Jakarta-Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Sokotunggal Jakarta menyelenggarakan acara Haul Kebangsaan bertajuk “Berbuat Baik Bagi Sesama Mengenang Manaqih Hidupnya” pada Kamis (22/12/2022). Hal itu untuk memperingati 13 tahun wafatnya sosok hebat dan berpengaruh Presiden K.H Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur sebagai bukti bahwa Gus Dur hidup di hati para pencintanya.
Acara yang diselenggarakan di Jakarta Timur ini menghadirkan Narasumber yang merupakan orang terdekat, sahabat dan Mitra kerja dari Gusdur semasa hidup yaitu Pimpinan Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Sokotunggal Jakarta K.H Nuril Arifin Husein atau yang akrab disapa Gus Nuril dan Antonius Benny Susetyo Tokoh Katolik sekaligus Staff Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia.
Gus Dur adalah simbol perlawanan, keteguhan, konsistensi. Ia dicintai dari segala pemeluk lintas agama. Jejak hidupnya adalah keteladanan. Ya cendikiawan, ya kiai, ya pengamat sepak bola, ya kutu buku.
Gus Nuril menyampaikan, semua harus bersatu dan bersama melanjutkan Perjuangan Kyai Abdurrahman Wahid, yaitu dengan berusaha menjawab dan membahas fenomena sosial tanpa filter dengan semangat keakraban dan kebersamaan yang tidak kehilangan kekritisan dan kepedulian terhadap fenomena sosial yang tidak hanya seremonial namun dengan berlaku nyata menyebarkan semangat dalam menjaga dan mempersatukan NKRI apapun latar belakang identitasnya.
Gus Nuril mengatakan, Gus Dur dalam keterbatasannya terbukti tidak hanya mampu menyentuh hati umat Islam namun seluruh Bangsa Indonesia, khususnya yang mencintai perdamaian.
Lewat tangan dinginnya, Gus Dur juga bisa menciptakan figur-figur terpilih yang berkontribusi penting bagi bangsa. “Hendaknya kita sebagai para penerusnya dapat menjaga kedamaian dan keberagaman yang menjadi kenyataan Hidup bangsa Indonesia. Hendaknya teladan Gus Dur tidak hanya kita ingat, namun juga kita bagikan dan tularkan sehingga semangat kedamaian dalam keberagaman yang secara nyata Gus Dur tanamkan sepanjang hidupnya,” katanya.
Menurutnya, nilai itu harus tetap lestari dan menjadi Dasar bagi semua untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini harus senantiasa menyebar rahmat dan kedamaian sebagaimana yang Gusdur lakukan seumur hidupnya yaitu tak mengenal lelah menebar cinta dan kebaikan ke seluruh Penjuru Negeri tanpa memandang latar belakang identitasnya,” katanya.
Staff Khusus BPIP Benny Susetyo menyatakan bahwa beliau pertama kali bertemu dan bekerjasama bersama K.H Abdurrahman Wahid terkait kasus kerusuhan situbondo. Kerjasama tersebut bertujuan untuk dapat kembali merajut perdamaian di Situbondo yang sempat rusak akibat kerusuhan bernuansa SARA dan agar konflik yang terjadi di Situbondo tidak meluas ke Wilayah lain di Jawa Timur.
Benny mengatakan, persahabatan itu terus berkembang dengan bersama sepanjang 1996 hingga 1998 dengan usaha membentengi Jawa Timur agar tidak terjadi konflik dan kerusuhan. Gusdur mengundang para romo untuk bertemu dan berdialog dengan para Kyai di seluruh jawa timur. Usaha ini membuahkan hasil dengan pada tidak terjadinya kerusuhan 1998 yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia ke jawa timur. Hasil tersebut diraih karena usaha gigih Gusdur dalam membangun solidaritas dan persatuan kesatuan antar pemeluk agama.
Benny mengatakan, Gusdur sebagai pribadi mampu melihat realita yang tak bisa dilihat orang banyak. Begitu juga, kemungkinan yang mungkin masyarakat dan manusia lain abaikan, dengan segala keterbatasannya, Gusdur mampu lebih dahulu mengerti dan memperhatikan.
Hal ini, katanya, menunjukkan kepiawaian beliau dalam kemampuannya menjaga bangsa, kedamaian, persatuan dengan selalu mampu dan mampu membangun suasana menyenangkan dengan guyonan segarnya. Spirit Gusdur ini hendaknya dapat dujaga dan dilestarikan sehingga semangat kebersamaan dalam berbangsa itu selalu dapat dinikmati dan dirasakan bahkan dalam masa yang akan datang.
Menurut Benny, pembahasan tentang Presiden Abdurrahman Wahid di Acara yang dihadiri 100 Orang dari berbagai kalangan tersebut dengan menyatakan bahwa, Gusdur merupakan bukti nyata bahwa Beragama harus selalu menjadi Inspirasi, beragama berarti menjaga dan mencintai sesama ciptaan Tuhan, bahkan mereka yang terpinggirkan. Untuk itu, Gusdur simbol persatuan dan simbol keberagaman yang akan selalu mendapat tempat yang spesial di dalam Perjalanan Bangsa dan Negara ini.
K.H Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia merupakan tokoh yang sangat penting dan berpengaruh dalam perjalanan Bangsa Indonesia.
Bukan saja, Gus Dur pernah menjabat menjadi Presiden Indonesia dan Tokoh Besar Nahdatul Ulama selama masa hidup dan berkarya beliau senantiasa berperan aktif dan efektif dalam usaha menjaga persatuan dan kesatuan bangsa beliau juga selalu berusaha untuk mencegah Diskriminasi dan perundungan terhadap kaum kaum minoritas dan terpinggirkan di Negeri ini.(dd)