SHNet, Jakarta –Struktur batuan dalam volume yang masif terkubur di bawah lapisan tanah Gunung Budeg, Tulungagung, Jawa Timur diduga kawah gunung purba. Struktur batuan yang terbentuk itu akibat intrusi dari pinggir kawah gunung api purba berusia 20 juta hingga 30 juta tahun lalu.
Hal itu merupakan temuan Tim Geolog dari Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang berhasil mengidentifikasi struktur batuan lapisan tanah Gunung Budeg.
“Anomali atau ketidaknormalan yang kami dapati berdasar hasil pemindaian secara geofisika ini berbentuk lorong ini diduga kuat merupakan batuan terobosan dari pinggiran kawah gunung api purba di Tulungagung,” terang Ketua Tim Survei dari Pusat Survei Geologi Badan Geologi ESDM, Hidayat saat mempresentasikan hasil pemetaan mereka di forum diskusi kelompok atau FGD di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu.
Hidayat menyatakan pemindaian yang mereka lakukan menggunakan perangkat gradio magnetik maupun ground penetrating radar (GPR) adalah untuk memetakan sebaran objek benda di dalam tanah, menggunakan pendekatan geologi dan arkeologi.
Di Gunung Budeg misalnya, tim menemukan menemukan fakta baru bahwa anomali atau ketidaknormalan akibat susunan benda padat masif di bawah lapisan tanah gunung berbatu itu tidak vertikal atau tegak lurus sebagaimana diasumsikan sebelumnya.
“Bentuk intrusinya menyerong, ke arah tenggara. Miring mengarah ke laut tapi serong ke barat,” paparnya seperti dikutip Antara.

Hidayat mengatakan, pihaknya menduga kuat citra grafis yang berhasil mereka deteksi akibat anomali gelombang suara yang dihasilkan perangkat detektor khusus itu adalah struktur batuan keras (andesit) yang terbentuk akibat pengerasan magma gunung api purba di dalam lapisan tanah.
Batuan berbentuk lorong ini diduga kuat merupakan batuan terobosan dari pinggiran kawah gunung api purba di Tulungagung.
“Ada dua hal yang membuat kita berkesimpulan seperti itu, dari literatur dan citra satelit,” katanya,
Dari citra satelit yang ditangkap, terdapat bekas kawah gunung purba di wilayah selatan Tulungagung, dengan diameter kawah yang terbentuk mencapai 2,7 kilometer. Hal itu menandakan ada gunung api raksasa di sekitarnya.
Gunung itu telah melewati masa eksplosifnya dan sekarang menyisakan jejak kawah berbentuk kaldera. Anomali terbesar terjadi di Dukuh Sendang, Dusun Kendit Desa Tanggung Kecamatan Campurdarat.
Disinggung kemungkinan gunung purba ini aktif kembali, Hidayat jelaskan ada beberapa ciri jika gunung itu aktif, yaitu adanya aktifitas seismik atau kegempaan di sekitar gunung.
Struktur batuan yang terbentuk itu akibat intrusi dari pinggir kawah gunung api purba berusia 20 juta hingga 30 juta tahun lalu.
Ada 18 geosite yang kini direkomendasi menjadi situs geologi hingga taman bumi (geopark).
Geosite-geosite yang medapat rekomendasi tim survei geologi Kementerian ESDM itu antara lain adalah gunung api purba di sekitar Gunung Budeg, Air Terjun Tretes, Goa Tenggar, Pantai Kedung Tumpang, Goa Wajakensis, Pantai Sanggar, Geo Marmer, Terowongan Neyama, Telaga Buret serta Watu Ijo.
Selain 10 geosite yang memang diusulkan Pemkab Tulungagung itu, ada delapan geosite baru hasil temuan tim geolog Kemen-ESDM, yani Bukit Cemenung, Goa Song Gentong, Gunung Blejed, Sumber Agung, Sungai Niyama, Gunung Pegat, Gunung Tanggul, dan Embung Sidem.
Delapan belas calon warisan geologi ini akan segera dilaporkan ke Kementerian ESDM, untuk selanjutnya dilakukan verifikasi kelayakan sebagai warisan geologi tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Di antara 18 geosite itu, ada situs yang memiliki nilai geologi tinggi. Situ itu bernama Goa Homo Wajakensis. Di situs ini, bahkan mempunyai peluang menjadi warisan geologi internasional
Peluang tersebut akan semakin besar jika pemerintah daerah melakukan konservasi lingkungan di sekitar situs yang dimaksud. Ada tiga goa yang diusulkan menjadi warisan geologi internasional, yaitu goa Tenggar, Goa Song Gentong dan Goa Homo Wajakensis. (Victor Andreas)

