26 April 2024
HomeBeritaBangka Tengah Benahi Cagar Budaya Sumur Tujuh

Bangka Tengah Benahi Cagar Budaya Sumur Tujuh

SHNet, Jakarta – Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, membenahi kawasan cagar budaya Sumur Tujuh, menjadi kawasan wisata menarik dan aman bagi pengunjung.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Bangka Tengah, Zainal di Koba, Rabu mengatakan Sumur Tujuh merupakan sumur bekas peninggalan zaman Jepang pada 1943.

“Itu sumur posisinya berjejer, dulu difungsikan sebagai tempat memproduksi garam terbesar di Pulau Bangka,” katanya.

Zainal mengatakan, tahun ini sumur tersebut dibenahi sehingga layak menjadi kawasan cagar budaya yang aman dan menarik untuk dikunjungi.

“Sumur itu akan kita lengkapi dengan pengamanan, sehingga tidak membahayakan bagi pengunjung,” katanya.

Ia mengatakan tujuh unit sumur itu letaknya berjejer dengan ukuran sekitar satu meter persegi di pesisir pantai Tanjung yang sekarang dikenal dengan Pantai Sumur Tujuh.

Belum ada ada catatan sejarah terkait keberadaan sumur tujuh tersebut, namun menurut cerita sumur itu dibangun pada zaman Jepang pada 1943.

“Sumur tujuh ini akan kami kembangkan menjadi kawasan wisata sejarah yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah ini,” katanya.

Sementara itu, Syahrial, seorang tokoh masyarakat Bangka Tengah mengatakan menurut sejarah sumur tujuh itu dibangun pada masa penjajahan Jepang. “Sumur itu dibangun bukan zaman kolonial Belanda, tetapi pada masa penjajahan Jepang pada 1943,” ujarnya.

Ia mengatakan, sumur itu dibangun untuk menyuling air laut yang kemudian diolah pada masa itu menjadi air garam.

“Kalau tidak salah ada satu pipa besar yang terhubung langsung ke laut, fungsinya untuk mengalirkan air laut ke sumur sebagai bahan baku garam,” ujarnya.

Masyarakat lokal  menyebutnya dengan sumor tujoh atau sumur tujuh. Ada juga yang menyebut dengan nama perigi tujuh. Sumur tujuh berfungsi untuk menampung air laut yang kemudian diolah menjadi garam.

Garam yang dihasilkan dari sumur tujuh itu untuk memenuhi kebutuhan makanan tentara Jepang.

Dalam tulisan di media massa, sejarawan Pangkalpinang, Akhmad Elvian mengatakan, kebutuhan akan garam sangat penting untuk diproduksi secara lokal pada situasi perang terutama untuk balatentara Jepang.

“Garam dibuat dengan cara menyalurkan air laut melalui pipa ke bagian tengah sumur,” kata Akhmad Elvian.

Saat di dalam sumur, terjadi penguapan dan air laut ditimba untuk selanjutnya diletakkan pada belahan-belahan bambu. “Dibiarkan terpapar panas matahari selama 7 sampai 15 hari hingga berubah menjadi butiran garam dan siap untuk digunakan,” ujar Elvian. B

Fisik bangunan sumur masih terjaga dengan baik. Sumur berdiri kokoh dengan konstruksi dinding setebal 15 sentimeter. Situs bersejarah yang berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat kota Koba, Bangka Tengah atau sekitar 45 kilometer dari Kota Pangkalpinang itu menjadi bagian dari kawasan pariwisata Tanjung Langka. Tempat wisata ini ramai dikunjungi pada liburan akhir pekan atau hari libur nasional. (Victor)

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU