SHNet, Jakarta – Memasuki pantai Desa Apar, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman, Sumatera Barat gerbang berwarna hijau menyerupai gonjong rumah gadang berdiri kokoh menyambut kedatangan wisatawan.
Di balik gerbang itu tersusun ratusan papan berwarna merah kecoklatan sebagai lantai dan pagar kayu berwarna hijau sebagai pagar untuk menjelajahi lebatnya hutan mangrove Pariaman.
Bila menyusuri lebih dalam ke ujung trek jelajah kawasan mangrove itu terlihat sejumlah fauna khas hutan bakau merayap di atas rawa mencari makan dan sejumlah burung hinggap di sejumlah dahan.
Dari menara terlihat burung-burung terbang dan sejumlah warga mencoba mengoperasikan kano sebagai salah satu wahana yang akan ditawarkan ke wisatawan.
Apar Mangrove Park sendiri memiliki luas 10,62 hektare yang awalnya merupakan tanah kosong yang tidak produktif, hingga akhirnya pada tahun 2010 pemerintah daerah dan juga masyarakat desa setempat melalui kelompok-kelompok Penggerak Masyarakat Konservasi menanam 50.000 mangrove di lokasi tersebut.
Begitulah gambaran Apar Pariaman Mangrove Park yang merupakan salah satu dari dua trek jelajah hutan bakau dengan luas tanaman tersebut sekitar enam hektare yang terletak di Desa Apar.
Trek ini dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai sarana jelajah hutan bakau yang tujuannya untuk edukasi dan peningkatan ekonomi warga setempat yang bermuara pada pelestarian tanaman itu.
Trek yang diresmikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono pada tahun lalu tersebut memiliki panjang sekitar 100 meter, empat gazebo, dan satu menara.
Sekarang pengelolaan trek tersebut diserahkan kepada BUMDes desa setempat yaitu Apar Mandiri dengan biaya tiket masuk Rp3 ribu per orang sehingga secara tidak langsung warga di daerah itu menjadi pihak yang terdepan menjaga kelestarian hutan mangrove serta memberikan edukasi terhadap wisatawan.
Sakti Wahyu Trenggono usai meresmikan trek tersebut meminta pihak terkait di Kota Pariaman untuk terus melestarikan hutan mangrove di daerah itu untuk mitigasi dan peningkatan ekonomi warga.
Pentingnya pengendalian sampah plastik di kawasan hutan mangrove karena tidak saja berdampak buruk bagi lingkungan namun juga memberikan kesan kotor sehingga tanaman itu sulit untuk berkembang dan wisatawan pun enggan untuk berkunjung.
Wali Kota Pariaman, Genius Umar mengatakan daerah itu telah banyak dibantu oleh KKP dalam pembenahan dalam mendukung sektor pariwisata yaitu di antaranya pembangunan dermaga Pulau Angso dan Pulau Tangah. “Bantuan terakhir yaitu membuat trek mangrove,” katanya.
Trek tersebut dapat menambah objek wisata di Pariaman sehingga daya tarik pariwisata di daerah itu semakin meningkat terutama di bidang edukasi mangrove. (Victor)