4 October 2025
HomeBeritaMinimnya Apresiasi terhadap Kader Kesehatan, Hambat Pemahaman Masyarakat tentang Gizi Nutrisi dan...

Minimnya Apresiasi terhadap Kader Kesehatan, Hambat Pemahaman Masyarakat tentang Gizi Nutrisi dan Berperilaku Gizi

Oleh: Dr. Erna Karim, M.Si. Dosen Sosiologi, Universitas Indonesia

SHNet, Jakarta-Dalam struktur kesehatan promotif dan preventif di masyarakat, kader posyandu memegang peran penting. Mereka adalah garda terdepan yang langsung bersentuhan dengan warga, terutama ibu dan anak. Melalui kader, masyarakat mendapat pemahaman gizi dan kesehatan keluarga khususnya anak-anak mereka.

Namun, apresiasi terhadap kader posyandu dari pemerintah masih kurang. Bukan hanya persoalan materi semata, namun juga keperluan pembekalan serta pelatihan masih kurang terhadap terhadap kader. Akibatnya, kader tidak memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang memadai

Dampaknya membuat kader tidak mampu memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat, baik tentang kesehatan keluarga maupun kebutuhan gizi anak. Informasi tentang stunting misalnya, masih banyak kader yang tidak paham apa dan bagaimana gangguan pertumbuhan yang menjadi ancaman masa depan bangsa ini.

Hal itu secara tidak langsung berdampak pada cara kerja kader. Banyak yang menjalankan tugas hanya sebatas menggugurkan kewajiban semata. Kader datang ke posyandu, mencatat, menimbang, lalu pulang. Bukan karena tak peduli, tetapi karena minimnya motivasi dan dukungan kepada mereka.

Di Pamijahan, Kabupaten Bogor, Majelis Kesehatan (Makes) Aisyiyah menemukan sejumlah kasus di mana ibu memberikan susu kental manis kepada anaknya. Hal itu karena ibu mendapatkan informasi yang salah oleh kader. Padahal, susu kental manis bukanlah susu yang layak dikonsumsi balita karena kandungan gulanya yang sangat tinggi.

Ini mencerminkan lemahnya dukungan sistemik dari pemerintah. Pelatihan kader sering kali bersifat seremonial, dan tidak berkelanjutan. Apresiasi pun minim. Padahal, dengan pelatihan rutin dan insentif yang layak, kader dapat menjadi ujung tombak perubahan perilaku masyarakat dalam hal gizi dan kesehatan.

Makes Aisyiyah dan para kadernya sudah membuktikan hal ini. Melalui Gerakan Aisyiyah Sehat (GRASS), Makes Aisyiyah, para kader dibekali apresiasi baik melalui pembekalan serta materi yang cukup.

Hasilnya, program pendampingan gizi kepada ibu dan anak oleh Makes PP Aisyiyah di sejumlah daerah seperti Muaro Jambi; Pamijahan, Kabupaten Bogor; dan Kupang, NTT, hasilnya memuaskan. Mereka bisa mengubah kebiasaan tidak sehat konsumsi kental manis dikalangan masyarakat.

Di Muaro Jambi, kader Aisyiyah dapat mengubah kebiasaan salah satu anak yang tadinya rutin mengonsumsi susu kental manis hingga tujuh gelas per hari. Pendekatan yang tak berjarak dari kader kepada sang ibu dan anak, membuat kebiasaan itu menjadi hilang.

Program tersebut memang tidak apple-to-apple dengan program posyandu karena memiliki skala yang berbeda, satu bersifat daerah dan nasional. Namun, pemerintah perlu memikirkan

solusi yang tepat untuk diterapkan secara nasional. Sebab, permasalahan gizi seperti kesalahan konsumsi susu kental manis membutuhkan solusi terstruktur dan sistemik.

Sudah waktunya pemerintah menempatkan kader posyandu sebagai mitra strategis dalam pembangunan kesehatan. Bukan hanya dengan memberikan honorarium, tetapi dengan membekali mereka pengetahuan serta cara kerja tepat. Tanpa itu semua, upaya peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat tidak akan berprogres secara signifikan

Pemberdayaan kader adalah investasi jangka panjang. Apresiasi yang supportif dan tersistem akan menjadikan mereka agen perubahan di bidang kesehatan yang mampu menyelamatkan generasi masa depan.

Penulis, Dr. Erna Karim, M.Si. Dosen Sosiologi, Universitas Indonesia. Sejak tahun 1978 mengampu mata kuliah Sosiologi Kesehatan dan Keluarga. 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU