27 March 2023
HomeBeritaB 21 Raider vs Rudal Hipersonik

B 21 Raider vs Rudal Hipersonik

Oleh: Joko Purwanto

Salah satu aspek kunci proyeksi kekuatan militer modern adalah kemampuan untuk melakukan penyerangan dengan kedalaman strategis. Menusuk jauh ke dalam wilayah musuh.

Itulah kenapa AS dan Rusia mengembangkan pesawat pembom strategis. Dalam aspek ini pendekatan yang diambil oleh AS dan Rusia, dua negara yang diakui sebagai kekuatan militer papan atas, memiliki doktrin yang sama sekali berbeda.

AS memprioritaskan pada platform pembawa, yaitu pesawat pembom itu sendiri sebagai aspek utama. Pesawat pembom adalah platform pembawa untuk menjatuhkan bom atau menembakan rudal jauh ke dalam wilayah musuh.

Karena prioritas AS adalah pada pesawatnya atau platfomnya itulah ide yang mendasari lahirnya pesawat B 2 Spirit. Pembom “Stealth”, dan beberapa hari yang lalu media ramai dengan pemberitaan tentang publikasi Menhan AS Lyodd Austin tentang pembom strategis B 21 Raider.

Sementara itu pendekatan Rusia sama sekali berbeda. Dalam pendekatan Rusia pesawat pembom strategis hanyalah platform pembawa, koper pengangkut. Prioritas Rusia justru di senjata yang diangkut oleh pembom tersebut. Rudal yang akan diangkut oleh pesawat pembom adalah yang lebih penting dan menentukan.

Itulah doktrin yang mendasari pengembangan berbagai jenis rudal jelajah supersonic dan hipersonik yang diangkut oleh pembom: Kh-555, Kh/X-101/102, Kinzhal/Dagger. Aspek jangkauan jarak tembak rudal, kecepatan, manuver mengelak, EW, dan sensor menjadi sangat penting.

AS menekankan pesawat pembom harus mendekat atau bahkan masuk ke dalam wilayah musuh untuk melepaskan bom atau rudal. Sementara pendekatan Rusia pesawat pembom tidak perlu mendekat atau masuk ke wilayah musuh untuk menembakan rudal. Cukup ditembakkan dari luar jangkauan pesawat pencegat dan jauh dari jangkauan air defence lawan.

Strategi AS akan efektif jika menghadapi lawan yang tidak mempunyai kemampuan anti udara yang mumpuni (radar, pesawat pencegat, sistem rudal SAM) seperti Irak, Afganistan, Libya.

Akan tetapi jika menghadapi lawan yang mempunyai pertahanan anti udara yang kuat dan berlapis pendekatan ini sangat beresiko. Itulah yang terjadi tahun 1999 bahkan di Serbia dengan sistem SAM jadul (S-125) dengan awak yang terampil 2 pesawat “stealth’ tempur pembom F-111 Advaark dan satu B 2 Spirit bisa ditembak. Dan harus diingat bahwa pembom “Stealth’) AS adalah platform yang sangat mahal. Beberapa analis memperkirakan biaya per pesawat B-21 Raider bisa mencapai $ 700-750 juta. Jika produksi nya hanya puluhan dengan memasukan biaya pengembangan bisa mencapai $2 miliar per pesawat

Lalu bagaimana jika menghadapi negara yang mempunyai pertahanan udara kuat dan berlapis seperti Rusia..? S-125 adalah generasi di belakang S-300, apalagi dengan S-400 an S-500. Ditambah lagi dengan berbagai tipe dan jenis sistem SAM jarak menengah dan pendek. Dengan konsep harus mendekati atau masuk ke wilayah udara lawan akan berhadapan juga dengan berbagai ground radar peringatan dini dengan berbagai jarak jangkauan dan jenis sensor nya jadi ada resiko tambahan berhadapan dengan pesawat pencegat seperti Mig-31 dan sistim EW. Cukup memperbandingkan dengan Serbia tahun 1999.

Pesawat pembom Rusia seperti Tu 95 Bear, Tu 22, Tu 160 dirancang untuk menembak dari luar zona pesawat pencegat dan sistim air defence lawan. Jangkauan terbang pembom yang jauh akan menggandakan jarak tembak dari berbagai rudal jelajah supersonik dan hipersonik yang jarak tembak aslinya di kisaran 2.000-4.000 km.

Resiko pendekatan Rusia ini akan muncul jika lawan mempunyai sistem air defense yang tangguh.

Untuk saat ini, Rusia masih menikmati margin keunggulan. Setidaknya jika melihat kinerja Sistem Patriot di Saudi, atau di Israel (saat invasi ke Irak). Juga kinerja NASSAM di Ukraina belum ada bukti yang cukup meyakinkan tentang kinerjanya. Setidaknya itu keunggulan saat ini dari rudal supersonik Rusia.

Bahkan jika sebagian bisa ditembak jatuh tingkat kerugian militer nya masih bisa ditoleransi rudal seharga beberapa juta dolar dibanding kerugian jika pesawat pembom yang tertembak jatuh. Untuk rudal Hipersonik seperti Kinzhal atau zircon bahkan Pentagon mengakui tidak memiliki pertahanan udara yang bisa untuk menghentikannya.

Penulis, Joko Purwanto, Ketua Persahabatan Rakyat Indonesia-Rusia.

ARTIKEL TERKAIT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU