25 January 2025
HomeBeritaCISDI Kritik Pemberian Susu UHT dalam MBG

CISDI Kritik Pemberian Susu UHT dalam MBG

SHNet, Jakarta-Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mengkritik pemberian susu Ultra High Temperature (UHT) dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemberian susu UHT dinilai tidak selaras dengan semangat MBG untuk memberikan gizi optimal kepada anak-anak sekolah.

Sebelumnya, pemerintah dalam berbagai kesempatan menggunakan susu UHT saat melakukan uji coba program MBG. Bahkan, wakil presiden Gibran Rakabuming Raka kerap terlihat membagikan susu UHT kepada anak-anak dalam berbagai kegiatannya.

CEO dan founder CISDI, Diah Satyani Saminarsih menyebut susu UHT memiliki kandungan gula yang sangat tinggi. Maka dari itu, dia sangat tidak menyarankan pemberian susu UHT pada anak-anak.

“Jadi susu UHT itu tinggi gula. Dan itu yang kita selalu hindari karena [susu] itu akhirnya masuknya ke dalam kategori minuman berpemanis dalam kemasan,” ujar Diah.

Dikutip dari laman Halodoc, susu UHT atau susu ultra-heat treatment adalah susu yang telah dipanaskan pada suhu lebih dari 135° Celsius selama beberapa detik. Meski dianggap lebih steril, namun konsumsi susu UHT harus sangat diperhatikan, karena susu UHT tidak diperuntukkan untuk segala usia, khususnya bayi.

Berdasarkan artikel yang ditinjau oleh dr. Merry Dame Cristy Pane tersebut, dijelaskan kandungan susu UHT tidak begitu lengkap bila dibandingkan susu formula. Kandungan zat besi misalnya, pada susu UHT cukup rendah. Padahal, zat besi memiliki peranan penting mencegah terjadinya anemia dan menjaga kesehatan sel-sel tubuhnya.

Selain mengkritik pemberian susu UHT, Diah turut menyoroti ketidakjelasan tujuan dan target yang ingin dicapai melalui program MBG. Diah menilai pemerintah tidak pernah secara gamblang menjelaskan sasaran yang jelas. Selama ini pemerintah hanya menerangkan peningkatan gizi semata kepada masyarakat.

Menurut Diah, pemerintah harus jelas sasaran dari program MBG. “Apa yang mau dikoreksi [dari MBG]? untuk usia berapa? dan mau mengurangi makanan yang tinggi gula garam lemaknya kah? Jadi ini yang kita juga harus perjelas dengan lebih clear, program ini mau seperti apa?” tutur Diah.

Hal yang tidak kalah penting juga menurut Diah adalah penerapan standar gizi dari program MBG. Jangan sampai, pemberian MBG kepada anak sekolah hanya sekadar menyesuaikan dengan anggaran semata.

“Yang tidak kalah penting adalah standar isinya itu apa dari makan bergizi gratis ini? Karena kita juga mengetahui dari yang disiapkan yang disiarkan 10.000 rupiah itu standarnya apa? Apa kecukupan gizinya? Kan bukan hanya untuk kenyang, ya kan? Namanya juga makan bergizi gratis,” ungkap Diah. (FH)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU