SHNet, Jakarta-Tuntas sudah pengabdian puluhan tahun Hans Utama Raphael di kampus yang ikut dibidaninya, Institut Media Digital Emtek (IMDE). Sebuah perpisahan sederhana tapi penuh makna digelar di Kampus Baru IMDE, Kamis (23/01/2025, oleh kolega dosen dan tenaga pendidikan IMDE. Rektor dan juga Wakil Rektor serta para Ketua Program Studi pun hadir.
Seperti biasa, penampilan figur penuh dedikasi yang biasa disapa Pak Hans ini mengenakan jeans biru, yang sebelah kiri, ada sobekan alias blel serta kaos hitam dengan lambang ikan terbang di sebelah dada kiri. Kaos itu senngaja dikenakan di hari penuh kenangan, sebab ikan terbang adalah ikon stasiun televisi Indosiar, yang dia ikut bidani juga.
“Separuh hidup saya, saya habiskan di kawasana/area ini” ungkap Hans agak emosial untuk menunjukkan kompleks Emtek City, Jakarta Barat yang menjadi markas stasiun TV Indosiar, Moji TV, Mentari TV, dan tentunya kampus IMDE.
Kompleks stasiun Indosiar dan kampus IMDE memang penuh kenangan bagi Hans. Ia sangat bangga melihat perkembangan Indosiar dan kampus yang ikut dibangunnya berkembang luar biasa. “Semoga terus maju dan menjadi harapan banyak generasi muda menempa studi dan karir,”harapnya.
Sebagai salah satu tokoh pelaku sejarah pendirian stasiun TV Indosiar dan kampus IMDE (sebelumnya bernama Akademi Televisi Indonesia/ATVI dan pada awalnya dinamakan Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi (ATKI), Hans Utama menceritakan sekilas pendirian Indosiar dan ATKI hingga berkembang dan sejumlah posisi dipegang Hans.
Karir yang dijalani di Grup EMTEK ini cukup lama, Hans Utama yang kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Jurusan Desain Grafis, 1976 – 1982. Memang sejak awal fokus pada bidang seni dan entertaint. Sebelum bergabung di Indosiar, Ia menjadi Freelance Graphic Designer & Art Director, 1980 – 1985, lalu aktif di dunia Fashion & Modelling dan pertunjukan di Kota Bandung dan melalui Studio Intermodel menjadi Event Organizer, 1983 – 1992.
Diakui pria yang sudah berumur 70 tahun lebih tapi masih sangat energik ini, seni menjadi obsesnya sejak kecil untuk digeluti, bahkan studi di ITB pun dipilihnya Fakultas Seni Rupa yang memang fokus pada seni. “Jadi kalau saya betah 32 tahun di Indosiar-IMDE, karena seni cita-cita saya sejak kecil,” katanya.
Ada awal, ada akhir, dan siklus kehidupan dalam dunia kerja itu sangat disadari Hans Utama. “Akhirnya sampai juga pada titik ini, situasi ini sudah saya bayangkan sebelumnya. Saya harus siap dengan fase ini. Semoga lembaran baru setelah dari sini, saya masih bisa mengabdikan ilmu dan pengalaman, mohon doanya,” pinta Hans Utama.

TakTergantikan
Rektor IMDE, Totok Amin Sufijanto yang memberikan sambutan perpisahan mengatakan, legacy yang telah diberikan Pak Hans Utama, tak tergantikan. “Kalau melayani atau melaksanakan tugas itu sangat tuntas, istilahnya melayani 360 derajat, bayangkan. Jadi etos kerja seperti itu mestinya bisa dilaksanakan oleh yang lain,” ujarnya sambil menambahkan bahwa legacy yang telah ditunjukkan oleh Pak Hans harus kita teruskan.
Totok melanjutkan, contoh legacy dalam bentuk pelaksanaan tugas antara lain, beliau proaktif dalam mempersiapkan dan kemudian melaksanakan apapun tugas yang diberikan. Beliau juga menjelaskan sejumlah antisipasi sebelum tugas dilaksanakan.
“Semoga teman-teman bisa mengambil contoh dan meneruskan pola kerja Pak Hans. Lihat saja kaos yang dikenakan, ada lambing ikan terbang, itu lambang Indosiar yang sangat dibanggakannya,” ucap Totok menekankan kembali nilai dan etos kerja Pak Hans yang perlu ditiru.
Dalam kesempatan ini, Totok yang baru kembali dari Amerika Serikat (AS) memberikan hadiah kecil tapi amat berkesan bagi Hans Utama yakni sebungkus Coffee Hazelnut Latte. “Wahh ini surprise sekali Pak Totok, khusus memberikan ini. Pak Totok ingat betul ketika saya cerita sangat suka minum Coffee Hazelnut Latte, ehh dibeli langsung dari Amerika. Thank you Pak Totok,” kata Hans dengan semangat.

Kesan Kolega
Acara lepas sambut Hans Utama makin bermakna karena sejumlah kolega meberikan kesan dan testimoninya terhadap sosok ikonik di IMDE ini. Rekan sesama di Indosiar yang kini menjadi dosen IMDE, Rusman Latief mengatakan, Hans Utama banyak tau dan banyak mengerjakan sesuatu hingga tuntas.
Yang membuat berkesan Rusman, setiap diskusi dengan Hans Utama, dengan cepat berubah menjadi suatu konsep yang siap dilaksanakan. “Jadi ngobrol atau diskusi dengan Pak Hans, selalu muncul ide-ide baru yang inovatif.” tambahRusman.
Ciptono Setyobudi, rekan di Indosiar yang kini menjadi dosen dan Wakil Rektor IMDE Bidang Akademik memberi kesan yang bisa menjadi motivasi yang lebih muda yakni semangat yang luar biasa dari sosok Pak Hans.
“Pak Hans bisa dicontoh, di mana pun dan kapan pun dia tidak pernah menjelekkan orang. Yang diomongkan selalu ide, gagasan, atau rencana yang positif,” ucap Ciptono.
Wakil Rektor IMDE Bidang Non-Akademik, Rhewindinar juga punya kesan mendalam meski belum lama mengenal dan berkolaborasi dengan Hans Utama. “Jangkauan pergaulan atau networking Pak Hans luas sekali, di mana-mana banyak dikenal,” katanya.
Generasi muda dosen IMDE, yang juga Kaprodi Seni Pertujukkan, Adlino Dananjaya memberi kesan singkat, “Pak Hans adalah mentor saya untuk mengerjakan acara-acar di IMDE. Pak Hans yang juga mengenalkan langsung industry penyiaran pada saya. Terima kasih, Pak,” tuturnya.
Begitu juga Sekretaris Rektor yang relatif muda dan baru di IMDE, Audry mengatakan, “Yang saya lihat, dedikasi dan legacy yang ditinggalkan Pak Hans buat IMDE luar biasa.”
Ade Solahudin, dari Admisi PMB IMDE yang sudah lama bekerja di institusi ini tak bisa mengucapkan banyak kalimat. “Bagi saya, Pak Hans itu inspiratif,” katanya singkat.
Salah satu Tim Marketing lain yang notabene alumni ATVI, Rezi lebih sedikit bernostalgia saat kampus IMDE masih bernama ATKI dan ruang kelas yang hanya 3 buah serta sederhana fasilitasnya. “Sukses selalu Pak Hans.” (sur)