11 September 2024
HomeBeritaTalkshow Merdeka Digital di ATVI-IMDE: Indonesia Belum Merdeka secara Digital

Talkshow Merdeka Digital di ATVI-IMDE: Indonesia Belum Merdeka secara Digital

SHNet,Jakarta-Akses yang tidak merata terhadap teknologi dan internet masih menjadi permasalahan di beberapa wilayah. Kesenjangan digital dapat membatasi kesempatan masyarakat untuk memanfaatkan teknologi digital secara optimal.

Hal itu dikemukakan Koordinator Perlindungan Data Pribadi dan Keamanan Data Informasi, Dr. Kautsarina ketika tampil sebagai salah satu pembicara dalam talkshow  “Merdeka Digital” yang diselenggarakan Akademi Televisi Indonesia (ATVI)-Institut Media Digital Emtek (IMDE) di Kampus 1 ATVI-IMDE di Emtek City, Jakarta, Selasa (13/08/2024). Talkshow diikuti para dosen, tenaga pendidikan, mahasiswa, dan calon mahasiswa ATVI-IMDE.

Talkshow  yang dibuka Direktur ATVI-IMDE, Totok.A. Soefijanto, Ed,D ini merupakan awal dari dua hal penting yakni pertama, diskusi bulanan ATVI IMDE yang membahas topik strategis komunikasi dan entertainment. Kedua,   pembukaan penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2025-2026 ATVI-IMDE.

Dalam paparan berjudul “Merdeka Digital yang Aman: Membangun Ekosistem Digital yang Berdaulat dan Aman” Kautsarina mengatakan, ancaman siber dan perlindungan data pribadi menjadi salah satu tantangan utama di era digital. Organisasi dan individu harus waspada terhadap serangan siber, sementara perlindungan data pribadi menjadi isu krusial untuk menjaga privasi pengguna.

Mengenai konsep Merdeka Digital Kautsarina  mengatakan, konsep kebebasan dalam memanfaatkan teknologi digital secara mandiri dan bertanggung jawab.Hal ini berfokus pada pengembangan infrastruktur digital yang andal, peningkatan literasi digital, serta penguatan keamanan siber untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan berdaulat

Menyinggung kesenjangan digital, dia mengatakan, akses yang tidak merata terhadap teknologi dan internet masih menjadi permasalahan di beberapa wilayah. Kesenjangan digital dapat membatasi kesempatan masyarakat untuk memanfaatkan teknologi digital secara optimal.

Karena itu menurut Kautsarina, regulasi yang tepat sangat diperlukan untuk memastikan penggunaan teknologi yang amandan beretika. Regulasi yang komprehensif dapat menjadi landasan bagi penerapan Merdeka Digital yang aman

Menurut Kautsarina, ada 4 pilar-pilar merdeka digital yang aman

1 Infrastruktur Digital yang Aman

Pembangunan jaringan yang aman dan andal menjadi fondasi bagi ekosistem digital yang tangguh. Infrastruktur digital yang terpercaya akan mendukung aktivitas digital masyarakat dengan aman.

2 Literasi Digital

Edukasi tentang penggunaan teknologi yang bertanggung jawab sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang melek digital. Peningkatan literasi digital akan membantu masyarakat menavigasi ruang digital dengan bijak.

3 Perlindungan Data dan Privasi

Penguatan regulasi untuk melindungi data pribadi menjadi bagian integral dari Merdeka Digital yang Aman. Hal ini akan memberikan jaminan keamanan bagi pengguna dalam memanfaatkan layanan

digital.

4 Regulasi dan Kebijakan

Implementasi kebijakan yang mendukung keamanan digital menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem digital yang terpercaya. Regulasi yang tepat akan menjadi panduan bagi pemangku kepentingan dalam menerapkan merdeka digital.

Suasana talkshow yang dhadiri banyak peserta

Merdeka Digital dan  Tantangannya Dalam Pendidikan

Menanggapi ksenjangan digital , dosen sekaligus Kaprodi Binsis Digital ATVI-IMDE, Dr. Ratih Damayanti menilai, perbedaan akses teknologi antara daerah urban dan rural, serta kelompok sosial ekonomi penyebab kesenjangan digital.

Karena itu kata ratih, perlu strategi mengatasi tantangan, antara lain dengan peningkatan Infrastruktur : Investasi dalam infrastruktur teknologi dan akses internet. Kemudian,  pelatihan dan literasi digital : program pelatihan untuk dosen dan mahasiswa tentang penggunaan teknologi secara efektif dan aman.

Selain itu, kebijakan dan regulasi : pengembangan kebijakan untuk melindungi data pribadi dan memastikan akses yang adil. Dan yang tak kalah penting, pendekatan inklusif : mengembangkan solusi teknologi yang dapat diakses oleh semua kelompok sosial ekonomi.

Pembicara lain yakni   pegiat media digital yang juga Ketua Jakarta Maju Bersama, Usamah Abdul Aziz dalam paparannya tentang  “Evolusi Demokrasi Di Era Digital” menyinggung  peran teknologi dalam mempermudah akses informasi.

Usamah menjelaskan perkembangan dari demokrasi konvensional ke digital yang menurutnya memiliki komponen utama

E-Participation:

Partisipasi politik melalui platform online.

E-Voting:

Pemungutan suara secara digital.

E-Consultation:

Diskusi dan konsultasi publik secara online

Dalam kaitan ini lanjut Usamah ada keuntungan digital demokrasiyakni  aksesibilitas, efisiensi, transparansi dan pemberdayaan warga . Jadi, demokrasi digital adalah langkah maju dalam inklusivitas dan efisiensi politik. Karena itu perlu ada keseimbangan antara inovasi teknologi dan perlindungan hak-hak demokratis. Masa depan demokrasi tergantung pada adaptasi terhadap perkembangan digital.

Pembicara atau narasumber terakhir adalah virtualart director & virtualproduction ekpert, Dimitri Josephine yang membagi pengalamannya dalam bidang teknologi digital, khususnya untuk latar atau pengganti tempat syuting film atau serial.

Menurut Dimitri, kemajuan teknologi digital menjadi terobosan dalam pembuatan film atau media lainnya yag berbasis audio karena menghemat waktu,biaya, dan pada saat bersamaan menimbulkan kreativitas tak terhingga dalam pemanfaatan visual yang berbasis digital. “Syuting dapat dilakukan di studio yang komprehensif di satu tempat meski memperlihatkan beragam  latar yang berbeda.”katanya.

Dalam contoh video yang ditampilkan terlihat bagaimanan pembbuatan film dilakukan di satu tempat tapi menggambarkanberagam daerah, lokasi maupun negara. “Dengan kecanggihan digital, berbagai visual setting tempat bisa digarap dalam satu tempat,” tambahnya.

Manrik sekali talkshow setengah hari ini, karena tema yang actual. Sebab, Indonesia saat ini  masih kekurangan talenta digital sampai sekitar 460 000 per tahun.  Padahal, negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, juga sudah mengimpor banyak talenta digital dari Indonesia, termasuk dalam virtual production yang dilakukan Dimitri.(sur)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU