JAKARTA-Rusia melakukan operasi militer ke Ukraina yang membawa dampak global. Ternyata, Amerika Serikat dan sekutunya tidak siap menghadapi perubahan dunia menuju Multipolar. Beberapa media mendapatkan kesempatan melakukan percakapan dengan Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia, Madame Lyudmila Georgievna Vorobieva di kediamannya di Jakarta, beberapa waktu lalu. Selamat menyimak.
Bagaimana perasaan Anda dalam bertugas sebagai Duta Besar Rusia di Indonesia sampai saat ini?Maret tahun ini akan menjadi tahun kelima sejak saya datang ke Indonesia. Saya tidak sedang berdiplomasi dengan anda saat ini. Indonesia bagi saya adalah “cinta pada pandangan pertamai. Itulah kenyataannya. Saya telah tinggal 30 tahun lebih di Asia, dan Indonesia adalah negeri yang unik dengan rakyatnya yang menarik dan baik hati dengan alamnya yang cantik dengan potensi yang sangat besar. Saya sangat senang sekali ditugaskan di sini. Saya ingin bisa tinggal lebih lama tapi sayangnya ada batasan seorang dubes bisa menetap. Dan mungkin pada tahun ini saya akan mengakhiri masa tugas saya di Indonesia dan kembali ke Moskow
Apa yang menjadi tugas khusus Anda selama bertugas di Indonesia selama ini?
Tentu tugas setiap duta besar di setiap negara adalah membangun hubungan bilateral dan berdialog berbagai aspek ekonomi, politik, kebudayaan, turisme dan kemanusiaan di kedua negara. Jadi tugas saya adalah mengerahkan semua staf kedutaan besar untuk membangun berbagai hubungan bilateral tersebut di Indonesia.
Indonesia dan Rusia telah memiliki hubungan yang sangat panjang. Bagaimana menurut Anda hubungan tersebut hari ini?
Anda benar. Kita telah membangun hubungan diplomatik sejak 3 Februari 1950. Sudah 73 tahun hubungan diplomatik kedua negara sampai hari ini. Bahkan jauh sebelumnya, ada banyak kisah menarik antara kedua negara yang bisa kita ceritakan jika kita punya cukup waktu menyoroti sejarah hubungan Indonesia dan Rusia. Salah satunya, ada makam dari seorang perwira angkatan laut Rusia di Pulau We, Kota Sabang Aceh. Perwira itu dimakamkan di sana pada tahun 1901. Tentu saja hubungan kedua negara terbangun sangat baik selama ini karena berbasiskan pada tradisi persahabatan sampai hari ini. Terutama oleh Presiden Soekarno yang sempat berkunjung ke negeri kami sebanyak 4 kali. Selama 20 tahun hubungan Indonesia Rusia tumbuh sangat kuat. Walaupun di tengah situasi politik yang rumit, tapi trendnya sangat positif sampai hari ini. Apalagi saat ini, setelah kunjungi Presiden RI, Pak Joko Widodo pada bulan Juni 2022 lalu dan berdialog dengan sangat akrab selama 2 jam dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Setelah itu kedua Presiden sempat berdiskusi lewat telpon sebanyak 3 kali kalau saya tidak salah.
Menteri Luar Negeri kami, Sergei Lavrov juga pernah berkunjung sebanyak 2 kali tahun lalu dalam rangka Kepresidenan Indonesia dalam G-20 dan bertemu beberapa kali dengan ibu Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Indonesia di luar Indonesia dalam beberapa pertemuan Internasional. Jurubicara parlemen kami, Valentina Matviyenko juga mengunjungi Indonesia dalam rangka G-20, tapi dia juga mengadakan pertemuan bilateral dengan pemimpin parlemen dari Indonesia. Jadi kita menikmati dialog politik yang sangat aktif.
Necara perdagangan kami juga meningkat 50% tahun lalu. Kami juga sedang melakukan beberapa proyek investasi. Tentu belum cukup tapi kami sedang kerjakan, kebanyak dalam bidang migas. Juga ada peningkatan jumlah turis dari Rusia ke Indonesia tahun lalu sebanyak 50,000 turis ke Bali, tentu masih sepertiganya dibanding sebelum Pandemi Covid-19. Kami percaya akan cepat meningkat lagi dalam waktu dekat ini. Kami juga memberikan beasiswa pada 800 mahasiswa Indonesia belajar di Rusia. Pemerintah Rusia akan menambah 300 beasiswa lagi tahun ini. Tahun lalu kami menerima 11,000 permohonan beasiswa. Tentu saja pemerintah kami akan meningkatkan secara bertahap jumlah penerimaan beasiswa untuk Indonesia. Jadi kami melihat hubungan kedua negara semakin erat.
Indonesia bagi kami adalah partner kunci yang sangat penting di regional ini dan secara global. Kami menyaksikan peran penting Indonesia tersebut saat menjadi Presiden dari G-20 dan sekarang Indonesia menjadi ketua dari ASEAN. Kami juga memiliki hubungan kerjasama yang kuat dengan ASEAN dan Indonesia adalah partner strategis bagi kami. Kami berharap kerjasama di masa depan akan terus meningkat.
Di masa depan kerja sama penting apa yang perlu dilakukan kedua negara?
Tentu saja dialog dan interaksi politik yang berbasiskan kesamaan nilai antara kedua negara dan kesamaan pandangan dalam melihat tatanan dunia. Tentu saja hubungan politik harus berbasiskan pada kerjasama solid di bidang ekonomi. Perdagangan kita meningkat walau belum cukup jika dibandingkan dengan potensi yang sangat besar dimiliki kedua negara. Kita tentu saja perlu meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Juga kita perlu meningkat kerja sama di bidang energi, termasuk energi nuklir. Dan pada saat pemerintah Indonesia sudah siap maka Rusia sangat siap membantu karena kami memiliki pengalaman, kami memiliki teknologi, saat ini kami memiliki 10 proyek investasi di bidang energi nuklir dengan negara-negara sahabat. Kami berharap Indonesia dapat juga nantinya menikmati keuntungan dari teknologi nuklir dan keahlian kami di bidang nuklir ini.
Tentu juga di bidang Information Teknologi. Indonesia mulai tertarik dengan dengan perusahaan-perusahaan Information Teknologi Rusia yang sudah masuk kesini. Kita juga segera akan membangun pesawat dan perkapalan komersial. Di bidang medis seperti yang Anda tahu, Rusia juga memiliki industri farmasi yang maju, kami memproduksi vaksin anti Covid-19 dan semua jenis obat-obatan yang siap untuk bekerja sama dengan Indonesia karena merupakan sektor yang sangat penting.
Pada Desember tahun lalu kami mulai proses negosiasi dalam perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara Perserikatan Ekonomi Euro-Asia dan Rusia adalah bagian dari perserikatan tersebut bersama Bellarusia, Armenia, Kazakstan dan Kirgiztan. Kami sedang berkerja untuk perjanjian perdagangan bebas ini dan berharap proses negosiasi akan selesai selama dua tahun ini dan akan menghasilkan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara Rusia dan Indonesia.
Jadi ada banyak yang bisa kita lakukan bersama di tengah kesulitan ekonomi global yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi rakyat Indonesia dan Rusia
Pada tahun 2.000-an Indonesia dan Rusia pernah punya rencana untuk melakukan sistim barter dalam perdagangan, apakah masih bisa dilakukan di masa depan?
Apapun juga yang cocok dan menguntungkan bagi kedua negara pasti dapat dipertimbangkan untuk dilakukan, walaupun menurut saya sistem barter sudah terlalu kuno, sangat old fashion di tengah berbagai instrumen baru. Namun ditengah situasi saat ini, model ini bisa dipertimbangkan kalau cocok kedua belah pihak.
Apakah investor Rusia juga tertarik untuk ikut membangun IKN (Ibu Kota Nusantara) saat ini?
Saya yakin hal ini pasti sudah didiskusikan antara kedua presiden kita Jokowi dan Putin pada Juni 2022 lalu. Dan Indonesia telah mengundang partner investasi dari Rusia menjadi bagian dari proyek IKN. Saya tahu persis Moskow sangat tertarik untuk ikut serta dalam proyek IKN ini sehingga dapat berbagi beberapa teknologi Smart City yang sudah kami miliki di Moskow. Karena Moskow saat ini menjadi salah satu kota ternyaman di Eropa. Kami sudah berhasil mengembangkan sistem transportasi publik yang sangat baik. Awalnya kami memiliki transportasi bawah tanah sejak tahun 1930-an yang sekarang telah dimodernisasi.
Setiap kali saya pulang ke Moskow saya melihat stasiun-stasiun metro baru. Saat ini kita bisa pergi kemana saja keliling Moskow lewat transportasi bawah tanah. Bus-bus kota telah diganti dengan bus-bus bertenaga listrik. Menurut saya proyek IKN akan menjadi kerja sama yang sangat bagus kedua negara. Kami juga punya pengalaman dalam pembangunan jalan kereta api. Saya yakin ibukota baru Nusantara akan membutuhkan jalan-jalan kereta api dan tentu saja energi untuk menyediakan listrik buat ibukota baru Nusantara. Jadi pemerintah kami sangat melihat peluang besar dalam proyek IKN ini.
Madame, Presiden kami Joko Widodo telah datang ke Moskow mengunjungi Presiden Putin, kapan Presiden Putin akan datang mengunjungi Indonesia?
Saya belum bisa confirm saat ini, tapi kita berharap Presiden Putin bisa segera datang ke Indonesia. Kami berharap Presiden Putin bisa datang karena pada bulan bulan September akan ada ASEAN Summit dan East Asian Summit. Jadi kami juga berharap Putin bisa datang, namun sangat tergantung pada situasi geopolitik global.
Bagaimana menurut Anda dengan netralitas Indonesia dalam KTT G-20 yang lalu?
Kami sangat menghargai posisi pemerintah Indonesia yang memimpin Presidency G-20. Dengan upaya keras Indonesia, Rusia bisa berpartisipasi dalam semua meeting. Kita tahu ada tekanan yang kuat dari tujuh negara G-7 untuk menyingkirkan Rusia dari berbagai forum dan mengalihkan tema ekonomi global serta persoalan keuangan yang sangat penting menjadi konfrontasi politik. Hanya karena dipimpin oleh Indonesia itu semua tidak terjadi. Presiden Putin oleh karenanya mengirim pesan ucapan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang sangat balance dan konstruktif. Berkali-kali kami mengatakan, mungkin kalau negara lain yang memimpin G-20 itu, kita tidak akan mendapatkan hasil yang baik, terutama kalau kita lihat Deklarasi G-20, yang disamping banyak perbedaan pandangan, yang tentu Rusia harus fleksibel dalam menentukan bahasa pada deklarasi yang menyoroti krisis Ukraina. Hal ini juga mempengaruhi deklarasi APEC di Bangkok. Indonesia sukses besar memimpin KTT G-20 dan menunjukkan kemampuannya sebagai pemain global.
Hari ini Indonesia ditunjuk sebagai Chairman ASEAN, bagaimana menurut Anda?
Kami berharap Indonesia bisa sukses juga sebagai Ketua ASEAN. Tentu kami berharap juga Indonesia bisa tetap memiliki posisi yang imbang, karena Rusia berpartisipasi dalam banyak aktivitas dan pertemuan yang berhubungan dengan ASEAN. Seperti saat ini ada SOM (Senior Official Meeting) dialog antara Kementerian Pertahanan ASEAN. Delegasi Rusia juga ikut serta berpartisipasi didalamnya. Kami berharap menteri pertahanan kami juga bisa partisipasi dalam pertemuan tersebut. Kami juga siap berpartisipasi dalam pertemuan antara Kementerian Luar Negeri ASEAN. Kami yakin Indonesia akan tetap bisa balance sehubungan dengan partisipasi dari Rusia. Dan pasti akan mencapai sukses besar.
Madame bisa sekali lagi menjelaskan apa yang menjadi latar belakang operasi militer khusus Rusia di Ukraina?
Akar dari krisis di Ukraina hari ini bukan berawal setahun yang lalu. Tapi telah terjadi jauh sebelumnya ketika propaganda barat menyebutkan ada “serangan Rusia ke Ukraina,” yang sesungguhnya kebohongan besar. Karena bertahun-tahun kami berusaha mengatasi masalah di Ukraina. Presiden kami menegaskan bahwa Rusia tidak pernah memulai perang. Rusia justru banyak menghentikan perang. Apa yang sedang kami lakukan saat ini adalah mengakhiri perang yang sudah dimulai sejak 2014. Pada tahun 2014 itu, sebuah pemerintah yang sangat Ruso-phobia mengambil kekuasaan secara illegal lewat sebuah kudeta yang didukung oleh negara-negara barat. Sesungguhnya pihak Baratlah yang membawa Ruso-phobia dan kelompok Neo-Nazi mengambil kekuasaan di Kyiev. Tentu saja ini menunjukkan standar ganda kemunafikan barat, karena Neo-Nazi adalah ideologi terlarang di seluruh dunia setelah perang dunia kedua. Tapi barat justru mendukung Ruso-Phobia dan Neo-Nazi di Ukraina.
Setelah berkuasa pemerintahan Ukraina dan Neo-Nazinya sangat Ruso-Phobia. Mereka melarang penggunaan bahasa Rusia dan semua kebudayaan Rusia. Itu sama saja kalau ada pelarangan bahasa Jawa di Jawa atau pelarangan bahasa Bali di Bali. Bagaimana itu bisa terjadi, ini sangat tidak mungkin! Karena semua orang Ukraina bisa berbahasa Rusia dan 50% menganggap dirinya etnis Rusia. Mereka orang Ukraina yang beretnis Rusia. Dan Ada 3 wilayah di Ukraina didominasi orang Rusia yaitu Crimea yang 90%nya orang Rusia. Lugansk-Donetz yang 90% orang Rusia,– mereka memprotes dan menolak kebijakan Kyiev seperti itu. Dan bukannya menyelesaikan persoalan ini dengan damai lewat dialog, pemerintahan Kyiev mengirim tentara ke Lugansk-Donetz dan mereka siapkan juga tentara ke Crimea.
Crimea akhirnya memvoting bergabung dengan Rusia dan kami menerimanya. Kami melindungi mereka. Lugansk –Donetz memilih merdeka lepas dari Kyiev. Saat itu, kami tidak menerima mereka, kami tidak mengakui mereka sebagai bagian dari Rusia, walaupun mereka menginginkannya. Kami berusaha mengatasi persoalan ini dengan mendorong kepemimpinan di Luganks-Donetz dan Kyiev untuk duduk bersama untuk mencari solusi bersama. Hal ini juga di dukung oleh negara-negara Eropa. Dan pada tahun 2015, Perjanjian Minks di tandatangani.
Dalam perjanjian tersebut tertulis roadmap yang sangat jelas untuk menyelesaikan persoalan-persoalan didalam Ukraina yang didukung oleh Dewan Keamanan PBB yang diadopsi dalam Resolusi 2022 sehingga menjadikannya bagian dari Hukum Internasional. Menurut perjanjian itu, Kyiev secara hukum harus menerapkan otonomi khusus di Luganks-Donetz di dalam Ukraina dan harus mengijinkan sekolah-sekolah Rusia, boleh berbahasa Rusia boleh menjalankan budaya Rusia. Apakah semua itu terjadi? Tidak pernah! Dan sekarang kita dengar pernyataan seorang pimpinan barat, Engela Merkel, mantan kanselir Jerman dan Zelensky terang-terangan mengatakan bahwa Barat dan Kyiev tidak ada niatan untuk berkomitmen pada perjanjian Minsk. Secara mendasar mereka telah berbohong,- kepada Rusia, kepada Luganks-Donetz dan kepada seluruh masyarakat internasional. Mereka hanya ingin menolak perjanjian itu untuk memperpanjang waktu mempersenjatai Ukraina. Sementara itu selama 8 tahun ini mereka menjadikan Ukraina sebagai instrumen militer untuk menyerang Rusia. Setidaknya mereka berhasil.
Jadi selama 8 tahun ini kami mendesak Kyiev untuk kembali berkomitmen pada perjanjian Minsk. Mendesak para pendukung Baratnya untuk mendesak Kyiev berkomitmen pada perjanjian itu. Tapi mereka malahan mengirim tentara, membom Lugansk Donetz, membunuh 14,000 orang termasuk anak-anak, perempuan dan orang tua. Delapan tahun mereka menghancurkan infrastruktur publik. Masakan kami harus mengabaikan semua itu!
Dan pada Februari 2022 Kyiev menyiapkan serangan massif ke Luganks- Donetz dan juga Crimea yang saat itu sudah menjadi bagian dari Rusia. Oleh karena itu pemerintah Rusia dan Presiden Putin akhirnya mengakui kemerdekaan Luganks Donetz dan menandatangani perjanjian dengan mereka bahwa Rusia akan menyediakan bantuan termasuk bantuan militer. Kedua republik tersebut meminta bantuan pertahanan pada Rusia. Inilah yang menjadi landasan legal operasi militer kami di kedua negara itu.
Dan kami melakukan operasi militer khusus ini bukan untuk menghancurkan Ukraina, bukan juga untuk menyakiti rakyat Ukraina yang juga saudara kami sendiri. Tapi untuk melindungi rakyat Luganks Donetz dan melindungi negara kami sendiri. Karena sudah jelas ada serangan massif pada Luganks Donetz dan Rusia. Ini yang yang menjadi akar konflik. Tapi Ukraina telah digunakan Barat sabagai alat anti Rusia, dalam arti untuk melemahkan atau bahkan merusak Rusia.
Tentu Barat takut konfrontasi langsung dengan menggunakan senjata nuklir, makanya mereka menggunakan Ukraina. Bagi rakyat Ukraina ini adalah tragedi. Pemerintahnya dan presidennya telah menjual atau mengkhianati kepentingan rakyatnya sendiri, demi melindungi dan melayani kepentingan Barat. Ini adalah tragedi. Kalau Anda ke Rusia, Anda akan melihat tidak ada kebencian kepada rakyat Ukraina. Kami tidak ada propaganda untuk membenci Ukraina, atau mempengaruhi untuk membenci rakyat Ukraina. Di Moskow, restoran Ukraina tetap buka. Sebaliknya Anda tidak akan melihat hal serupa di Ukraiana.
Jadi kalau Anda selanjutnya bertanya, mengapa Barat sangat ingin menghancurkan Rusia? Sangat jelas, jika kita hanya punya ilusi sebelum krisis Ukraina dimulai, tapi sekarang kita dapat mengerti dengan terang benderang apa yang diinginkan dan direncanakan Barat. Mereka tidak ingin Rusia menjadi kuat dan independen. Mengapa? Karena kami menyangsikan dan menolak semua dominasi barat.
Saat ini kita melihat ada dua model geopolitik. Yang pertama adalah Dunia Unipolar yang dipromosikan oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Secara gampang mereka ingin mengatakan, ‘Kami yang terbaik’, ‘Kami yang terkuat’, ‘ kami yang paling demokratis’. ‘Anda setuju maka Anda aman. Anda tidak setuju apa yang kami perintahkan, maka kami akan datang untuk menghancurkanmu, secara militer atau secara ekonomi’. Dan semua itu terjadi di Yugoslavia, Libya, Afganistan dan tentu saja di Irak. Di Irak satu juta orang mati karena diserang oleh Amerika. Dan mereka menyebutnya sebagai Colleteral Damage,–sinis banget.
Di lain sisi, Rusia menawarkan geopolitik yang lain yaitu, yaitu model Multipolar yang semua pihak setara, semua pihak punya hak untuk berkembang, semua pihak memiliki hak melindungi kepentingannya. Tak ada pihak yang punya hak untuk memerintahkan negara lain apa yang harus dilakukan seperti yang sudah ada dalam Dewan keamanan PBB, dimana keputusan diambil oleh mayoritas, atau oleh anggota tetap yang disepakati.
Tapi masalahnya adalah Barat, yang saya maksud Amerika Serikat dan sekutunya tidak siap hadir dalam paradigma ini dalam model ini. Karena selama berabad-abad kesejahteraan mereka didapatkan dari dominasi dan eksploitasi di negara-negara lainnya. Sejak zaman kolonial seperti yang terjadi di Indonesia, bahkan sampai pada akhir era kolonial, Barat sangat jelas bisa kita liat, memaksakan kebijakan-kebijakan neokolonial.
Pada tahun 1991, setelah keruntuhan Uni Soviet, kami mengalami ilusi bahwa Barat akan memberlakukan kami setara. Tapi itu tidak pernah terjadi! Mereka sebenarnya merusak ekonomi kami, dan merampas sumber daya alam kami. Itulah kebijakan neo kolonial mereka. Secara terang-terangan mereka menyatakan bahwa kesejahtaraan negara-negara Eropa didapatkan dari sumberdaya alam murah dari Rusia dan buruh murah dari China. Dan sekarang adalah akhir dari semua itu! Merekalah yang mengakhirinya! Sekarang ini sedang terjadi transisi yang menyakitkan bagi mereka, dari dunia Unipolar yang didominasi oleh Barat menuju dunia Multipolar yang terdiri dari berbagai kekuatan ekonomi baru yang sedang bangkit. Ini bukan kehendak kami. Tapi, yang kami inginkan adalah proses objektif yang saat ini sedang terjadi!
Kita menyaksikan kebangkitan China, yang selalu menjadi bad guy bagi barat. Kenapa? Karena China semakin kuat. Karena mereka memenangkan kompetisi. Hal yang sama sedang bangkit di India, Asean, negara-negara Afrika dan negara-negara Latin Amerika. Pertumbuhan ekonomi ini juga punya pengaruh politik tentu saja.
Jadi kita menyaksikan dunia tidak lagi sama saat ini. Sekarang ini sedang berubah, itulah sebabnya terjadi krisis. Karena barat sedang mencengkeram dominasi mereka. Mereka tidak siap dan tidak mau perubahan ini berlangsung. Kami tidak menginginkan mereka menyerah. Kami menginginkan kesetaraan. Tapi mereka tidak menginginkannya! Jadi sedalam itu dampak krisis Ukraina. Ini bukan tentang Ukraina. Ukraina hanya korban. Bukan korban agresi Rusia, tetapi korban kebijakan neokolonial barat. Dan kami sangat bersimpati pada rakyat Ukraina.
Madame, satu pertanyaan lagi, apa sebenarnya yang diinginkan Rusia pada dunia ini?
Tentu sulit mendapatkan gambaran bagaimana jadinya dunia secara keseluruhan nantinya. Tapi secara prinsip kami memperjuangkan sistim hubungan internasional yang lebih adil. Pada saat Amerika dan sekutunya bicara tentang peraturan-peraturan berbasiskan World Order, kami tidak bisa menerima itu semua. Mengapa mereka menegaskan itu? Karena mereka kalah dalam kompetisi dalam norma dan peraturan yang ada. Mereka kalah dalam kompetisi dengan China. Mereka kalah berkompetisi dengan Rusia. Itu sebabnya mereka menginginkan pertaturan-peraturan baru diberlakukan untuk membantu mereka melanjutkan dominasi mereka. Tapi siapa yang akan menuliskan peraturan itu ? Itu pertanyaan besar. Pasti bukan Rusia, bukan China, bukan India dan bukan juga Indonesia. Pasti mereka yang akan melakukannya. Jadi mengapa kita harus menerima peraturan baru mereka itu? Yang pasti tidak akan adil, kita yakin itu.
Kita sudah lihat apa yang terjadi selama ini. Mereka menggunakan berbagai agenda dengan menggunakan kata-kata indah seperti Hak Azasi Manusia. Tentu Hak Azasi Manusia sangat penting. Tapi mereka menggunakannya sebagai alat untuk intervensi campur tangan pada setiap negara. Dan juga gold standard pada demokrasi dan Hak Azasi Manusia. Setiap negeri memiliki sejarah, tradisi dan budaya masing-masing. Mengapa mereka memaksakan agenda LGBT di negara muslim? Tentu saja tidak bisa diterima. Dan mereka melakukannya secara agresif seperti saat pertandingan sepak bola di Qatar. Mereka paksakan untuk menerima agenda itu walaupun bertentangan dengan tradisi bahkan hukum negara tersebut. Agenda itu tidak dapat diterima oleh tradisi kami di Rusia.
Tentang Green Agenda. Tentu kita harus melestarikan dan melindungi lingkungan hidup kita. Tapi jangan menjadi alat untuk memeras negara lain, jangan intervensi pada persoalan internal negara lain. Mengapa Amerika harus memaksakan hukum dan peraturan mereka di negara lain? Seperti dalam persoalan kelapa sawit yang dihadapi Indonesia saat ini. Mereka menggunakan segala cara untuk mendominasi, memeras, memaksakan kehendak, membuat negera lain mengikuti kehendak mereka. Mayoritas negara tidak menyukai itu. Barat selalu percaya bahwa mereka kuat. Tapi beberapa negara tidak takut dan menolak untuk diintervensi, diperas bahkan diserang secara militer. Libya memang bukan negara dengan standar demokrasi barat, tapi mereka negara yang sejahterah, rakyatnya punya sistim pendidikan yang bagus, tapi lihat Libya sekarang dihancurkan dan sekarang ini terjadi perang sipil, orang saling membunuh. Jadi Barat terus berusaha menggenggam erat dominasinya. Sementara kita ingin perubahan agar segera bisa melihat dunia yang lebih adil. Rusia tidak ingin menjadi dominan seperti yang sering dipropagandakan oleh barat bahwa Putin ingin membangun kembali kerajaan Rusia dan ingin memperluas wilayah. Maaf kami negara terbesar di dunia, kita tidak butuh menambah wilayah lagi. Silakan datang ke Siberia dan lihat seluas apa wilayah itu. Kami tidak mencari dominasi kekuasaan seperti Amerika Serikat. Kami hanya menginginkan dunia yang lebih adil, dimana kepentingan semua bangsa terpenuhi. Kami sangat terbuka untuk kerja sama yang setara, tanpa ada yang memaksakan kehendaknya pada kami.
Madame, mengapa ada Rusia dan China yang bisa melawan kehendak Barat, sementara ada negara yang tidak mampu melawan? Apa yang menjadi kekuatan kedua negara ini?
Yang paling utama, adalah akhirnya kami sampai pada titik dimana kami tidak bisa menerima semua dominasi mereka. Karena pada awal 2021, Zelensky menyatakan Ukraina akan menjadi anggota NATO. Buat kami hal ini tidak bisa diterima. Karena setelah keruntuhan Uni Soviet, Gorbachov melakukan kesepakatan dengan NATO, bahwa kami mengizinkan Jerman kembali bersatu setelah terpisah antara timur dan barat Jerman. Di Jerman Timur kami menempatkan tentara setelah usai perang dunia kedua. Jadi Rusia sepakat menarik tentara dari Jerman Timur kemudian pernyatuan Jerman tapi NATO dilarang ekspansi dan mendekat perbatasan kami. Tapi ternyata mereka membohongi kami. NATO tetap memperluas wilayah sampai perbatasan Rusia.
Ada lima ekspansi dilakukan oleh NATO termasuk diwilayah Baltik. Tapi yang tidak bisa kami terima lagi adalah ekspansi ke Ukraina. Karena ada perbatasan 2.000 kilometer. Jika infrastruktur militer NATO ada di perbatasan Rusia maka dalam 2 menit misile NATO dapat mencapai Moskow. Kami sudah meyampaikan kami tidak bisa menerima. Kami tidak setuju dengan rencana NATO tersebut. Bahkan merancang sebuah perjanjian dengan NATO untuk memastikan kepentingan keamanan kami, Tapi mereka mengabaikan itu.
Jadi kami tiba dititik dimana kami tidak bisa memastikan keamanan dan kedaulatan kami tanpa operasi militer khusus ini. Tentu kami menjadi lebih kuat. Tanpa infrastruktur pertahanan dan ketangguhan ekonomi, kami tidak akan mampu melakukannya.
China telah menjadi kekuatan ekonomi nomor satu di dunia sehingga menjadi negara dengan potensi ekonomi. Kami, Rusia juga menjadi negara dengan potensi pertahanan, karena kami memiliki kekuatan nuklir untuk menghadapi Amerika Serikat dan Barat. Jika kami tidak memiliki kekuatan nuklir, sejak lama kami sudah kehilangan Yugoslavia. Kami sadar betul apabila Barat berhasil menjalankan rencananya, maka kami akan kehilangan kedaulatan, pertama kedaulatan ekonomi kemudian kedaulatan negara. Seperti yang secara terang-terangan mereka katakan, mereka ingin melihat Rusia terpecah-pecah. Mereka tidak ingin meliha Rusia sebagai negara besar, tapi menginginkan Rusia menjadi banyak negera. Bagaimana kami dapat menerima itu semua, tentu saja tidak! Ini adalah masalah bertahan sebagai sebuah bangsa dan negara. Kami sudah dicatat dalam Guiness Record sebagai negara yang paling banyak terkena sanksi, dengan 14,000 sanksi. Dan mereka berpikir Rusia akan hancur seperti yang dikatakan oleh Obama. Itu tidak pernah terjadi! Saya tidak mengatakan kami dalam situasi yang sempurna. Tentu ada banyak kesulitan kami hadapi. Tapi ekonomi kami bisa beradaptasi. Tahun lalu ada pertumbukan ekonomi 2%, tentu bukan 30% atai 50% seperti yang diharapkan. Dan tahun ini kami telah melihat pertumbuhan. IMF meramalkan tahun ini akan ada pertumbuhan 1-2%. Itu bagus sekali dalam situasi geopolitik seperti saat ini.
Tentu kita butuh waktu untuk bisa berhubungan kembali dengan Eropa, tentu tanpa Amerika. Namun sekarang kami sedang mengembangkan hubungan ekonomi dengan Asia, ASEAN termasuk Indonesia. Sejak awal tahun sudah mulai masuk berbagai delegasi bisnis ke Indonesia. Tidak benar kami terisolasi karena mayoritas negara di dunia tetap bekerjasama dengan Rusia. Ditengah kesulitan saat ini perdagangan kami dengan China berlipat ganda. Perdagangan dengan India terus bertumbuh. Dengan Indonesia meningkat 50%. Ekonomi kami bisa beradaptasi. Dan saya bisa mengatakan kami akan menang! Bukan hanya secara militer seperti propaganda Barat selama ini. Tidak ada keraguan secara militer kami menang, tapi yang kami inginkan adalah kemenangan yang lebih luas dalam hal nilai-nilai yang selama ini kami promosikan. Nilai-nilai baru yaitu lebih adil, lebih fair dan sistem yang setara dalam hubungan internasional.
Ok Madame, pesan penutup apa yang penting untuk anda sampaikan buat rakyat Indonesia?
Ok. Rakyat Indonesia akan selalu menjadi kawan baik kami sejak zaman Presiden Soekarno, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia. Tapi khususnya pada tahun 1960-an. Semua orang di Rusia tahu Rayuan Pulau Kelapa. Semua orang tahu Presiden Soekarno. Saya yakin hubungan kita akan semakin kuat dan semakin baik, karena Indonesia adalah negara besar, Rusia adalah negara besar dan kita bisa melakukan banyak hal bersama-sama.
T: Terima kasih banyak madame, kami juga berharap (Indonesia dan Rusia) dapat bersama lagi untuk sepanjang masa.
J: Terima kasih, Spasiba (Bless You)! (daniel dt)