SHNet, Jakarta – “Gunung” limbah peralatan elektronik dan listrik yang dibuang pada tahun 2021 akan berbobot lebih dari 57 juta ton, para peneliti memperkirakan. Itu artinya lebih berat dari Tembok Besar China – benda buatan manusia terberat di planet ini.
Penilaian dilakukan oleh kelompok ahli internasional yang didedikasikan untuk mengatasi masalah global limbah peralatan listrik dan elektronik (WEEE). Mereka menunjukkan bahwa nilai dari bahan-bahan yang dibuang itu sangat besar.
Menurut laporan tahun 2019 oleh World Economic Forum, limbah elektronik dunia memiliki nilai material sebesar $62,5 miliar (£46 miliar) – lebih banyak dari PDB sebagian besar negara.
“Satu ton ponsel yang dibuang lebih kaya akan emas daripada satu ton bijih emas,” kata Dr Ruediger Kuehr, direktur program Siklus Berkelanjutan PBB (SCYCLE). Limbah tersebut termasuk barang-barang seperti ponsel, lemari es, ceret, televisi dan mainan listrik atau peralatan olahraga.
Secara global, jumlah yang disebut generasi e-waste tumbuh dua juta ton setiap tahun. Diperkirakan kurang dari 20% dikumpulkan dan didaur ulang.
Pascal Leroy, direktur jenderal kelompok ahli Forum WEEE, mengatakan dengan membuat produk dengan rentang hidup yang lebih pendek dan pilihan perbaikan terbatas, produsen memiliki peran utama dalam peningkatan limbah.
“Perkembangan ponsel yang cepat, misalnya, telah menyebabkan ketergantungan pasar pada penggantian cepat perangkat lama,” katanya kepada BBC News.
Konsumen juga bisa enggan untuk mendaur ulang peralatan elektronik pribadi mereka. Di Inggris, sebuah studi tahun 2019 yang dilakukan oleh Royal Society of Chemistry menemukan bahwa sebanyak 40 juta gadget yang tidak digunakan tersimpan di rumah kita. Itu memberi tekanan pada pasokan banyak elemen berharga dan langka. (Tutut Herlina)