28 November 2023
HomeBeritaEmpat Solusi ILUNI UI Atas Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan dan Masyarakat

Empat Solusi ILUNI UI Atas Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan dan Masyarakat

SHNet, Jakarta-Dalam rangka urun rembuk serta meng-edukasi masyarakat luas akan dampak polusi udara, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) berhasil menyelenggarakan online seminar nasional (webinar). Acara Seminar Nasional dampak polusi udara ini dibuka oleh dr. Dewi Elina dari Collaborative Action Center (CAC) ILUNI UI dan dihadiri oleh lebih dari 100 peserta, akhir pekan lalu.

Seperti telah diketahui, kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya belakangan memburuk akibat polusi dan terus menjadi perhatian publik serta menghiasi pemberitaan media masa selama tiga bulan terakhir. Polusi udara ini berpotensi membuat warga terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penyakit lainnya.

Menurut data BMKG, KLH dan Kementrian Perhubungan terakhir, buruknya kualitas udara di Jakarta, Tangerang dan sekitarnya belakangan ini rerata berasal dari Transportasi (55%), Industri dan Pembangkit listrik (40%) dan kontribusi lainnya berasal dari Perumahan dan Komersial. ASN yang berada di Jakarta pun bahkan bekerja dari rumah (WFH) pada 21 Agustus–21 Oktober 2023. Bahan pencemar atau polutan utama di udara Jakarta ini mengandung Karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Particulate matter (PM) 2.5, particulate matter (PM) 10, dan Sulfur dioksida (SO2).

Mengacu pada data pemantau kualitas udara terakhir menjadikan Jakarta sebagai kota dengan polusi tertinggi di dunia dimana konsentrasi Partikulat PM 2.5 di Jakarta 9 kali di atas nilai kualitas udara tahunan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Prof. Drs. Bambang Wispriyono, Apt. Ph.D dari Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyararakat, UI sebagai nara sumber dari ILUNI UI menyatakan bahwa alasan mengapa polusi udara mempengaruhi kesehatan, dikarenakan adanya lima faktor yaitu, pertama, ukuran partikulat debu, kedua, kandungan dan konsentrasi polutan di udara, ketiga, lama dan kekerapan pajanan, keempat, kondisi kesehatan dan kebugaran seseorang, dan yang terakhir terdispersi nya bahan polutan di udara ke dalam badan air seperti sungai, danau, dan terakumulasi dalam rantai makanan.

Bahkan menurut data yang dikutip Prof. Bambang, sekitar empat juta orang meninggal pada tahun 2019 akibat paparan polusi udara luar ruangan partikulat halus, dengan tingkat kematian tertinggi terjadi di Asia Timur dan Eropa Tengah, dan di masa mendatang diperkirakan akan lebih banyak korban, teruma anak-anak dan lansia. Beliau juga mencatat bahwa polusi udara yang banyak dibicarakan saat ini masih menyinggung outdoor sementara indoor masih minim perhatian serta perlindungan undang-undang, padahal polusi udara dapat ditransmisikan baik didalam maupun luar ruang, terlebih pada masyarakat urban. Sehingga pendekatan solusi polusi udara yang pas menurutnya adalah lewat kerangka kontrol dan pengurangan resiko.

Prof. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., PhD (Ketua Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan & Industri, FKMUI)

Pentingnya Jaga Kesehatan

Sementara itu dr. Dewi Puspitorini, Sp. P (K), MARS, MH (Ketua IKAMARS UI Anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia/ PDPI) sebagai pembicara kedua memaparkan tentang pentingnya menjaga kesehatan bagi individu (preventive). Menurutnya, sejatinya polusi udara sangatlah sulit dihindari karena polutan mikroskopis dapat masuk ke sistem pertahanan tubuh, dan polutan mikroskopis ini bisa masuk ke saluran napas dan sirkulasi darah sehingga dapat merusak paru, jantung dan otak. Akibat dari polusi udara ini, orang-orang kehilangan 1-6 tahun usia hidup mereka karena udara yang mereka hirup.

Dewi juga menyatakan bahwa menurut data WHO (World Health Organization); 9 dari 10 orang di dunia bernapas dengan udara yang berpolusi. Ada banyak bahaya polusi udara bagi paru, di antaranya Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), asma, Penyakit paru obsturktif kronik (PPOK), kangker paru, gangguan mata, bahkan gangguan jantung dan stroke.

Dalam diskusi ILUNI dampak polusi udara bagi kesehatan ini, Dr. Ardian Nengkoda selaku Wakil Ketua Policy Center (PolCen) ILUNI UI mengatakan bahwa tidak ada satu solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan polusi di Jakarta, perlu terobosan solusi yang parallel dan aksi bersama. Mobilitas warga dengan alasan ekonomi dan mencari nafkah jelas tidak bisa ditahan, tapi sumbangsih polusi udara Jakarta dari transportasi jelas sekali bisa dikurangi katanya. ILUNI UI berkomitmen untuk secara kolektif, aktif memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa masyarakat bisa mengambil peran utama dalam rangka pengurangan polusi.

Berdasarkan riset ILUNI, pengendalian polusi dengan teknologi, penguraian kemacetan serta penggunaan kendaraan listrik tidaklah cukup. Perubahan moda mobilitas masyarakat ke public transport perlu disupport oleh infrastuktur dan sistem yang memadai serta dukungan pemerintah. Partisipasi masyarakat dan pemerintah harus dikerjakan lewat strategi yang terintegrasi dan paralel mencakup empat hal yaitu pengendalian hulu-hilir, monitoring, pengurangan resiko dan adaptasi.

Sebelumnya ILUNI telah berhasil menyelenggarakan beberapa aktifitas dan webinar terkait polusi udara, penanganan sampah, termasuk green leadership, program ini akan dilanjutkan lewat aksi nyata dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat. Dalam kerangka ini, ILUNI UI menawarkan solusi yang terdiri dari penguatan regulasi (memperketat izin kegiatan yang berpotensi menimbulkan polusi udara, menerapkan sanksi jika tidak patuh, penetapan skema Avoid, Improve, dan Shift dalam transportasi), solusi tekno- ekologi, solusi sosial-ekonomi-budaya (termasuk penggunaan masker, menggunakan kendaraan umum dan kearifan lokal masyarakat sadar polusi) dan peningkatan kesehatan. (sur)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU