26 January 2025
HomeBeritaRemaja Pengungsi Afganistan Jadi Korban Kekerasan Sekuriti UNHCR Jakarta

Remaja Pengungsi Afganistan Jadi Korban Kekerasan Sekuriti UNHCR Jakarta

Jakarta- Remaja asal Afghanistan berstatus pengungsi, Haydari Mehran (19) terbaring di RS Tarakan, Jakarta Pusat, Sabtu(11/11/2021). Kepala, wajah, dan punggungnya lebam akibat serangan belasan security gedung Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) memukulinya di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Bermula, seorang pengungsi perempuan bersama anaknya yang masih dibawah umur asal Afghanistan, mendatangi kantor UNHCR untuk menanyakan kejelasan atas ketertundaan dia selama 5 tahun untuk mendapatkan pemukiman kembali di negara ketiga (ressetlement). Ibu itu memanggil Mehran untuk membantu menerjemahkan kepada security UNHCR. Tidak lama petugas mendorong ibu dan anak itu sambil berteriak di hadapan mereka. Mehran mencoba melerai security agar tidak menyakiti ibu dan anak itu.

Lalu mereka berbalik melakukan tindakan represif terhadap Mehran, ibu dan anak itu menjatuhkan diri untuk melindungi Mehran agar security menghentikan pukulannya. Security sempat membawa Mehran ke dalam gedung UNHCR dan melanjutkan hantaman mereka sampai remaja itu babak belur.

“Seorang security memaksa Mehran meminum air, meskipun Mehran menolaknya sambil berteriak dan menangis, ‘dont…dont…dont’ setelah meminum air itu Mehran tidak sadarkan diri,” jelas Zakira (17) asal Afghanistan.

Haydari Mehran (19) pengungsi asal Afghanistan terbaring lemah akibat pengroyokan oknum security UNHCR di RS Tarakan, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2021).

Ketika para pengungsi lainnya meminta Mehran dikembalikan, security tersebut mengatakan Mehran telah pergi dan tidak ada di kantor. Selang kurang lebih 2 jam
Mehran ditemukan di Mesjid samping gedung kantor UNHCR. Zahra pengungsi asal Afghanistan yang sedang mengambil wudhu untuk solat, mendengar suara rintihan, dan ketika itu mesjid dalam kondisi sepi tidak ada orang. Lalu dia menghampiri Mehran yang sedang terbaring lemah tak berdaya dengan luka lebam dan berdarah di bagian kepalanya.
Mehran sempat tidak sadarkan diri, Zahra lalu memanggil pengungsi lainnya untuk membantu membawanya ke RS Tarakan dengan ambulan.

Orang tua Mehran di Afghanistan mengetahui kondisinya saat ini. “Dia tidak ingin ibunya mengetahui dan membuat ibunya menangis khawatir. Mehran sungguh tidak bersalah, selama ini dia selalu membantu kami untuk menerjemahkan serta menjelaskan apa yang tidak kami pahami. Dia selalu menjadi mediator antara kami dengan pihak UNHCR,” Jelas Ali (22). (muniroh)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU