Jakarta– Wakil Gubernur NTT, Dr. Josef Nae Soi mengatakan, Reba Ngada bukan hanya milik orang Ngada, tetapi juga milik seluruh rakyat NTT dan seluruh rakyat Indonesia. Reba itu merupakan warisan intelektual nenek moyang wajib untuk dilestarikan.
Wagub Josef Nae Soi menyampaikan itu ketika menghadiri perayaan Reba Ngada di Anjungan NTT di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Sabtu (19/2/2023). Reba ini dihadiri ribuan warga Ngada, undangan yang bermukim di Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang.
Menurut Wagub, Reba Ngada merupakan manifestasi hakekat manusia dari sudut budaya serta menunjukkan ekspresi budaya tradisional yang merupakan warisan dari generasi terdahulu. Wagub mengatakan, dalam berbagai kesempatan sering menanyakan kepada orang tua mengenai asal-usul leluhur orang Ngada, dan memperoleh informasi kalau orang Ngada datang dari segitiga India, Tibet dan China Selatan, kemudian menyebar ke Jawa, Bima, Sumba dan tiba di Aimere (Ngada).
“Untuk itu, ke depan untuk mengajar orang Jawa, Bima dan Sumba untuk Reba bersama, karena kita semua itu sebetulnya kakak beradik. Kita ajak Reba bersama,” jelas Wagub NTT.
Wagub Josef Nae Soi menuturkan, Reba merupakan bagian dari upaya hidup yang harmonis. Sebab, keberhasilan hanya dapat diperoleh dengan kehidupan yang harmoni. Dia menegaskan, Reba memiliki harmoni empat “A”, yakni harmoni dengan Allah, harmoni dengan Arwah atau nenek moyang, harmoni dengan Alam, serta harmoni dengan Adat. “Untuk itu, kita harus menjadi orang Indonesia 100 persen, menjadi orang NTT 100 persen dan orang Ngada 100 persen,” jelas Wagub yang disambut tepuk tangan.
Sebagai Pemerintah NTT, jelas Wagub, pihaknya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Ngada dan semua pihak yang telah menyelenggarakan Reba sebagai eskpresi, yang patut gaungkan setiap saat.
Bupati Ngada, Andreas Paru juga memberikan apresiasi kepada semua warga Ngada di Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang yang sangat antusias dan ikut menyemarakkan Reba Ngada di TMII. Menurutnya, Reba Ngada ini sangat penting untuk dilestarikan, terutama untuk generasi muda Ngada dalam hingar binger Kota Jakarta.
Untuk itu, Bupati Andreas berjanji akan segera mengeluarkan surat keputusan agar Reba Ngada di Jakarta digelar secara rutin sertiap tahun, karena sangat penting bagi Ngada. Dengan keputusan itu, katanya, diharapkan Pemda dan Komunitas Ngada dalam berkolaborasi untuk menentukan kalender tetap setuap tahun. “Sebagai Bupati Ngada, saya sangat bangga dengan apa yang dilakukan warga Ngada. Kalian hebat,” katanya.
Apalagi, kata Bupati, Pemerintah telah menetapkan Reba Ngada sebagai warisan budaya tak benda, sehingga menjadi kewajiban semua pihak untuk melestarikan Reba.
Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan rasa terima kasih terhadap jasa para leluhur. Upacara ini juga digunakan untuk mengevaluasi segala hal tentang kehidupan bermasyarakat pada tahun sebelumnya yang telah dijalani oleh masyarakat Ngada. Melalui upacara ini, keluarga dan masyarakat meminta petunjuk kepada tokoh agama dan tokoh adat untuk dapat menjalani hidup lebih baik pada tahun yang baru. Upacara ini diadakan setiap tahun baru, tepatnya di bulan Januari atau Februari.
Pada kesempatan itu, Wagub NTT Josef Nae Soi juga menyinggung mengenai peristiwa kejadian alam luar biasa di Takari, Kabupaten Kupang, pada Jumat (17/2/2023).
Menurutnya, kejadian di Takari bukan tanah longsor, tetapi bukit yang berpindah. Sebab, semua pohon dan rumput masih tetap utuh dan ikut berpindah menutup ruas jalan trans Timor. Wagub juga mengingatkan, firman Tuhan yang menyatakan, kalau ada iman sebesar biji sesawi saja, maka gunungpun bisa diperintahkan untuk pindah. “Saya tidak tahu, apakah ada iman sebesar biji sesawi atau memang karena alam marah,” katanya.
Peristiwa itu, kata Wagub, dapat diambil hikmahnya bahwa sangat penting bagi semua manusia untuk hidup harmoni dengan alam dan lingkungannya.(dd)