19 April 2024
HomeBeritaBKKBN: Cegah Stunting, Anak Hanya Boleh Minum Susu untuk Anak

BKKBN: Cegah Stunting, Anak Hanya Boleh Minum Susu untuk Anak

Jakarta-Presiden Joko Widodo meminta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk bisa menekan angka stunting sebesar 3% pada tahun 2022 ini. Hal itu bertujuan untuk memenuhi target penurunan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024 mendatang.

Kepala BKKBN  Hasto Wardoyo mengatakan hanya bisa melakukan 3 hal untuk memenuhi harapan pemerintah itu. “Pertama, saya harus tetap mempertahankan dan meningkatkan intervensi sensitif seperti ketersediaan air bersih, lingkungan yang sehat dan tidak kumuh, serta mengatasi kondisi kemiskinan dan pendidikan yang rendah. Ini harus tetap dilakukan, atau kalau ada anggaran ditingkatkan,” ujarnya.

Namun, dia mengatakan langkah pertama ini pengaruhnya sangat lama untuk menekan angka stunting. Menurutnya, pengaruhnya kemungkinan baru terlihat pada 2030 mendatang. Dia mencontohkan seperti air bersih, di mana jika sekarang diadakan itu baru berpengaruh terhadap penurunan angka stunting pada 5 tahun kemudian.

 

Oleh karena tahun 2024 itu tinggal 2,5 tahun, maka BKKBN mengambil langkah kedua yang akan mengawal semua mereka yang menghasilkan stunting. Dalam arti, keluarga yang akan melahirkan atau yang akan mempunyai anak baduta atau anak di bawah dua tahun.  Menurut Hasto, ada 2 juta orang yang menikah dalam setahun, dan yang hamil ada 4,8 – 5 juta setahun. Sementara, yang punya anak umur dua tahun ke bawah ada 10 juta keluarga. “Mereka-mereka ini harus dikawal betul,” tukasnya.

Untuk itu, kata Hasto, BKKBN akan membentuk 200 ribu tim pendamping keluarga, di mana satu tim ada 3 orang yang terdiri dari bidan, PKK, dan kader atau penyuluh. “Nah, ini menjadi penting untuk mengawal dan mendampingi sasaran tadi,” katanya.

Menurutnya, langkah ini merupakan terobosan yang harus dilakukan BKKBN sampai ke tingkat desa yang berjumlah 74 ribu. “Sebanyak 200 tim tadi sudah cukup banyak untuk bisa bergerak ke desa-desa yang ada di Indonesia untuk melakukan pendampingan,” ucapnya.

Hal ketiga yang akan dilakukan BKKBN untuk menkan angka stunting tahun ini adalah membangun sistem kontrol dan aplikasi Elsimil atau eletronik siap nikah dan hamil. Terkait ini, BKKBN bekerjasama dengan Kementerian Agama yang akan mewajibkan semua yang mau menikah harus diperiksa kesehatannya terlebih dulu, tepatnya 3 bulan sebelum menikah.  “Ini tidak sulit, karena pemeriksaan sederhana saja, hanya meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan HB. Ini prekonsepsi namanya,” tutur Hasto.

Dia mengutarakan waktu tiga bulan ini dimaksudkan agar setiap calon pengantin wanita yang menderita anemia atau kekurangan gizi memiliki waktu untuk bisa memperbaikinya. “Ini program yang kita lakukan sebagai bentuk langkah konkrit. Dengan aplikasi Elsimil ini, kita bisa mencatat berapa orang yang menikah setiap hari. Kita tahu bagaimana HB-nya, kurus atau tidak, kurang gizi atau tidak. Kemudian tahu alamatnya dimana, orangnya siapa, sehingga kita bisa memberikan edukasi dan treatment,” ujarnya.

Melalui aplikasi Elsimil ini, menurut Hasto, BKKBN juga bisa mengetahui bahwa sebanyak 25 ribu bayi yang dilahirkan dalam sehari. Dan dari bayi-bayi itu juga bisa diketahui siapa yang melahirkan bayi yang panjangnya kurang dari 48 cm atau beratnya kurang dari 2 kg. “Dengan demikian, kita bisa segera melakukan treatment terhadap bayi-bayi yang lahir stunting itu,” tukasnya.

Terkait gizi makanan, Hasto menegaskan bahwa pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada bayi harus dikawal betul sampai usia bayi 24 bulan. “Artinya, dalam 1000 hari kehidupan pertama itu harus sangat hati-hati sekali dan bayi itu masih wajib ASI,” tandasnya.

Kata Hasto, masalah makanan bayi ini spesifik dan tidak bisa sembarangan. Menurutnya, untuk bayi dan batuta, susu dari ASI itu sudah cukup dan tidak perlu ditambah susu tambahan lain. Sedang untuk anak-anak, dia mengatakan ikan dan telor itu sangat baik untuk asupan gizinya.

“Tapi, setelah lepas dari ASI, itu harus dilihat gizi seimbangnya. Kalau misalnya proteinnya kurang atau asupan gizinya kurang, untuk menambah itu, mungkin kalau perlu susu harus ditambah susu. Tapi harus perlu juga diperhatikan, susu yang diberikan harus sesuai dengan susu anak-anak,” tegasnya.

Karena, menurutnya, ada jenis susu yang kalau diberikan hanya akan membuat anak itu bertambah haus, sehingga hanya akan menjadikan anak itu gendut tapi gizinya malah tidak ada, misalnya susu jenis kental manis. “Apalagi kental manis itu tidak boleh diberikan sama sekali karena itu bukan susu sama sekali,” katanya.

Untuk mengawasi gizi seimbang ini di lapangan, Hasto akan meminta 200 tim yang akan dibentuknya nanti untuk mengawasi masyarakat di lapangan. “Tim pendamping juga nanti akan melihat hal itu di lapangan untuk mengingatkan masyarakat dalam gizi seimbang. Sebab, kandungan susu anak itu macam-macam, ada yang membuat haus terus sehingga membuat anak meminumnya terlalu banyak. Itu kan tidak baik,” tukasnya. (cls)

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU