SHNet, Jakarta- Pandemi memaksa kita bertransformasi digital lebih cepat. Ada perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, dan lanskap yang ada ke cara-cara baru.
Kemudian budaya digital masuk sebagai sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana teknologi dan internet membentuk cara kita berinteraksi sebagai manusia, yaitu cara kita berprilaku, berpikir dan berkomunikasi dalam masyarakat.
“Seluruh topik dalam kajian budaya digital dapat dikerucutkan menjadi sebuah tema besar yaitu hubungan antar manusia dan teknologi,” kata Febi Indirani, seorang Penulis dan Aktivis Literasi saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat I, pada Kamis (17/6/2021).
Lebih jauh Feby mengungkapkan, kelompok masyarakat tidak sama dalam mengadopsi teknologi. Pertama ada kelompok inovator yang hanya sebesar 2,5% dari populasi, mereka merupakan para pencetus atau pencipta teknologi. Selanjutnya ada kelompok yang mudah menerima perubahan karena usia masih muda dan kebanyakan dari populasi adalah yang muncul rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang baru tersebut sehingga mulai belajar dan memakainya.
Pengguna internet di Indonesia diketahui naik sebesar 15.5% atau sebanyak 27 juta orang selama pandemi. Sementara pengguna media sosial aktif tumbuh 6,3% atau 10 juta orang menurut data Social-Hootsuit Januari 2021. “Artinya kita memang sudah sangat terhubung dengan internet, bahkan sudah sepertiga hidup kita rata-rata warga Indonesia menghabiskan waktu di internet 9 jam dengan 3 jam digunakan bersosial media,” kata Feby.
Lebih jauh dia juga mengungkapkan media sosial diberikan gratis, karena produknya adalah para penggunanya sebab itu pertanyaannya adalah apakah media sosial memanfaatkan pengguna atau Anda sebagai pemakai yang memanfaatkan media sosial. Sebenarnya di media sosial juga tidak ada privasi, data, postingan hingga tanda suka menjadi basis data algoritma iklan besar-besaran. Sehingga produk tertentu ditargetkan sebagai iklan untuk penggunanya.
“Profesor Cal New Port, dari Digital Minimalism yang sejak awal menciptakan blog mengungkapkan media sosial memang diciptakan untuk membuat ketagihan dan penasaran terus-menerus scroll content untuk memacu hormon dopamine,” kata Feby lagi.
Mewaspadai penggunaan internet berlebihan terutama sosial media bila cenderung memberikan dampak negatif. Karena bila tidak bijaksana mungkin bisa terkena dampak negatifnya seperti terpapar berita hoaks, pemahaman radikalisme, ujaran kebencian, hingga Kekerasan Gender Berbasis Online (KBGO). (Stevani Elisabeth)