4 December 2024
HomeBeritaKesraBincang Santai Teras LPPM ATVI, Begini Strategi Jadi Sahabat bagi Anak Didik

Bincang Santai Teras LPPM ATVI, Begini Strategi Jadi Sahabat bagi Anak Didik

SHNet, JakartaBanyak cara dan metode untuk membuat anak didik kita, baik pelajar maupun mahasiswa untuk tertarik dengan materi pelajaran yang diberikan, aktif di kelas, terbuka, dan pada saat bersamaan, pendidikan, baik guru maupun dosen, bisa menjadi sahabat bagi anak didik. Untuk mencapai tujuan ideal itu tidak sulit asalkan guru maupun dosen benar-benar serius dalam mengajar, menguasai bidangnya, demokratis, dan mengetahui watak dan karakter anak didiknya.

Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI), Suradi, MSi, yang punya pengalaman lama  sebagai guru di SMAN 8 Jakarta, mengungkapkan hal itu dalam perbincangan santai yang disiarkan langsung melalui channel Youtube Teras Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ATVI, Kamis malam (2/12/2021).

Bincang santai yang dipandu Ketua LPPM ATVI,  DR. Ratih Damayanti dan didukung tim kreatif IT, yang juga dosen ATVI, Teguh Setiawan itu dilakukan secara interaktif. Peserta dapat bertanya dan memberikan pandangannya melalui chat di channel Youtube.  Ini merupakan acara perdana Teras LPPM yang akan berlanjut secara kontinyu dwi mingguan.

Menurut Suradi, yang  juga dikenal sebagai  jurnalis dan penulis buku ini, tantangan terbesar dalam proses pembelajaran baik di masa tahun 1990-an maupun saat ini adalah bagaimana peserta didik, baik pelajar maupun mahasiswa memahamii apa yang kita ajarkan, setelah itu dapat mengaplikaisnnya  untuk kepentingan studi dan karir di masa depan. “Pemahaman tentag pentingnya bidag studi, kaitannya dengan kehidupan masa lalu, kini dan mendatang, serta informasi bidang karir yang dibutuhkan, jadi daya tarik siswa maupun mahasiswa selalu dekat dengan kita,” katanya.

Ketua LPPM ATVI, DR. Ratih Damayanti mengatakan,  berawal dari itikad baik dari para dosen tetap ATVI untuk dapat mendedikasikan ilmunya agar dapat berbagi dengan public secara lebih luas, maka muncullah ide untuk membuat konten Pengabdian kepada Masyarakat melalui kanal Youtube Teras LPPM ATVI. Nama Teras dipilih karena teras dapat dianalogikan sebagai ruang terbuka di depan rumah yang sering dijadikan tempat berkumpul dan berdiskusi santai.

“Ini sesuai dengan format konten yang diangkat yaitu membahas tentang berbagai topik yang di kemas secara ringan namun mencerdaskan dan dapat memberikan inspirasi positif bagi viewers nya. Teras LPPM ATVI merupakan media Publikasi para Dosen ATVI untuk berkontribusi dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi , khususnya dalam bidang Pengabdian Kepada Masyarakat,” ujar Ratih.

Sementara tim kreatif yang juga dosen ATVI, Teguh Setiawan mengatkan, awalnya konten ini akan di tayngkan di kanal saya mastepedia yang memang rutin mengadakan bincang secara live dengan nara sumber alumni, dosen dan orang yang berkompeten. Namun memanfaatkan hari guru saya berdiskusi untu membuat konten yang lebih serius dengan memanfaatkan kanal Teras LPPM ATVI yang memang belum lama aktif.

“Sebagai orang yang berada dibalik layar ,yang mengurusi  kreatif, teknis dan konsep penayangan saya menyulap seperangkat komputer di rumah menjadi ruang kontrol room untuk mengendalikan tayangan ini agar kualitasnya tetap terjaga, baik audio maupun visual,” papar Teguh.

Dosen ATVI yang juga ti kreatif acara Teras LPP ATVI, berada dibalik keberhasilan acara perbincangan santai Teras LPPM ARVI yang disiarkan langsung melalui channel Youtube Teras Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ATVI, Kamis malam (2/12/2021).

Beberapa Tips Dekat dengan Anak Didik

Dalam bincang santai selama 90 menit itu, Suradi yang juga menulis buku berjudul “Bangga Menjadi Guru SMAN 8 Jakarta” ini memberikan beberapa tips agar guru maupun dosen   bisa menjadi sahabat anak didik. Pertama, menguasai bidang pelajaran atau materi yang diajarkan karena ini modal pertama untuk percaya diri di dalam kelas. Kedua, berusaha memahami setiap karakter dan watak anak didik, sehingga berbagai kendala dalam proses mengajar bisa diselesaikan dengan baik, sebab setiap peserta didik punya masalahnya sendiri.

“Kita juga harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan setiapanak didik untuk bertanya dan mengajukan pandangannya atas materi pelajaran. Suasaa kelas yang demokratis menumbuhkan semangat belajar yang  tinggi. Lalu, kita mesti kreatif dalam metode pengajaran. Sekakarang sangat mudah mencari tambahan bahan ajar dan alat peraga lewat Youtube atau media sosial. Terakhir, usahakan mendekatkan diri dengan anak didik dalam setiap kegiatan,” papar alumnu Universitas Indonesia itu.

Banyak pertanyaan dan pandangan yang diajukan peserta, termasuk dari anak kandung Suradi yang tengah studi di luar negeri,  Muhammad Rizky. Dikatakan,

Walaupun tidak pernah diajar oleh Pak Suradi di kelas , bapak saya, merupakan seorang guru yang paling berpengaruh kepada saya. Dalam komentarnya di kolom chat yang ditulis dari Brussel Belgia, M. Rizky, putra bungsu Suradi ini  mengatakan, kalau guru pada umumnya mengajar menggunakan teori dan buku paket, ayah saya mengajarkan pelajaran hidup melalui contoh dan media lainya. Ketika berbicara tentang nilai-nilai hidup, bukan dengan teori-teori atau buku-buku PPKN tapi melalui kerja kerasnya setiap hari.

“Lebih penting lagi, beliau mengajarkan saya tentang kesetaraan dan kebebasan berpendapat. Pak Suradi selau menempatkan dirinya setara dengan anak-anak nya ketika di didalam diskusi. Beliau bersedia berdiskusi dengan anaknya mengenai topik-topik atau pelajaran yang mungkin dianggap subversif di sekolah tanpa dengan menggurui dan mengerdilkan opini anaknya. Hal ini membuat saya berfikir bahwa bapak saya, Pak Suradi menunjukan esensi seorang guru, seseorang yang digugu dan ditiru,” ungkap Rizky yang sedang studi bidang Bisnis di KU Leuven, Belgia.

Testimoni juga disampaikan puteri Suradi yang kini bekerja di sebuah lembaga konsultan ekonomi dan bisnis di Luxembourg, Rahmadiani Lestari. Menurutnya dari  perspektif anak, Pak Suradi menerapkan hal yang sama di lingkungan rumah, komunikasi dua arah dan diskusi. Beliau selalu support dan dengan bangga juga mempercayai kita akan pilihan studi dan karir kita sendiri. Itu sangat penting untuk membangun self confidence atau percaya diri.

“Bisa terlihat dan tidak mengherankan heran bahwa Bapak saya adalah guru dan pendidik yang luar biasa dan futuristik. Merefleksi pada pengalaman studi saya di Eropa baru2 ini, banyak  metode belajar di Eropa dapat disandingkan dengan metode mengajar Bapak saat beliau aktif mengajar di tahun 90an. Beliau sudah menerapkan pendekatan komunikasi dua arah dan bertumpu pada diskusi,” ungkap Rachmadiani

Dari muridnya semasa SMA tahun 1990-an, Nina Harsya menyampaikan pesan dan kesannya diajar oleh Suradi. Menurtnya, pola pengajaran yang diterapkan beliau sanat berbeda ketika itu. “Pak Suradi snagat interaktif, memberi kebebasan kita untuk bertanya, dan menjadi teman di sekolah,” kata Nina.(sur)

 

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU