SHNet, Jakarta-Untuk mengetahui bahwa air itu disebut air pegunungan atau bukan, itu harus berdasarkan penelitian atau riset yang dilakukan oleh ahli hidrogeologi dan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dipastikan, semua industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) besar seperti Aqua sudah melalui proses tersebut.
Hal itu disampaikan Profesor Heru Hendrayana, Ahli Hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengklarifikasi polemik soal klaim air pegunungan oleh AQUA yang dipertanyakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi alias KDM saat sidak ke Pabrik Subang. Dia mengatakan untuk mengklaim bahwa AMDK itu berasal dari pegunungan tidak sembarangan. Karena menurutnya, untuk memastikan air itu benar-benar berasal dari air pegunungan itu ada syaratnya.
Ditegaskan, air tanah pegunungan itu adalah air tanah yang secara hidrogeologi itu dapat dibuktikan asal-usulnya dari pegunungan. “Nah, itu melalui penelitian, riset, isotop, dan macam-macam lagi tahapnya. Dan untuk perusahaan-perusahaan besar itu sudah membuktikan itu. Ada risetnya, setiap lokasi itu ada risetnya,” ungkapnya.
Sebagai salah satu tim ahli yang ikut mereview asal-usul air baku Aqua pabrik Subang, dia memastikan bahwa Aqua itu memang sudah terbukti air bakunya berasal dari air pegunungan.
Ditegaskan, air pegunungan itu tidak harus di gunung, tapi bisa di lereng, puncak, dan kaki gunung. Bisa juga di dataran gunungnya. “Tapi, secara asal-usul itu sudah dibuktikan asal airnya itu dari gunung,” ucapnya.
Ditegaskan, disebut sebagai air pegunungan, karena air itu memang berasal dari wilayah pegunungan. “Tapi sumber air pegunungan yang digunakan industri AMDK itu tidak harus di gunung, bisa di kaki-kakinya. Itu yang namanya air pegunungan,” tukasnya.
Menurutnya, penentuan air pegunungan itu ibarat DNA kalau manusia. Di mana, air itu juga punya DNA yang namanya kandungan isotop. “Dengan kandungan isotop ini, air itu bisa dideteksi asal usulnya apakah itu berasal dari pegunungan atau tidak. Jika merupakan air pegunungan, sumbernya berasal dari ketinggian berapa dari gunung tersebut juga bisa ditentukan. Nah, itu bisa dideteksi ahli hidrogeologi dan juga orang isotop dari BRIN,” katanya.
Sementara, lanjutnya, ada juga istilah mata air pegunungan. Menurutnya, mata air yang di pegunungan, itu harus ada di pegunungan. Tetapi, lanjutnya, tidak semua mata air di pegunungan itu juga air pegunungan. Dia mencontohkan ada air yang hanya resapan dari curah hujan yang kemudian keluar dalam bentuk mata air yang kecil-kecil dan itu bukan air pegunungan namanya. “Jadi, air hujan yang turun di pegunungan dan meresap kemudian langsung keluar, itu namanya air tanah dangkal dan tidak bisa disebut air pegunungan. Sekalipun lokasinya di gunung tapi airnya bukan dari gunung,” ungkapnya.
Karena, menurutnya, yang disebut air pegunungan itu adalah air hujan yang turun di daerah pegunungan dan itu akan mengalir pada sistem di dalam yang mengikuti batuan di dalamnya. Itu yang namanya air yang sehat,” ujarnya.
Jadi, dia menegaskan kalau KDM mengatakan selama ini beranggapan bahwa air baku Aqua itu dari mata air yang ada di gunung, itu justru pemikiran yang salah. “Itu malah salah. Sebab, air permukaan malah nggak boleh untuk air baku AMDK. Jadi, memang air tanah ini susah dipahami, karena kan invisible dan ahlinya juga nggak banyak,” tegasnya.
Menurutnya, yang harus diperhatikan itu justru usaha-usaha AMDK yang kecil-kecil yang kemungkinan mengambil air bakunya dari belakang rumah tapi dilabeli air pegunungan. “Memang banyak AMDK yang memasang air pegunungan tapi itu hanya kebohongan publik saja. Karena, disebut air pegunungan itu ada syaratnya, dan memang harus dari air pegunungan. Nah untuk perusahaan-perusahaan besar itu memang sudah membuktikan, bahwa itu air pegunungan,” katanya. (cls)

