16 September 2024
HomeBeritaPemberian Vaksin COVID-19 Dosis Keempat Tunggu Kemenkes

Pemberian Vaksin COVID-19 Dosis Keempat Tunggu Kemenkes

SHNet, Jakarta – Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi (Peralmuni) Iris Rengganis menyampaikan pemberian vaksin COVID-19 penguat dosis keempat masih menunggu keputusan Kementerian Kesehatan.

“Jadi kita tunggu saja dari Kemenkes bagaimana keputusan mengenai vaksin COVID-19 penguat dosis keempat,” ujar Iris Rengganis, dalam bincang-bincang secara daring bertema “Re-infeksi COVID-19: Apa yang Terjadi pada Tubuh Kita?” di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, pemberian vaksin penguat dosis keempat masih dalam kajian. Beberapa pihak menyatakan vaksin keempat masih diperlukan, sementara beberapa pihak lainnya menyatakan tidak diperlukan.

Di luar negeri, ia menyampaikan, beberapa negara memutuskan untuk tidak memberikan vaksin dosis keempat, namun di Indonesia masih ada pertimbangan untuk memberikan dosis keempat.

“Jadi, kami masih menunggu dari Kementerian Kesehatan keputusan final-nya seperti apa untuk dosis keempat,” tuturnya seperti dikutip Antara.

 Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan Dante S. Harbuwono mengatakan pemberian vaksin penguat dosis keempat bagi seluruh penduduk di Indonesia masih terus dievaluasi dan dikaji oleh pemerintah.

“Kalau nanti diperlukan dengan studi yang terus kami evaluasi dan ternyata kita butuh penguat yang keempat, maka bukan tidak mungkin penguat keempat itu dilakukan,” katanya.

Ia menuturkan, saat ini pemerintah terus melakukan evaluasi dari kegiatan vaksinasi COVID-19 dan belum memutuskan kapan dosis keempat akan diberikan, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa negara lainnya.

Dibandingkan dengan mengikuti perkembangan negara lain yang sudah lebih dulu memberikan dosis keempat itu, ia menekankan bila pemerintah Indonesia sedang fokus mengejar ketimpangan vaksinasi antarkelompok dalam masyarakat, baik dari pemberian dosis pertama ataupun kedua di seluruh penjuru Indonesia.

Presiden Jokowi bersama siswa SDN Cideng, Gambir pada peninjauan vaksinasi COVID-19 bagi anak-anak usia 6-11 tahun, Rabu (15/12/2021). (Foto: Setpres)

Iris Rengganis juga mengingatkan disiplin protokol kesehatan tetap harus dilaksanakan, meski seseorang sudah divaksinasi agar tidak terpapar COVID-19.

“Walau kita sudah divaksinasi, tapi perilaku kesehatan tidak dijalankan, tetap saja virus bisa masuk,” ujarnya, dalam bincang-bincang secara virtual bertema “Re-infeksi COVID-19: Apa yang Terjadi pada Tubuh Kita?” di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan, vaksinasi tidak dapat mencegah tertular COVID-19 hingga 100 persen, namun vaksinasi membantu mengurangi risiko mengalami gejala berat hingga kematian.

“Vaksinasi juga mencegah keperawatan di rumah sakit, sehingga orang bisa melakukan isolasi mandiri saat terpapar,” katanya.

Di samping itu, lanjut dia, melaksanakan hidup sehat juga penting agar sistem imun tubuh tetap terjaga dengan baik, sehingga memberikan proteksi.

“Hal penting lainnya untuk memperbaiki sistem imun tubuh adalah dengan gaya hidup yang sehat. Makanan-makanan yang kita konsumsi harus mendukung, ditambah olahraga yang cukup dengan protokol kesehatan, itu perlu diperhatikan,” tuturnya.

Di tengah penyebaran virus yang masih terjadi di dalam negeri, Iris menambahkan, re-infeksi COVID-19 masih berpotensi terjadi mengingat virus yang masih terus bermutasi.

“Re-infeksi bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, varian virusnya mempunyai karakteristik yang jauh berbeda dengan varian-varian yang ada sebelumnya, sehingga bisa memanipulasi imunitas kita. Kalau terjadi re-infeksi berarti sistem imun kita tidak memenuhi syarat, artinya sistem imun tidak bisa menahan serangan dari luar,” ujar Iris yang juga dokter spesialis penyakit dalam.

Dalam kesempatan sama, Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI Prasenohadi mengatakan seseorang masih bisa mengalami re-infeksi COVID-19 meski sudah divaksinasi lengkap.

Hal itu, katanya, dikarenakan imunitas tubuh yang terbentuk melalui vaksinasi memiliki masa waktu tertentu. “Namun, meski masih dapat terinfeksi, efeknya tidak begitu hebat seperti delta,” tuturnya. (Victor)

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU