27 April 2024
HomeBeritaDesa Tlilir Tak Lagi Andalkan Tembakau, Kembangkan Wisata

Desa Tlilir Tak Lagi Andalkan Tembakau, Kembangkan Wisata

SHNet, Jakarta – Desa Tlilir yang berada di Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten, Temanggung Jawa Tengah, dikenal juga sebagai Kampung Mbako. Dinamakan demikian, karena desa ini menjadi desa penghasil tembakau terbaik di dunia.

Namun demikian, Desa Tlilir tak mau hanya mengandalkan tembakau. Penduduk desa ingin mengandalkan sebagai desa wisata untuk meningkat perekonomian warganya.

Kepala Desa Tlilir Fatur Rahman menjelaskan, tembakau ini sifatnya musiman sehingga harus ada sisi lain yang harus digali agar perekonomian desa ini terus mengalir dan berdiri secara mandiri.

Maka kemudian, pariwisata dilirik sebagai solusi. Mereka meyakini bahwa pariwisata dapat menjadi salah satu pijakan rasional untuk menjadi solusi alternatif di masa paceklik.

Apalagi, Desa Tlilir ini memiliki potensi wisata dan ekonomi kreatif untuk bisa diangkat sebagai daya tariknya. Salah satunya kebudayaan warisan leluhur mulai dari tanam hingga panen raya tembakau.

“Mulai dari tanam tembakau hingga panen raya itu ada ritualnya. Dan ini telah menjadi bagian dari tradisi leluhur. Saat musim tanam para warga bawa ingkung ke kebun sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada yang Maha Kuasa,” ungkap Fatur.

Ia menambahkan, Desa Tlilir juga memiliki event tahunan berupa seni budaya yang terkait dengan tembakau. Oleh karena itu, tak salah jika Desa Tlilir mendeklarasikan diri sebagai Kampung Mbako. Selain sebagai penghasil tembakau terbaik di dunia, secara budaya Desa Tlilir terus menjaga tradisi leluhurnya.

“Tembakau dari salah satu warga Desa Tlilir pernah diuji di laboratorium di Jerman. Dan hasil uji laboratorium itu menyebut, jika tembakau dari warga kami menyandang hasil terbaik di seluruh dunia,” urainya.

Seperti ditulis Antara, selain annual event terkait tembakau, Desa Tlilir pun masih memiliki event tahunan lainnya seperti Festival Domba yang diikuti lintas kabupaten, kemudian ada event Pasar Ahad Pahing yang memiliki perputaran rupiah 30 juta dalam setengah hari.

“Event-event tersebut berlangsung untuk mengisi ruang usai panen raya tembakau. Dengan harapan pergerakan roda ekonomi di desa kami terus berjalan stabil meski sedang dalam masa paceklik tembakau,” katanya.

Temanggung, daerah penghasil tembakau yang memiliki potensi alam dan budaya yang kuat. (Dok. Fatoer)

Festival Tembakau Srintil

Kepala Desa Tlilir Fatur Rahman kembali menegaskan, semangat kebersamaan dan gotong royong menjadi modal besar untuk menggerakkan sektor pariwisata dari sisi event guna mendatangkan wisatawan. Festival Tembakau Srintil adalah salah satu strateginya.

Selain mengukuhkan diri sebagai Kampung Mbako di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, desa tersebut pun berusaha menjadi destinasi alternatif bagi wisatawan. Di dalamnya wisatawan bisa mengetahui tentang bagaimana proses tembakau diproduksi dari hulu ke hilir.

Ambar Setyawati, Inisiator Kampung Mbako menerangkan, Temanggung terkenal sebagai daerah penghasil tembakau. Namun, belum ada destinasi yang dapat dituju wisatawan untuk mengetahui lebih jauh tentang tembakau, baik secara sejarah maupun museumnya.

Desa Tlilir, kata Ambar, mempunyai potensi tersebut. Baik dari sisi sejarah maupun tradisinya. Sehingga ketika wisatawan ingin belajar dan mendapat literasi tentang tembakau mereka mengetahui kemana harus menuju.

Dan hal yang perlu menjadi catatan adalah, bahwasannya Festival Tembakau Srintil yang berlangsung pada 15 Desember 2021 diinisiasi dan diselenggarakan atas swadaya masyarakat. Dan, pada penyelenggaraan tahun depan bahkan direncanakan akan ada lelang tembakau dan menghadirkan pemerhati tembakau dari Belanda, Australia, dan Jepang.

“Ada semangat yang begitu kuat dan besar dari pimpinan desa hingga warganya untuk menjadikan Desa Tlilir ini sebagai Desa Wisata Kampung Mbako. Termasuk pembiayaan dalam Festival Tembakau Srintil yang perdana ini,” ucap Ambar.

Tidak hanya kompak dalam hal penyelenggaraan Festival Tembakau Srintil, pimpinan desa dan warga Desa Tlilir pun antusias untuk memiliki museum tembakau di wilayahnya. Hal ini terlihat, bagaimana warga mengumpulkan aset-aset terkait tembakau yang dimiliki para leluhurnya.

Dalam museum sederhana hasil swadaya warga, terlihat beberapa benda seperti tempat perajangan tembakau, pisau rajang, tembakau kualitas terbaik dari puluhan tahun silam, hingga tembakau Lamsi Srintil kualitas terbaik dari desa tersebut. (Victor)

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU