Oleh : Inta P.N. Damanik, Esther Kembauw, dan Meilvis E. Tahitu
Ekowisata, adalah model pengembangan pariwisata di suatu daerah yang masih alami atau daerah yang dikelola secara kaidah alam, sehingga dapat dinikmati dan menghargai alam atas segala bentuk budaya di dalamnya, melibatkan unsur pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah, serta secara aktif melibatkan sosial ekonomi masyarakat setempat serta ekowisata memiliki empat unsur, yaitu: petualangan (adventourism), proses belajar (learning), pengkayaan (enriching), serta penghargaan (rewarding) yang terkait dengan objek wisata yang dikunjungi.
Ekowisata, merupakan bentuk wisata yang memberikan penekanan tanggungjawab pada kelestarian alam serta memberikan manfaat ekonomi dan tetap mempertahankan budaya bagi masyarakat setempat.
Dunia wisata terus berkembang, setiap negara selalu berupaya untuk mencari bentuk-bentuk wisata yang baru untuk mengundang calon wisatawan datang karena sektor pariwisata menjadi salah satu sektor yang mendatangkan devisa yang tidak kecil bagi suatu negara.
Berbagai ide-ide kreatif bermunculan, termasuk di Indonesia. Tema wisata yang merupakan penggabungan dua atau lebih kegiatan sambil berwisata memiliki keunggulan tersendiri.
Awalnya dikenal agrowisata, ekowisata, dan kini muncul agroeduwisata. Tentu ini menjadi peluang bagus untuk masyarakat di berbagai daerah pertanian di Indonesia, salah satunya di Provinsi Maluku, yaitu Desa Waimital.
Desa Waimital berada di wilayah Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku.
Desa Waimital adalah salah satu desa transmigrasi dengan komoditi unggulan padi sawah. Sebagai desa transmigrasi, mayoritas penduduk di desa ini adalah suku Jawa.
Perkembangan Desa Waimital sangat baik dan tidak hanya pada usahatani padi sawah saja, tetapi juga pada industri rumahtangga berbasis pertanian, seperti pengolahan tahu dan tempe, usaha pembibitan tanaman hias dan buah-buahan, dan lain-lain.
Melihat perkembangan ini, peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan desa ini adalah menjadikan desa ini sebagai kawasan agroeduwisatasa.
Tentu ada berbagai alasan yang mendasarinya, diantaranya: Pertama, Desa Waimital memiliki sarana dan prasarana usahatani yang tergolong lengkap, mulai dari lahan sawah beririgasi, penggilingan padi, pabrik pupuk organik cair dan padat, peternakan, lahan sayur-sayuran, dan penjualan aneka bibit tanaman buah.
Kedua, petani di Desa Waimital adalah petani yang terbuka terhadap inovasi baru di bidang pertanian dan suka tantangan. Hal ini terlihat dari ujicoba penanaman varietas baru padi sawah, sayuran, dan kini mulai banyak yang mengusahakan budidaya ikan air tawar.
Ketiga, ada kecenderungan generasi muda di Desa Waimital lebih memilih mata pencaharian di luar pertanian. Hal ini tentu dapat mengancam putusnya regenerasi petani. Salah satu alasan yang mendasari ini adalah menjadi petani dianggap selalu bergumul dengan lumpur, tanah, dan jauh dari kata nyaman.
Keempat, desa Waimital mudah diakses dari daerah-daerah lain di Maluku, terutama dari Kota Ambon dan wilayah-wilayah lain di Kabupaten Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah sehingga dapat dimanfaatkan menjadi sekolah lapang bagi para siswa/mahasiswa dan para pegiat pertanian yang ingin belajar pertanian di Desa Waimital, tentunya sambil berwisata.
Kelima, letak Desa Waimital sangat strategis yaitu dekat dengan pelabuhan penyeberangan fery yang menghubungkan wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat dengan Kota Ambon. Dalam hal ini, para pelaku perjalanan dapat mengisi waktu sambil menunggu jadwal penyeberangan ferry dengan berwisata sambil belajar pertanian di Desa Waimital.
Keenam, sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan wisata di Desa Waimital sudah baik, misalnya sudah terdapat beberapa Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dari berbagai bank, tersedia beberapa hotel dan penginapan, beberapa rumah makan dan cafe juga tersedia, aneka toko untuk berbagai keperluan dan pasar tradisional yang bersih, dan sarana prasarana transportasi serta komunikasi juga tersedia.
Ketujuh, belum ada kawasan agroeduwisata di Maluku sehingga Desa Waimital dapat menjadi contoh nantinya untuk pengembangan desa-desa lain.
Potensi Desa Waimital Sebagai Kawasan Agroeduwisata
Menjadikan Desa Waimital sebagai kawasan agroeduwisata perlu didukung dengan potensi yang dapat dijual kepada calon wisatawan, terutama potensi di bidang pertanian. Beberapa potensi yang dimiliki diantaranya:
Pertama, potensi pemandangan (view) yang bernuansa desa di Jawa yang cukup berbeda dengan suasana desa-desa di Maluku. Pemandangan lahan sawah, kolam ikan, hewan peliharaan (sapi, kambing, ayam, dan itik), dan kebun sayur dapat memanjakan mata wisatawan.
Kedua, potensi memberikan pengalaman belajar khususnya tentang pertanian bagi wisatawan. Pengalaman belajar yang dapat disediakan diantaranya proses pengolahan lahan sawah hingga tahap pasca panen padi.
Semua tahapan dapat diamati dan dipelajari bersama petani. Tersedia pula usaha pengolahan tahu dan tempe skala rumah tangga yang dapat menjadi tempat belajar bagi yang berminat. Belajar membuat aneka bibit tanaman terutama dengan cara menyangkok serta budidaya aneka sayuran juga tersedia.
Ketiga, belajar membuat media tanam, pupuk organik cair dan padat juga akan melengkapi kegiatan belajar di Desa Waimital
Keempat, wisata panen sayur dan buah-buahan menjadi daya tarik lainnya yang dapat disediakan.
Kelima, anneka makanan khas masyarakat Jawa menjadi andalan untuk disajikan pada berbagai kesempatan, seperti makan pagi, siang, dan malam di berbagai rumah makan yang ada.
Keenam, wisata budaya khususnya budaya masyarakat Jawa juga tersedia di Desa Waimital.
Target Wisatawan
Sebagai kawasan agroeduwisata maka target utama wisatawan yang diharapkan adalah orang-orang yang ingin belajar tentang pertanian sambil berwisata.
Konsep ini memiliki daya tarik tersendiri karena menjadikan belajar menjadi lebih menyenangkan. Para pelajar dan mahasiswa yang menekuni bidang pertanian, pegiat pertanian, orang-orang yang memiliki hobi bertani menjadi target utama. Target wisatawan lainnya adalah pegiat budaya, pegiat ekonomi, dan pegiat sosial.
Apa yang Harus Dilakukan?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah penyusunan rencana dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan pemerintah di Desa Waimital. Kesatuan pikiran dan kesamaan pemahaman perlu dihasilkan sehingga semua elemen dapat mendukung program ini nantinya.
Perencanaan memuat latar belakang perlunya menjadikan Desa Waimital sebagai kawasan agroeduwisata, permasalahan apa yang dapat diselesaikan dengan konsep agroeduwisata, dan bagaimana mewujudkannya.
Dibutuhkan pendampingan berbagai pihak dalam penyusunan rencana tersebut, diantaranya dari perguruan tinggi, orang-orang yang bergerak di bidang pariwisata, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang dipandang perlu.
Perlu pula memberikan kesempatan kepada beberapa petani sebagai penggerak program untuk melakukan kunjungan ke beberapa daerah yang sudah terlebih dahulu melakukan program tersebut agar dapat membuka wawasan dalam mewujudkannya, dalam prinsip penyuluhan disebut dengan istilah seeing is believing.
Memang ini tidak mudah dan cepat, namun dengan partisipasi aktif semua pihak akan sangat membantu terwujudnya Desa Waimital sebagai Desa Agroeduwisata, apalagi saat ini sudah ada beberapa petani yang menjadikan sebagian lahan usahataninya sebagai lokasi untuk orang-orang berswafoto.
Tidak ada yang tidak dapat dilakukan selama tersedia sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, yang diperlukan adalah kesediaan untuk duduk bersama dan berperan setara antar semua pihak untuk kemajuan bersama.
Dengan berkembangnya Agroeduwisata, akan diperoleh 3 manfaat, yaitu kelestarian sumber daya alam yang akan terjamin, kesejahteraan terhadap masyarakat meningkat dan tidak perlu mengeluarkan biaya lagi karena sumber daya alam akan terjaga apabila dikelola dengan baik.
Meskipun kaya akan sumber daya alam dan jasa lingkungan, wilayah yang ada belum mampu dimanfaatkan secara optimal sehingga masih sangat diperlukan adanya pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan secara dinamis dengan mempertimbangkan aspek ekologi, sosial, ekonomi, kelembagaan, sarana prasarana, serta pemanfaatan yang ada.
Dengan demikian adanya agroeduwisata, para wisatawan dan seluruh komponen yang terkait dalam kegiatan wisata, secara tidak langsung di ajak untuk lebih peka terhadap masalah yang ada di lingkungan maupun sosial, sehingga akan berdampak pada kelestarian sumber daya alam dan tingginya nilai apresiasi para wisatawan terhadap lingkungan sekitar.
Selain itu, masyarakat di sekitar objek pariwisata mendapatkan keuntungan dari adanya pariwisata, karena wisatawan datang dengan tujuan mencari kesempatan untuk bersatu dengan alam dan budaya lokal.
(Penulis adalah Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura)