Bali-Sejak beroperasi penuh Oktober 2021 lalu, keberadaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Samtaku (Sampahku Tanggung Jawabku) yang berada di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, mampu mengurangi sebanyak 300 ton timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebelum hadirnya TPST ini, sebanyak 1.200 ton sampah yang ada di Bali masuk ke TPA.
”Kita di TPST Jimbaran ini melakukan pemilahan secara sempurna. Hampir tidak ada material anorganik seperti plastik, kertas, yang berakhir di TPA. Semua material sampah yang diantar ke TPST ini kita proses dengan memahami karakteristik sampahnya,” ujar CEO PT Recici Mantap Jaya, Bhima Aries Diyanto dalam acara diskusi di sela-sela kunjungan wartawan ke TPST Jimbaran, Bali, Senin (7/12).
Seperti diketahui, TPST ini merupakan kolaborasi PT Ricici Mantap Jaya dengan Danone AQUA. Meski demikian, menurut Bhima, sampah-sampah yang dikumpulkan di TPST Jimbaran ini bukan hanya material sampah plastik yang berasal dari kemasan plastik Danone AQUA saja, melainkan seluruh jenis palstik juga akan dikumpulkan dan dipastikan didaur ulang. Adapun kapasitas pengumpulan sampah di TPST Jimbaran ini mencapai 60 ton per hari. “Sebanyak 95 persen material sampah yang kita lakukan pemilahan di TPST Jimbaran ini merupakan sampah organik dan hanya 5 persen material anorganik yang kebanyakan merupakan plastik yang susah didaur ulang,” ungkapnya.
Menurut data resmi pemerintah, Bali menghasilkan sekitar 1,5 juta ton sampah setiap tahun. Dari jumlah tersebut hanya 48 persen sampah yang diolah dan berhasil didaur ulang, sedangkan 52 persen dibuang begitu saja tanpa pemilahan atau pengolahan.
Bhima mengutarakan dengan fasilitas 120 ton, TPST Jimbaran ini mempekerjakan 56 karyawan yang 95 persennya berasal dari warga sekitar. “Pemerintah setempat juga memiliki spirit supaya tidak ada sampah-sampah dari masyarakatnya yang dibuang ke TPA,” katanya.
Bhima mengutarakan TPST Jimbaran ini mengumpulkan material daur ulang sebanyak kurang lebih 12 ton yang selama ini larinya ke TPA, untuk kemudian memproduksi RDF (Refused Derived Fuel) sebanyak 8-10 ton. Material RDF itu terdiri dari material sampah organik dan anorganik yang selama ini dipandang sebagai residual plastic waste seperti plastik multilayer, popok, atau material-material yang selama ini tidak dipandang untuk kemungkinan didaur ulang, kemudian diproses menjadi waste to energy dan kompos sebanyak 30-40 ton. Sedang material kain dipakai untuk konteks pembakaran. “Jadi semua material yang masuk ke TPST Jimbaran tidak ada yang terbuang ke TPA,” tukasnya.
Dia mengatakan TPST Jimbaran berkolaborasi dengan 3 desa, 3 kelurahan, 9 desa adat yang ada di wilayah Kuta Selatan, serta dengan pemerintah yang melayani kota Kuta, Seminyak, dan Legian. “PTSP kita ini yang pertama tersertifikasi Vera untuk plastic credit,” tuturnya.
Sementara, Head of Sustainability Danone-AQUA, Karyanto Wibowo, menyampaikan alasan Danone-AQUA berkolabotrasi untuk membuat model TPST Samtaku adalah untuk memenuhi komitmen perusahaan untuk bisa mengumpulkan sampah plastik melebihi dari apa yang diproduksi perusahaan. Menurutnya, upaya ini relevan untuk mendukung target pemerintah dalam mengurangi sampah plastik di lautan sampai 70% pada 2025. “Makanya yang kita lakukan adalah mengumpulkan semua jenis kemasan sampah, termasuk yang sulit didaur ulang seperti multilayer, diapers, kantong plastik, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Dia mengutarakan 50% sampah yang ada di Bali ini berasal dari Denpasar, Badung, dan Gianyar. Hal itu disebabkan karena mayoritas populasi masyarakat Bali tinggal di tiga wilayah itu. “Dari 50 persen sampah yang dihasilkan itu, sebanyak 70 persen masuk ke TPA dan baru 4 persen yang berhasil didaur ulang,” katanya.
Danone-AQUA juga menggandeng Octopus, sebuah aplikasi pengumpulan kemasan bekas, untuk menyediakan layanan pengangkutan botol dan gelas plastik melalui pemberdayaan pemulung di kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali.
Kerja sama ini merupakan bagian dari Gerakan #BijakBerplastik yang telah diinisiasi Danone-AQUA sejak 2018. Sejak diluncurkan, Gerakan #BijakBerplastik berfokus terhadap tiga hal yaitu pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi konsumen dan anak usia sekolah, serta inovasi kemasan.
Melalui gerakan ini, Danone-AQUA juga berkomitmen untuk dapat mengumpulkan lebih banyak plastik dari yang digunakan pada tahun 2025 dan mewujudkan ekonomi sirkular demi Indonesia yang bersih.
“Melalui kerja sama dengan Octopus, botol dan gelas plastik bekas akan dikirimkan oleh mitra pemulung ke unit bisnis daur ulang atau Recycling Business Unit (RBU) dampingan Danone-AQUA di Tohpati, Denpasar, yang dikembangkan bersama mitra sejak tahun 2010 di Bali. Kemasan bekas ini kemudian diproses menjadi bahan baku produk baru. Dengan demikian, kita dapat memperkuat ekonomi sirkular yang inklusif, sekaligus mencegah sampah plastik mencemari lingkungan,” tukasnya. (cls)