SHNet, Jakarta– Raja Ampat merupakan salah satu destinasi wisata bahari terbaik di dunia.
Memiliki 200 spot diving premium, keindahan bawah lautnya yang belum terkalahkan, membuat wisatawan betah menyelam di Raja Ampat.
“Saking banyak spot diving, buat turis betah diving dan tinggal di kapal sampai 7 hari di kawasan Raja Ampat. Sehari mereka bisa diving 4 kali,” ujar Adji Sularso, Penasehat Jaringan Kapal Rekreasi (JANGKAR), di Jakarta, Rabu (18/06/2025).
Namun, kawasan ini juga menghadapi ancaman serius dari praktik destructive fishing, pencemaran laut dan pembuangan sampah yang dapat merusak ekosistem seperti terumbu karang, mangrove dan Padang lamun.
“Pencemaran lingkungan laut seperti berburu sirip hiu, sampah plastik, dan sebagainya membuat kami prihatin. Oleh sebab itu, JANGKAR yang saat ini memiliki 90 unit kapal siap menjadi garda depan dalam kampanye perlindungan perairan, mulai dari edukasi wisatawan hingga pengawasan lapangan,” ungkap Adji Sularso.

JANGKAR dengan dukungan Konservasi Indonesia dan BLUD Raja Ampat menggelar kampanye bertema “Menjaga Konservasi Raja Ampat untuk Generasi Kini dan Mendatang”. Kampanye ini mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi lindungi laut Indonesia.
Sementara itu, Direktur Konservasi Ekosistem, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muh. Firdaus Agung Kunto Kurniawan menjelaskan, berdasarkan data sampai dengan tahun 2020, ada lebih dari 27.000 dive site dan 67 persen dive site adalah daerah konservasi.
Pencatatan kegiatan menyelam tahun 2010-2020, 70 persen penyelaman di kawasan konservasi. “Jadi kalau ada yang rusak, ini berdampak pada kerugian ekonomi. Pemerintah punya kepentingan pada industri – industri yang menggunakan laut yang sehat,” ujarnya.
Firdaus juga mengakui, masalah sampah plastik menjadi tantang besar termasuk di Raja Ampat.
Ia mengapresiasi kampanye JANGKAR untuk melindungi laut Indonesia termasuk menjaga konservasi Raja Ampat demi masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera. (Stevani Elisabeth)