12 October 2025
HomeBeritaSalah Kaprah Penggunaan Paper Cup yang Dianggap Lebih Ramah Lingkungan

Salah Kaprah Penggunaan Paper Cup yang Dianggap Lebih Ramah Lingkungan

SHNet, Denpasar – Masyarakat Bali menganggap penggunaan paper cup atau cangkir kertas sebagai solusi di tengah larangan penggunaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di bawah 1 liter oleh Gubernur I Wayan Koster. Hal ini terlihat dari beberapa acara di Bali yang dilakukan di hotel-hotel dan acara adat yang menggunakan kemasan ini sebagai wadah untuk minum pengganti AMDK gelas yang biasa digunakan. Akankah itu bisa membuat Bali bersih dari sampah plastik sekali pakai sesuai keinginan Gubernur Bali?

Dalam acara yang diselenggarakan beberapa asosiasi dan juga acara-acara munas di hotel-hotel di Bali serta acara-acara adat di masyarakat, terlihat para peserta dan tamu-tamu di acara tersebut tidak lagi menggunakan  AMDK gelas untuk minum. Pihak hotel dan restoran serta tuan rumah yang menyelenggarakan acara sudah mulai menyediakan air galon dan cangkir kertas sebagai wadah air minumnya. Hal itu dilakukan karena adanya pelarangan penggunaan AMDK gelas dan botol di bawah 1 liter yang tertuang dalam SE Gubernur Bali No. 9 Tahun 2025 yang melarang produk AMDK tersebut digunakan oleh masyarakat di Bali.

Sebagai salah satu perusahaan pengelolaan sampah di Bali, Site Manager EcoBali Recycling, Ni Made Dwi Septiantari, mengutarakan belum ada mesin yang bisa mendaur ulang sampah paper cup ini di Bali. Kalaupun masuk ke pabrik kertas, menurut dia, sampah-sampah itu masih dianggap sebagai kontaminan karena biasanya masih banyak bekas sisa cairan yang menempel. “Jadi, untuk sampah jenis ini belum masuk ke price list bank sampah karena memang termasuk residu,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan para pegiat bank sampah di Bali. Erika, pegiat bank sampah induk Sarana Gathi, mengatakan penggunaan paper cup pada acara-acara adat di masyarakat, hotel-hotel, dan restoran, akan menjadi pencemar lingkungan yang lebih besar ketimbang penggunaan AMDK gelas. “Meskipun terbuat dari kertas, tapi kemasan ini susah terurainya karena ada lapisan plastiknya,” katanya.

Apalagi, lanjutnya, sampah jenis paper cup ini tidak memiliki nilai ekonomi sehingga tidak laku dijual. “Karenanya, kami sebagai pengelola bank sampah tidak bisa menerimanya,” tukasnya.

Pegiat bank sampah lainnya dari Yayasan Bali Wastu Lestari, Ni Wayan Riawati juga menyebutkan pengalihan penggunaan AMDK gelas ke paper cup ini akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang lebih buruk lagi. “Karena, paper cup ini, kertas yang digunakan itu hasil daur ulang dan jauh lebih tidak sehat sebenarnya, sama dengan kertas nasi. Karenanya, kertas itu harus dilapisi plastik di bagian dalamnya. Tapi, untuk bisa didaur ulang, sampahnya harus dimusnahkan karena industri kertas pun tidak mau menerimanya,” ungkapnya.

Profesor Nugraha Edhi Suyatma, pakar teknologi kemasan pangan dari IPB University, mengutarakan  paper cup itu dilapisi lapisan tipis plastik seperti polyethylene (PE) atau polylactic acid (PLA) supaya tahan terhadap air dan minyak. “Lapisan ini yang membuat proses mendaur ulang kemasan ini menjadi  lebih kompleks,” tuturnya.

Menurutnya, paper cup ini hanya bisa didaur ulang menggunakan teknologi hydropulping dan fasilitas recycling. Dijelaskan, hydropulping merupakan proses penguraian kemasan kertas berlapis seperti paper cup dengan menggunakan air dalam jumlah besar dan agitasi mekanis di dalam sebuah mesin bernama hydrapulper. “Proses ini memisahkan serat kertas (pulp) dari lapisan plastik pelapis seperti polyethylene (PE) atau polylactic acid (PLA). Lapisan plastik sisanya dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar RDF (refuse-derived fuel),” katanya.

Tantangannya, menurut dia ada pada biaya operasional dan kebutuhan sistem pengumpulan sampah terpilah.

Hal senada disampaikan ahli plastik Universitas Indonesia, Profesor M. Chalid. Dia juga menyampaikan diperlukan biaya cukup besar untuk memisahkan pelapis plastik dari kertas pada kemasan paper cup. “Sehingga, sulit untuk hitungan bisnisnya,” ucapnya.

Pakar Teknologi Pangan Universitas Trilogi yang juga anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Hermawan Seftiono menuturkan lapisan plastik yang digunakan pada paper cup itu adalah yang low density polyethylene yang memiliki ketahanan panas antara 105 sampai 115 derajat celcius. “Plastik ini yang memiliki densitas yang rendah dari senyawa polyethylene,” jelasnya.

Dia mengungkapkan lapisan plastik pada paper cup itu bertujuan supaya bahan baku yang kertas itu ketika  menampung air, airnya itu tidak tembus ke kertas. “Cuma kendalanya, pada bagian plastiknya ini yang sulit terurai. Kalau misalnya kertas kan mungkin dalam jangka waktu tiga atau enam bulan itu bisa terurai di tanah. Tapi, yang plastiknya ini bisa tahan lama, bisa tahunan masih ada,” ungkapnya.

Jadi, katanya, proses pengolahannya paper cup ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding plastik PET.

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU