19 January 2025
HomeBeritaDosen UIN Syekh Nurjati Cirebon Ajak Masyarakat Kritis dalam Menghadapi Gempuran Media...

Dosen UIN Syekh Nurjati Cirebon Ajak Masyarakat Kritis dalam Menghadapi Gempuran Media Sosial dan AI

SHNet, Cirebon – Dalam era digital yang ditandai dengan gempuran informasi dari media sosial dan teknologi kecerdasan buatan (AI), sebagai masyarakat, kita dihadapkan pada tantangan untuk memilah fakta dari hoaks, terutama mengenai isu-isu sensitif seperti boikot produk yang diduga berkaitan dengan Israel. Informasi yang beredar di ranah digital sering kali tidak objektif, bahkan dapat menyesatkan.

Dosen Senior dan Direktur Kantor Internasional (IOP) UIN Syekh Nurjati Cirebon, Lala Bumela Sudimantara, menegaskan pentingnya sikap kritis dalam menyaring informasi. “Kritis adalah kunci agar kita tak sekadar menelan informasi mentah-mentah. Harus ada proses penyaringan dan konfirmasi untuk menjamin bahwa informasi yang dipilih adalah yang paling akurat,” ujarnya dalam seminar bertajuk “Peluang dan Tantangan AI, Sosial Media, dan Islam dalam Dunia Global,” yang berlangsung di kampus UIN Syekh Nurjati Cirebon pada Kamis (5/12/2024).

Dalam seminar tersebut, Lala Bumela juga mengingatkan bahwa penggunaan AI harus dilakukan dengan bijak. “AI hanyalah alat bantu. Informasi yang ditemukan di dunia maya tidak memiliki makna sampai kita melakukan analisis,” tegasnya, merujuk pada pentingnya daya kritis dalam mencerna informasi.

Lala mengutip pernyataan Professor Philippe Heiligmann, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Luxembourg, yang menekankan perlunya memberikan bimbingan kepada masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan AI secara efisien. Ini penting agar elemen-elemen seperti kreativitas dan kemampuan berpikir kritis tetap terjaga di tengah kemajuan teknologi.

Senada dengan Lala, Prof. Nadirsyah Hosen, pakar hukum serta dosen dari Universitas Melbourne, menegaskan bahwa perkembangan teknologi, termasuk AI, tak bisa dihindari. “Publik yang tidak bisa mengikuti kemajuan ini akan tersisih, layaknya fosil yang tertimbun oleh evolusi teknologi,” ujarnya.

Dalam konteks ini, baik Lala maupun Nadirsyah menyerukan kehati-hatian dalam menggunakan media sosial. Mereka mengingatkan agar setiap individu yang terjun dalam dunia digital mampu memilah informasi dengan bijak, memahami mana yang membawa manfaat dan mana yang berpotensi menimbulkan mudarat.

Nadirsyah mencontohkan bagaimana AI dan media sosial dapat digunakan untuk propaganda, khususnya dalam konflik Palestina-Israel. “Informasi yang terjadi di ranah ini sering kali dimanipulasi oleh pihak-pihak dengan kepentingan tertentu,” jelasnya. “AI bisa menjadi sumber informasi, tetapi ia tidak dapat dijadikan sumber konfirmasi.”

Di tengah tantangan ini, kedua narasumber juga menekankan perlunya masyarakat untuk tetap kritis dan aktif dalam menganalisis informasi yang diterima, sehingga tidak mudah terjebak dalam pusaran disinformasi yang kian marak. Kemandirian berpikir menjadi modal utama bagi setiap individu untuk menghadapi dunia yang semakin terhubung ini. (Rud)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU