6 December 2024
HomeMegapolitanRelawan Prabowo RBUI Perangi Stunting, AKI dan AKB Bangun ‘Rumah Sehat’ Hingga...

Relawan Prabowo RBUI Perangi Stunting, AKI dan AKB Bangun ‘Rumah Sehat’ Hingga Pelosok

SHNet, JAKARTA – Relawan Prabowo ‘Rabu Biru Untuk Indonesia’ (RBUI) meluncurkan program unik dengan mendirikan ‘Rumah Sehat RBUI’ di sejumlah daerah yang masih tinggi kasus stunting, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

“Rumah Sehat RBUI adalah program utama dari gerakan ini yang fokus pada pemberdayaan kesehatan ibu dan anak melalui kolaborasi dengan berbagai unsur masyarakat, pemerintah dan para tenaga kesehatan,” ungkap Ketua Umum RBUI, Henny Daeng Parani dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (8/11/2023).

Henny menjelaskan, program ini berkomitmen mendirikan pusat-pusat kesehatan yang menyediakan layanan penting bagi ibu dan anak. Pendekatan kolaboratif ini penting dalam mengatasi isu-isu kritis seperti kematian ibu dan bayi serta stunting. Salah satu yang unik dari program “Rumah Sehat Rabu Biru Untuk Indonesia” adalah penggunaan inovasi teknologi kesehatan yang diciptakan oleh anak bangsa, “TeleCTG”.

Teknologi canggih ini sebagai alat deteksi dini bagi ibu hamil, berkontribusi dalam mencegah kematian ibu, bayi, dan stunting. Menariknya, TeleCTG dikembangkan dan diproduksi oleh para ahli dari Ciawi, Kabupaten Bogor. Inisiatif ini diharapkan Henny menjadi percontohan nasional. Gerakan dimulai di Kabupaten Bogor dan ditargetkan meluas ke sejumlah daerah untuk mencegah kematian ibu, bayi serta stunting.

“Gerakan RBUI peduli untuk memperkuat kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia,” ucap Henny. Masalah stunting (gizi buruk), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia memang masih menjadi ancaman serius yang memerlukan penanganan cepat dan tepat.

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menyebutkan, prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi di angka 21,6 persen di 2022, padahal pemerintah manargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024. Pemerintah meyakini, stunting bukan hanya urusan tinggi badan tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis.

Hasil SSGI ini untuk mengukur target stunting di Indonesia. Sebelumnya SSGI diukur 3 tahun sekali sampai 5 tahun sekali. Tetapi mulai 2021 SSGI dilakukan setiap tahun. Penurunan stunting ini banyak terjadi di masa pandemi bukan terjadi di masa biasa. Daerah yang paling banyak penurunan angka stunting adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Banten.

Acara peresmian Rumah Sehat RBUI berlangsung pada 19 Agustus 2023 lalu, di Desa Puspasari, Kabupaten Bogor. Pada kegiatan tersebut, 100 ibu hamil dan 100 bayi menerima pemeriksaan kesehatan menyeluruh, konsultasi dengan para ahli, dan distribusi gizi tambahan sebagai upaya preventif. Kegiatan ini dibuka oleh Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudi Susmanto didampingi Kepala Desa Puspasari, Kurnia Nurdin, bekerja sama dengan RSUD Cibinong dan Puskesmas setempat. Turut hadir para dokter kandungan dan seluruh tenaga medis.

Ratusan Ibu dan balita mendapat pelayanan kesehatan pada peluncuran ‘Rumah Schat RBUI’ di Bogor. (Dok/SHNet).

Pada kegiatan ini juga diadakan penyuluhan kesehatan oleh Dr. dr. Raendi Rayendra, SpKK, M.Kes selaku kakak asuh cegah stunting Kota Bogor. Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi yang berulang, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Apabila seorang anak memiliki tinggi badan lebih dari -2 standar deviasi median pertumbuhan anak yang telah ditetapkan oleh WHO, maka ia dikatakan mengalami stunting.

Dalam upaya penanganan stunting di Indonesia, pemerintah sendiri sudah menargetkan Program Penurunan Stunting menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang. Angka ini diakui pemerintah sulit dicapai, karenanya memerlukan kepedulian semua pihak termasuk relawan.

Selain itu, kondisi ekonomi di Indonesia selama pandemi berlangsung sedang tidak baik-baik saja. Di tengah angka kemiskinan dan pengangguran yang kian meningkat, tak dapat dipungkiri bahwa peningkatan terhadap prevelensi stunting di Indonesia mungkin saja terjadi. Faktor ekonomi keluarga berkaitan erat dengan terjadinya stunting pada anak.

Hal ini karena kondisi ekonomi seseorang memengaruhi asupan gizi dan nutrisi yang didapatkannya. Di Indonesia sendiri, akses terhadap makanan bergizi seimbang belum merata. Padahal faktor utama terjadinya stunting adalah kurangnya asupan gizi anak pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pertumbuhan otak dan tubuh berkembang pesat pada 1000 HPK yang dimulai sejak janin hingga anak berumur dua tahun.

Pemenuhan gizi pada tahap tersebut sangat penting agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Pola asuh orang tua juga berperan penting dalam mencegah stunting, AKI dan AKB. Oleh karena itu, perlu digencarkan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya stunting dan cara pencegahannya.

Sehingga kelak ketika sudah menjadi orang tua diharapkan masyarakat dapat berperan dalam mencegah stunting sejak dini. Sehingga, prevelensi stunting di Indonesia tidak berada di angka mengkhawatirkan lagi. Inisiatif ini diharapkan menjadi contoh nasional dan direplikasi secara massal di beberapa daerah lainnya di Indonesia termasuk kota Bogor, Jogja dan beberapa daerah lainnya.

Program revolusioner Rumah Sehat RBUI telah membuka kesempatan bagi 5,4 juta ibu hamil di Indonesia untuk mendapatkan kesetaraan pelayanan kesehatan berkualitas berbasis telemedisin.

Para orang tua diarahkan mendapat konsultasi hidup sehat dari dokter kandungan bahkan di daerah pelosok sekalipun. Tak hanya itu, inisiatif inovatif ini juga mendukung program ketahanan kesehatan melalui dukungan terhadap teknologi dan inovasi karya bangsa yang sejalan dengan strategi dan tujuan dari Pemerintah. (Non)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU