4 October 2025
HomeBeritaLKSN Jakarta Selatan Gelar Seminar Penguatan Karakter & Pencegahan Bullying: Ciptakan Lingkungan...

LKSN Jakarta Selatan Gelar Seminar Penguatan Karakter & Pencegahan Bullying: Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Inklusif

 SHNet, Jakarta-Tindakan perundungan atau bullying dapat mengakibatkan trauma pada korban dan dampaknya akan sangat panjang. Oleh karena itu perlu pencegahan bersam terutama di satuan pendidikan. Jadi , mari kita ciptakan lingkungan yang aman dan inklusif, agar seluruh siswa merasa aman dan nyaman untuk belajar, dengan melibatkan Satuan Pendidikan, Komite Sekolah, Orang Tua, dan Siswa.

“Terima kasih kepada Lembaga Komite Sekolah Nasional    (LKSN)  DPC Jakarta Selatan karena peduli dengan peningkatan kualitas Pendidikan di Jakarta Selatanm yang mudah-mudahan segera bisa diikuti oleh wilayah-wilayah lainnya” ujar Kepala Dinas Pendidikan Jakarta Selatan, Wilayah I & PLT Wilayah II, Drs. Sarwoko ketika membuka seminar tentang Penguatan Karakter & Pencegahan Bullying di Sekolah yang diselengarakan di Gedung Dinas Pendidikan Jakarta, Rabu (02/10/2025)

Pada kesempatan ini, Sarwoko mengungkapkan, Sudin Jakarta Selatan telah bekerja sama dengan LKSN Jakarta Selatan pada acara-acara: (1) Sosialisasi Peran Komite Sekolah & Sosialisasi TKA, Lokasi di SMAN 82, (2) Hari Anak Nasional, Lokasi SDN Kebayoran Lama Utara 3, (3) Peringatan Hari Anak Nasional di Tebet Ecopark, Taman Ayodia, dan Taman Langsat, (4) Lomba Ruang Kerja Bersih, (5) Lomba Toilet Kinclong SMA & SMP di Jakarta Selatan, (6) Audiensi dengan Walikota Jakarta Selatan, (7) Motivasi & Coaching TKA & UTBK, Lokasi di SMAN 32 Jakarta, (8) Seminar Penguatan Karakter dan Tindakan Pencegahan Bullying di Sekolah.

Flayer seminar

Dalam acara pemukaan seminar ditampilkan juga pegelaran seni dari  tarian Betawi Nyi Demplon dari Sekolah SMP Muhammadiyah 9 Jakarta. Penampilan anak-anak yang memukai ini cukup menghibur para peserta yang sebagaian besar kepala sekolah dan peewakilan komite sekolah.

Sementara Ketua Lembaga Komite Sekolah Nasional (LKSN), DPC Jakarta Selatan, Liya Kusdaliyah, SE, dalam sambutannya mengatakan, anak adalah aset tak ternilai, dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melindungi mereka dari segala bentuk kekerasan.

Ketua Lembaga Komite Sekolah Nasional (LKSN), DPC Jakarta Selatan, Liya Kusdaliyah, SE,

Karena itu lanjut Liya Kusdaliyah, LKSN Jaksel berkolaborasi dengan Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan mengadakan Seminar Penguatan Karakter & Pencegahan Bullying di Sekolah bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang Pencegahan bullying melalui pendidikan penguatan karakter dan memberikan pemahaman dampak Psikologis yang ditimbulkan baik dari sisi pelaku maupun korban itu sendiri serta Regulasi aturan dari pemerintah melalui dinas kepolisian. Maka kami mengundang 3 narsumb Ibu Shara Zakia Nisa S.psi dari PUSPEKA, Ibu Gloria Siagian S.psi Psikologi  Direktur Jejak Kaki Pasikolog dan AKP Citra Ayu Civilia dari Polres.

Untuk menangani & memerangi bullying tidak bisa dilakukan satu pihak butuh kerjasama,kolaborasi, koordinasi serta kepedulian & aksi nyata dari semua pemangku kepentingan yaitu Pemerintah, Sekolah, orgtua & keluarga untuk bisa menjawab tantangan kekerasan terhadap anak.

“Harapan kami semoga acra ini dapat menambah ilmu & wawasan bagi para bpk ibu guru serta komite sekolah untuk mencipyakan lingkungan sekolahnya yang aman & nyaman bebas dari bullying/ perudungan,” kata Liya.

Shara Zakia Nissa, S.Psi

Budaya Aman dan Nyaman

Narasumber dalam seminar ini, Shara Zakia Nissa, S.Psi mengatakan, perlu  penguatan karakter melalui budaya aman, nyaman, dan gembira.“Budaya aman, nyaman, dan gembira, menjadi budaya yang ideal untuk tumbuh kembang murid secara optimal,“ujarnya.

Shara juga mengatakan, pentingnya peran catur pusat pendidika seperti  satuan pendidikan, masyarakat, keluarga, dan media.

“Salah satu strategi mempercepat Upaya pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan adalah melalui pembentukan Satuan Tugas pada pemerintah daerah dan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) pada satuan Pendidikan,” ujar Shara.

Sekolah yang aman Hadiah Terbaik

Narasumber lain, Gloria Siagian M.Psi, Psikolog menegaskan perlunya pendampingan psikologis pada korban dan pelaku bullying.

“Bayangkan seorang anak yang setiap pagi merasa sakit perut sebelum sekolah, bukan karena penyakit fisik, tetapi karena ketakutan bertemu dengan teman yang selalu mengejek atau mendorongnya. Kemudian, Bayangkan juga  seorang anak yang tidak bisa membaca, lalu dipermalukan oleh guru di sekolahnya hingga akhirnya anak tersebut bunuh diri,” papar Gloria.

Gloria Siagian M.Psi,

Gloria mengungkap fakta dari KPAI. Dikemukakan, KPAI mencatat sekitar 3.800 kasus perundungan sepanjang tahun 2023. Jenis bullying yang paling banyak terjadi adalah bullying fisik (55,5%), diikuti verbal (29,3%), dan psikologis (15,2%). Pada 2024, JPPI mencatat terdapat 573 kasus kekerasan yang dilaporkan di lingkungan pendidikan, termasuk sekolah, madrasah, dan pesantren. Jumlah ini mengalami lonjakan yang signifikan

Kemudian, berdasarkan studi Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di antara negara dengan kasus bullying terbanyak di dunia (peringkat ke 5 dari 78 negara), dengan sekitar 41% pelajar usia 15 tahun menjadi korban perundungan dalam sebulan.

“Siapapun bisa menjadi pelaku ataupun korban, tapi hanya perlu 1 saksi untuk bisa menghentikan bullying. Kita tidak bisa selalu mengontrol dunia di luar sana, tapi kita bisa mengontrol budaya di sekolah kita. Sekolah seharusnya menjadi benteng kasih, tempat anak-anak belajar bahwa kekuatan sejati bukan dengan menindas, tapi melindungi. Sekolah yang aman adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan pada generasi penerus.” ujar Gloria.

AKP. Citra Ayu Civilia, S.TK, S.IK, MT

Dalam smeinar ini juga tampil nara sumber dari unsur kepolisian yakni  AKP. Citra Ayu Civilia, S.TK, S.IK, MT yangmengulas soal  regulasi dan penegakan hukum terkait cyberbullying

AKP  Citra Ayu menekankan pentingnya kecerdasan literasi digital, kemampuan memahami dampak positif & negatif era digital, dan bagaimana memanfaatkannya secara positif, serta terhindar dari dampak negatif.

“Perundungan online (cyberbullying) juga menjadi isu kritis yang menimpa perempuan dan anak-anak, merujuk data dari unicef indonesia (2021) menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak di indonesia pernah mengalami perundungan online, dengan perempuan remaja sebagai kelompok paling rentan karena stereotip gender dan seksualisasi di media sosial,”ujarnya.(sur)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU