SHNet, Jakarta – Sebuah tim peneliti China membuktikan bahwa patogenisitas Omicron telah menurun dibandingkan dengan jenis asli virus corona dan varian lainnya, setahun setelah WHO menyatakan Omicron sebagai varian yang memprihatinkan.
Patogenisitas dan virulensi varian virus corona adalah masalah utama yang menjadi fokus para ilmuwan China. Baru-baru ini tim peneliti dari State Key Laboratory of Virology di Universitas Wuhan melakukan percobaan yang menunjukkan bahwa patogenisitas Omicron telah menurun drastis.
Lan Ke, direktur laboratorium, mengatakan kepada Global Times bahwa timnya menemukan bahwa Omicron memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk menginfeksi Calu-3 (sel kanker paru-paru non-sel kecil) daripada strain aslinya, dan kemampuan menggandakan sel adalah 10 kali lebih rendah dari aslinya.
Selama percobaan pada tikus, tim Lan juga menemukan bahwa dosis infektif 25 sampai 50 dari strain asli dapat membunuh tikus, sementara diperlukan 2.000 dosis infektif Omicron untuk membunuh tikus. Dan muatan virus di paru-paru tikus yang diuji 100 kali lebih rendah dari jenis aslinya.
Lan mengatakan bahwa hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan strain aslinya, Omicron memiliki kemampuan yang lebih lemah untuk menyebabkan penyakit yang dikombinasikan dengan virulensi yang lebih rendah. Ini mengingatkan kita untuk tidak panik tentang Omicron, dan bagi orang awam, kerusakan yang disebabkan oleh virus corona telah jauh berkurang dibandingkan dengan jenis aslinya.
Sebelumnya, sebuah makalah penelitian yang diterbitkan oleh para ilmuwan dari Universitas Hong Kong dan Universitas Kedokteran Hainan pada bulan Januari tahun ini menunjukkan bahwa replikasi Omicron secara substansial dilemahkan dalam sel Calu3 dan Caco2 manusia.
Selain itu, replikasi Omicron secara nyata dilemahkan pada saluran pernapasan atas dan bawah dari tikus yang terinfeksi dibandingkan dengan varian lain, seperti Delta.
Dibandingkan dengan jenis asli dari virus corona dan varian sebelumnya seperti Delta dan Beta, infeksi oleh Omicron menyebabkan penurunan berat badan paling rendah dan tingkat kematian paling rendah.
Bulan ini, Neeltje van Doremalen dari Laboratorium Virologi, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Institut Kesehatan Nasional AS menerbitkan sebuah makalah dengan ilmuwan lain yang menunjukkan bahwa rhesus yang terinfeksi Omicron menunjukkan gejala yang lebih rendah dibandingkan dengan Delta dan hewan yang diinokulasi dengan Omicron BA.1 atau BA.2 melepaskan lebih sedikit virus dan memiliki muatan virus yang lebih rendah di saluran pernapasan bagian bawah daripada kera rhesus yang terinfeksi varian Delta.(ina)