26 April 2024
HomeBeritaYLKI Desak BPOM Awasi Ketat Semua Kemasan Pangan Plastik

YLKI Desak BPOM Awasi Ketat Semua Kemasan Pangan Plastik

Jakarta-Hasil penelitian para ilmuan di Belanda yang mendeteksi adanya polusi mikroplastik dalam darah manusia membuat Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar memperketat regulasinya terhadap semua jenis kemasan plastik tanpa terkecuali. Pada penelitian di Belanda itu, partikel mikroplastik yang paling umum ditemukan adalah polypropylene yang digunakan dalam kemasan plastik dan pipa serta PET yang digunakan dalam botol dan galon sekali pakai.

“Secara umum penemuan yang ada di Belanda itu adalah sebuah fakta baru, dan di Indonesia saya kira perlu ada penelitian lebih jauh terkait dengan fenomena mikroplastik yang bisa ada di dalam tubuh manusia itu,” ujar Anggota Pengurus YLKI, Tubagus Haryo Karbayanto..

Menurutnya, masalah mikroplastik ini bukan lagi masalah hanya di kemasan saja, tetapi sudah menjadi sebuah masalah yang lebih besar yaitu di polusi udara. “Jadi, saya kira ini bisa menjadi konsen juga bagi siapapun terutama pemerintah dan BPOM untuk bagaimana mengantisipasi fenomena-fenomena yang ada di luar itu melalui regulasi-regulasi yang cukup ketat terhadap semua kemasan plastik tanpa terkecuali,” ucapnya.

Kata Tubagus, regulasi yang lebih ketat terhadap produk-produk plastik ini bertujuan untuk melindungi konsumen dari paparan mikroplastik tersebut. “Saya kira, jika untuk melindungi konsumen dan menyelamatkan konsumen dari paparan mokroplastik, kita akan support itu,” katanya.

Mengutip laporan The Guardian baru-baru ini, dari analisis sampel darah terhadap 22 donor anonim orang dewasa dan sehat yang dilakukan para ilmuwan di Belanda ini, sebanyak 17 sampel atau 80%-nya terdeteksi mengandung mikroplastik yang berbahaya bagi kesehatan. Setengah dari sampel mengandung plastik PET, bahan untuk botol minuman. Sementara, sepertiga mengandung polistirena, yang digunakan untuk mengemas makanan dan produk lainnya. Seperempat sampel darah mengandung polietilen, dari mana kantong plastik dibuat.

Menurut ahli ekotoksikologi di Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda, yang ikut dalam penelitian, Prof Dick Vethaak, partikel plastik ini dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mungkin bersarang di organ-organ. “Studi kami ini adalah indikasi pertama bahwa kita memiliki partikel polimer dalam darah kita, dan ini adalah sebuah terobosan baru,” katanya.

Di Indonesia, hasil pengujian mikroskopis terhadap galon sekali pakai yang dilakukan laboratorium kimia anorganik Universitas Indonesia juga memperlihatkan adanya kandungan mikroplastik dalam sampel air galon sekali pakai yang beredar di kawasan Jabodetabek. “Galon sekali pakai dipilih sebagai objek penelitian, karena belum terdapat penelitian terdahulu yang spesifik merespons penggunaan galon sekali pakai,” ujar peneliti sekaligus dosen di Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia, Agustino Zulys.

Hasil penelitian menunjukkan kandungan mikroplastik dalam sampel galon sekali pakai ukuran 15 liter ditemukan sebanyak 85 juta partikel per liter atau setara dengan berat 0,2 mg/liter. Sementara, kandungan mikroplastik dalam galon sekali pakai ukuran 6 liter sebanyak 95 juta partikel/liter atau setara dengan berat 5 mg/liter.

Menurut Agustino, jenis mikroplastik yang ditemukan merupakan jenis plastik yang sama digunakan pada kemasan galon sekali pakai, yakni PET. “Analisis karakterisasi terhadap mikroplastik yang terkandung dalam sampel menunjukkan bahwa mayoritas bentuk partikel mikroplastik adalah fragmen, dengan ukuran yang berkisar antara 2,44 hingga 63,65 μm,” katanya.

Penelitian ini juga mengestimasi paparan harian mikroplastik AMDK galon sekali pakai pada tubuh manusia dengan cara memberikan kuesioner terhadap 38 responden di wilayah Jabodetabek yang mengkonsumsi galon sekali pakai yang sampelnya diuji. Hasilnya, data konsentrasi mikroplastik per liter AMDK dan data konsumsi masyarakat per hari dapat dihitung, yang mana, paparan harian mikroplastik dari sampel galon sekali pakai ukuran 6 liter sebesar 9,450 mg/hari dan dari sampel galon sekali pakai 15 liter sebesar 0,378 mg/hari. (cls)

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU