13 November 2024
HomeBeritaAhli Keuangan: Hanya 10 Persen Guru Merasa Cukup dengan Gajinya

Ahli Keuangan: Hanya 10 Persen Guru Merasa Cukup dengan Gajinya

SHNet, Jakarta-Yayasan Guru Belajar berkolaborasi dengan Bank BTPN menggelar webinar pelatihan literasi keuangan bertajuk “Menjadi Guru Sejahtera Kini dan Nanti” yang digelar secara daring pada Senin (23/09). Kegiatan ini digelar merespon tingginya jumlah pendidik yang terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal.

Menurut survey dari IDEAS pada bulan Mei 2024 yang dipaparkan oleh Dian Savitri, perencana keuangan dan expert daya.id Bank BTPN, narasumber webinar, menyebutkan, hanya sekitar 10% guru merasa pendapatannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Ditambah posisi menjadi sandwich generation, dimana harus membiayai orangtua dan anak, menambah beban berat finansial guru yang saat ini mayoritas berasal dari generasi milenial.

“Oleh karena itu, bapak dan ibu guru pun perlu untuk melek keuangan, paling tidak menguasai dan menjalankan perencanaan keuangan agar tidak terjebak hutang bahkan sampai hutang ke pinjol,” kata Dian.

Dian menyoroti pentingnya guru mengatur cashflow dengan memperhatikan penggunaan pendapatan bulanan, pendapatan per tiga bulanan seperti sertifikasi, dan pendapatan tahunan seperti THR.

Pendapatan bulanan bisa digunakan untuk pengeluaran rutin yang sudah dianggarkan, termasuk cicilan bila ada. Lalu untuk pendapatan lainnya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sekunder hingga investasi hari tua.

“Cicilan maksimal 30% dari pendapatan agar cashflow aman. Kalau gaji masih UMR, diusahakan sekali ya agar tidak punya cicilan, lebih baik tabung dan kalau sudah terkumpul baru digunakan untuk membeli yang dibutuhkan,” jelas Dian mengingatkan.

Hindari Pinjaman Ilegal

Cashflow negatif atau lebih tingginya pengeluaran dibanding pendapatan, dapat mendorong guru untuk mencukupinya dengan hutan. Namun, perlu diperhatikan pengelolaannya, salah satunya adalah dengan menghindar dari pinjaman ilegal.

“Ciri-cirinya itu pasti tidak terdaftar di OJK, alamat dan nomor pengaduan tidak jelas, bunganya sangat tinggi, penawarannya langsung ke WhatsApp atau SMS pribadi, dan kadang calon korban diminta transfer dulu untuk biaya administrasi. Tolong hati-hati jangan sampai tergiur,” terang Dian.

“Kemudian pastikan juga kalau memang ada uang yang untuk membayar, masa gunanya melebihi tenor hutang, tidak berhutang untuk gaya hidup. Pokoknya benar-benar dikontrol. Misal hutang untuk menutupi hutang lain, itu sudah tidak sehat ya,” lanjutnya.

Terakhir, Dian juga menyampaikan agar sebaiknya guru juga memiliki dana darurat, yakni dana yang siap digunakan kapan saja saat kondisi darurat dan tidak masuk dalam anggaran rutin. Dana darurat bisa dikumpulkan dengan menyisihkan 10%-20% dari pendapatan bulanan.(sur)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU