SHNet, Jakarta – Candi Muaro Jambi mendadak menjadi perhatian nasional. Ini bisa terjadi setelah Presiden Joko Widodo meninjau candi yang memiliki luas mencapai 3.891 hektar dan meminta untuk dipugar.
Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muaro Jambi, Provinsi Jambi menyatakan candi tersebut merupakan pusat pendidikan tertua di Asia.
“KCBN Muaro Jambi dulunya jadi pusat pendidikan bagi kedokteran, obat-obatan, filsafat, arsitektur dan seni. Artinya, peradaban kita saat itu sudah meng-internasional dan terbuka,” kata Presiden Joko Widodo di KCBN Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Kamis.
Lokasi Candi Muaro Jambi tersebut mencakup delapan desa, yakni Desa Muara Jambi, Desa Dusun Baru, Desa Dusun Mudo, Desa Danau Lamo, Desa Tebat Patah, Desa Teluk Jambu, Desa Kemingking Dalam dan Desa Kemingking Luar.
Candi Muaro Jambi disebut sebagai komplek candi karena terdapat beberapa candi dalam kawasan tersebut, diantaranya Candi Gumpung, Candi Kedaton, Candi Koto Mahligai, Candi Astano, Candi Kembar Batu, Candi Gedong Satu, Candi Gedong Dua hingga Candi Telago Rajo.
Bahkan, masih terdapat beberapa candi yang dalam proses pemugaran dan yang belum di pugar. “Inilah sejarah yang perlu dilestarikan agar jejak peradaban kita tidak hilang,” kata Joko Widodo.
Selain itu di Komplek Percandian Muaro Jambi juga terdapat kanal kuno, gundukan tanah yang di dalamnya terdapat susunan bata kuno dan kolam tempat penampungan air. Serta terdapat beberapa arca yang ditemukan di komplek percandian tersebut, diantaranya Arca Prajaparamita, Arca Gajahsimha, umpak batu, Dwarapala dan arca lesung batu.*
Bebatuan yang ditumpuk membentuk bangunan tersebut, dibuat tanpa menggunakan semen dan bahan perekat. Artinya, pada masa itu Indonesia telah mengenal teknologi di bidang pembangunan.
Presiden meminta untuk melakukan pemugaran dan restorasi terhadap kanal tua yang mengelilingi KCBN Muaro Jambi tersebut. Harapannya pemugaran dan restorasi tersebut dapat semakin menunjukkan betapa besarnya KCBN Muaro Jambi tersebut.
Di Candi Kedaton, Presiden Joko Widodo meninjau ekskavasi dan melihat temuan berupa batu, kendi dan keramik di sekitar lokasi candi yang berusia ribuan tahun tersebut. Selanjutnya, Presiden Joko Widodo bersama ibu melakukan ritual membasuh tangan dengan air yang berasal dari sumur yang ada di dalam lokasi Candi Kedaton.
Dimana air sumur tersebut merupakan air yang dibawa Gubernur Jambi Al Haris pada ritual adat membawa tanah dan air ke titik nol Ibu Kota Negara baru Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur beberapa waktu lalu.
Usai meninjau sumur, Presiden menuju batu jam, dimana batu jam tersebut digunakan oleh masyarakat pada masanya untuk menentukan waktu dengan memanfaatkan sinar matahari.
Budayawan Jambi Ja’far Rasyu menyatakan Candi Muaro Jambi memiliki nilai sejarah sebagai situs warisan dunia United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
“Di lihat dari nilai sejarahnya Candi Muaro Jambi sangat layak menjadi situs warisan dunia UNESCO,” kata Ja’far Rasyu seperti dikutip Antara.
Namun Ja’far Rasyu menyayangkan Candi Muaro Jambi yang hingga kini belum menjadi situs warisan dunia UNESCO. Menurut Ja’far terdapat beberapa syarat yang secara teknis belum dipenuhi oleh Pemerintah untuk mendaftarkan Candi Muaro Jambi sebagai situs warisan dunia UNESCO.
Ja’far Rasyu mendorong pemerintah secara teliti dalam mempersiapkan dokumen pengajuan Candi Muaro Jambi sebagai situs warisan dunia UNESCO. Karena sangat disayangkan jika Candi Muaro Jambi yang memiliki nilai sejarah yang sangat besar tidak menjadi situs warisan dunia UNESCO.
Kepala Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi Agus Widiatmoko mengatakan Candi Muaro Jambi merupakan salah satu universitas tertua di Asia. Dimana Candi Muaro Jambi tersebut di bangun pada abad ke 7 hingga 12 masehi dan pada masanya Candi Muaro Jambi tersebut merupakan tempat peribadatan dan tempat pendidikan agama Budha.
Banyak pelajar asing yang menimba ilmu di Candi Muaro Jambi tersebut di antaranya ada yang berasal dari Tiongkok, India hingga Tibet.
“Awal mula Candi Borobudur dari Candi Muaro Jambi, karena corak yang ada pada Candi Borobudur menyerupai corak di Candi Muaro Jambi,” kata Agus Widiatmoko. (Victor Andreas)