SHNet, SERPONG – Forum Dialogue of Women of High-Tech Industries of Russia and Indonesia digelar di Gedung Auditorium 720, Kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Puspitek, Serpong, sejak Selasa 4 November hingga tuntas pada Jumat 6 November 2025. Tentu saja dengan tujuan agar para wanita di Indonesia bisa lebih banyak mengerti dan memahami teknologi tinggi dan nuklir.
Acara bergengsi ini diselenggarakan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) bekerja sama dengan Association of Women in the Nuclear Industry (WIN Russia) dan juga didukung oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Rosatom, perusahaan energi nuklir milik Rusia.
“Harapan kami para wanita tak hanya menjadi pengikut, tapi juga berani menjadi pelopor dal-am industri nuklir. Saat ini banyak sumber dan platform yang dapat digunakan untuk pembelajaran teknologi tinggi, termasuk tentang nuklir,“ kata Alexandra Ryabykh, Co Founder of the Foundation for The Support and Development of Women’s Initiatives “Association of Women in the Nuclear Industry” dan Head of the Rosatom Women’s Community dalam sambutannya, Rabu 5 November 2025.
Tak sama dengan Rusia, hingga saat ini Indonesia belum memiliki industri nuklir. Karena itu perlu dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. “Untuk masalah nuklir kita harus kerjasama dengan internasional dalam berbagai hal. Keterlibatan pemangku kepentingan sangat penting untuk mengembangkan nuklir di Indonesia,” ujar Geni Rina Sunaryo, Head of HIMNI Women’s Capacity Development Department.
Saat menyampaikan paparannya, Geni berbicara lebar soal pesan kuncinya yaitu ingin membangun masa depan energi bersih dan berkelanjutan Indonesia melalui inovasi, pendidikan, dan kolaborasi.
Wanita yang sudah 40 tahun berkarir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang sejak September 2021 sudah dilebur ke dalam BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) ini menjelaskan kalau ada tiga hal yang menjadi visi nasional, yaitu mencapai zero emission pada tahun 2060, membangun pembangkit tenaga nuklir 500 MW pertama pada tahun 2032, dan kesiapan sumber daya manusia yang sama pentingnya dengan teknologi itu sendiri.

Forum ini juga dilaksanakan untuk memperluas jaringan kerja sama, pertukaran keahlian, dan penguatan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi nuklir dan industri berteknologi tinggi yang tentunya akan memberikan manfaat besar untuk kepentingan masyarakat luas.
Selama ini sudah banyak dilakukan upaya untuk memberikan edukasi kepada para perempuan di Indonesia yang berasal dari berbagai kalangan, tak hanya peneliti, pengajar, tapi juga termasuk mahasiswa dan ibu rumah tangga.
Geni juga menyatakan kalau Forum ini membawa keuntungan tersendiri bagi para wanita Indonesia sehingga bisa belajar banyak dari para wanita hebat yang tergabung dalam Association of Women in the Nuclear Industry (WIN Russia) ini. Pasalnya, mereka tentu pengetahuan tentang nuklirnya jauh lebih tinggi dengan industri nuklir yang sudah lama ada di Rusia.
Acara ini dihadiri oleh para pembicara ahli yang mayoritas perempuan yang berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Rusia, Filipina, Turki, Belarusia, Kirjistan, dan juga Afrika yang dilakukan secara offline dan juga online.
Ada tiga panel diskusi yang diangkat, yaitu Education and Technology: Shaping the Future of Nuclear Energy, Green Energy and Nuclear: Technolgies for The Future, Nuclear Technologies in Medicine: Partnership for the Future. Pada sesi pleno diangkat pembahasan tentang Cooperation for Sustainable Development of Industry and Technology.
Setelah melakukan diskusi, pada forum ini juga dilaksanakan Annual Meeting of the International Council for the Support and Development of Women in Technology and Industry. (Non)

