SHNet, Jakarta – Petani di Desa Petarangan, Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menggelar tradisi sedekah bumi seusai panen raya tembakau sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Meskipun panen tembakau tahun ini hasilnya kurang baik, tetapi tetap kami syukuri karena warga masih diberikan kesehatan dan keselamatan,” kata Kepala Desa Petarangan Jumarno di Temanggung, Jumat.
Dalam tradisi ini warga membawa nasi tumpeng, ingkung ayam, dan aneka makanan tradisional ke puncak Bukit Botorono yang merupakan destinasi wisata yang ada di Desa Petarangan.
Mereka duduk beralaskan tikar dan makanan diletakkan di depannya. Setelah berdoa yang dipimpin pemuka agar setempat, mereka pun mulai makan bersama dan saling tukar makanan yang dibawa.
Jumarno menuturkan selain sebagai rasa syukur, tradisi ini juga untuk meminta keselamatan pada Allah semoga seluruh warga Petarangan dan Temanggung pada umumnya selalau diberikan kesehatan dan kelancara dalam mencari nafkah.
“Kami berdoa agar mendapat keselamatan dan kelancaran usaha untuk tahun yang akan datang,” katanya seperti dikutip dari Antara.
Menurut dia ritual sedekah bumi ini juga merupakan rangkaian perayaan maulid nabi dengan menggelar pengajian dan pentas seni wayang kulit.
“Tahun ini sengaja dilaksanakan di Puncak Botorono sekaligus untuk promosi tempat wisata ini agar lebih banyak wisatawan yang datang ke sini. Jika warga banyak yang berwisata pendapatan warga akan meningkat,” katanya.
Warga Petarangan Zaenudin mengatakan sedekah bumi kembali dilaksanakan, setelah tahun lalu diliburkan karena kasus COVID-19 yang tinggi dan warga belum mendapat vaksinasi,” katanya.
Tahun ini kendati masih pandemi, ritual digelar dengan memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah pemaparan COVID-19. Selain itu warga telah banyak mendapatkan vaksinasi serta angka kasus COVID-19 sudah melandai.
Ia mengatakan ritual sengaja digelar di obyek wisata Botorono untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Sebelumnya, puluhan warga dari lintas agama dan penganut kepercayaan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Minggu menggelar ritual sedekah bumi di titik tempuran (pertemuan) dua aliran sungai Kali Ngrowo dan Kali Song yang berlokasi di Kelurahan Panggungrejo, Kota Tulungagung.
Ritual diiringi sejumlah penari barongan, aneka tumpeng serta beberapa jenis ternak diarak untuk selanjutnya dilepasliarkan ke tepi Sungai Ngrowo. Ritual budaya yang dipandegani Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) itupun menarik perhatian masyarakat sekitar.
Selain baru pertama digelar di lokasi “tempuran” sungai, ritual pelarungan ternak itik, burung, hingga ikan lele ke arah sungai juga diwarnai aksi rebutan oleh warga yang telah menunggu sedari pagi.
“Kegiatan ini bertujuan membangkitkan peradaban leluhur di Tulungagung, yang berada di sekitar Sungai Ngrowo,” kata Ketua MLKI Tulungagung, Sukriston.
Dijelaskan Sukriston saat penyampaian sambutan mewakili MLKI, sungai sebagai perwujudan kehidupan, dimana peradaban lahir di sekitar sungai. Menurutnya, tempuran Sungai Ngrowo dan Sungai Song sebagai simbol pertemuan dua peradaban.
Sungai Ngrowo melambangkan peradaban dari Timur atau Gunung Lawu, sedang Sungai Song melambangkan peradaban di sekitar Gunung Wilis.
Kedua bertemu di tempuran ini, sehingga 2 peradaban bertemu. “Selain tempuran sungai, juga merupakan tempuran peradaban,” jelasnya. (Victor)