SHNet, Jakarta – Korea Utara telah menembakkan setidaknya satu rudal balistik ke perairan lepas pantai Jepang, kata militer Korea Selatan dan Jepang.
Itu terjadi ketika kepala intelijen Korea Selatan, Jepang dan AS dilaporkan bertemu di Seoul untuk membahas Korea Utara.
Dalam beberapa pekan terakhir, Pyongyang telah memulai serangkaian tes yang diklaim sebagai rudal jelajah hipersonik dan jarak jauh, serta senjata anti-pesawat.
Beberapa dari tes ini melanggar sanksi internasional yang ketat. Korea Utara secara khusus dilarang oleh PBB untuk menguji coba rudal balistik serta senjata nuklir.
Pada hari Selasa Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan satu rudal diluncurkan dari pelabuhan Sinpo, di timur Korea Utara di mana Pyongyang biasanya menempatkan kapal selamnya. Itu mendarat di Laut Timur, juga dikenal sebagai Laut Jepang.
Dilansir dari BBC, media lokal telah melaporkan bahwa Korea Utara mungkin telah menguji rudal yang diluncurkan dari kapal selam – hanya beberapa minggu setelah Korea Selatan meluncurkan senjatanya sendiri – tetapi ini belum dikonfirmasi oleh pejabat mana pun.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan ada dua rudal balistik yang ditembakkan, menyebut peluncuran itu “sangat disesalkan”.
Perlombaan senjata
Peluncuran itu dilakukan saat Korea Selatan mengembangkan senjatanya sendiri, yang menurut pengamat telah berubah menjadi perlombaan senjata di semenanjung Korea.
Seoul mengadakan apa yang dikatakan sebagai pameran pertahanan terbesar Korea Selatan minggu ini. Ini dilaporkan akan mengungkap jet tempur baru serta senjata berpemandu seperti rudal. Itu juga akan segera meluncurkan roket luar angkasanya sendiri.
Korea Utara dan Selatan secara teknis tetap berperang karena Perang Korea, yang membagi semenanjung menjadi dua negara dan yang membuat AS mendukung Selatan, berakhir pada tahun 1953 dengan gencatan senjata.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan pekan lalu bahwa dia tidak ingin perang pecah di semenanjung Korea lagi, tetapi mengatakan negaranya perlu terus mengembangkan senjata untuk pertahanan diri melawan musuh, yaitu AS yang dia tuduh bermusuhan.
Utusan AS untuk Korea Utara, Sung Kim, saat ini sedang dalam perjalanan ke Korea Selatan untuk membahas bagaimana memulai kembali dialog dengan Pyongyang, termasuk apakah harus ada deklarasi resmi berakhirnya Perang Korea.
Dalam 24 jam terakhir, dia telah menegaskan kembali sikap pemerintahan Biden bahwa terbuka untuk bertemu dengan Korea Utara tanpa prasyarat. Pembicaraan sebelumnya antara AS dan Korea Utara gagal karena ketidaksepakatan mendasar tentang denuklirisasi.
AS ingin Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya sebelum sanksi dapat dilonggarkan, tetapi Korea Utara sejauh ini menolak. (Tutut Herlina)