif, sebagaimana digambarkan dari angka 2,4% di tahun 2016 menjadi 5% di tahun 2023.

Demikian juga pada kategori terpapar, mengalami peningkatan dari 0,3% menjadi 0,6%.
Dalam survei ini, ditemukan lima faktor yang dapat mempengaruhi sikap toleran/intoleran pada siswa di antaranya; pemahaman wawasan kebangsaan, intensitas penggunaan sosial media, aktivitas keseharian responden, sikap keagamaan dan kondisi sosial ekonomi responden. Semua variabel ini menunjukkan korelasi positif sebagai pembentuk karakter siswa.

Dalam 23 tahun generasi muda mengalami distorsi sejarah Pancasila karena Pelajaran Pancasila di tiadakan di bangku sekolah, Bung Karno dalam memformulasikan Pancasila sendiri sudah mengikutkan agama, adat dan budaya yang sudah menjadi bangsa Indonesia, “jadi jangan mundur lagi kita” tegas Benny.

“Pancasila bukan dari luar, tetapi dari dalam kita sebagai bangsa Indonesia. Nilai Pancasila dihabituasikan oleh publik sebagai living dan working ideology. Itu yang harus kita sadari terus,” kata Benny Susetyo

Benny juga berharap PWI juga Jawa Tengah untuk menggaungkan bahan ajar pendidikan Pancasila di wilayah Jawa Tengah. Pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan nasional merupakan tindak lanjut atas lahirnya PP No 4 tahun 2022 yang menyatakan bahwa Pancasila adalah mata pelajaran wajib dalam pendidikan nasional. “Hal ini bertujuan untuk menghasilkan peserta didik berkarakter Pancasila” di 15 buku bahan ajar Pendidikan Pancasila dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi yang disusun oleh BPIP. Buku-buku ini akan digunakan oleh satuan pendidikan di bawah sejumlah intansi terkait seperti MPR, Kemendikbudristek, BRIN, Lemhanas, dan Pertinasia. Pengguna siswa sebanyak 55 juta dan guru 3,5 juta.

Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam sambutan yang ditayangkan dalam sebuah video mengatakan, dirinya mengapresiasi BPIP yang telah menyusun 15 buku bahan ajar Pendidikan Pancasila.

“Pendidikan Pancasila dikembalikan menjadi habitus Bangsa,” kata Benny. (den)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU