SHNet, Jakarta- Anda mengalami gangguan seksual? Saat ini tengah mengalami disfungsi ereksi, ejakulasi dini, dan gairah seksual menurun drastis?
Tak usah bingung mencari biang masalahnya. Kebiasaan konsumsi minum atau makan dari kemasan plastik keras polikarbonat, atau terpapar senyawa berbahaya Bisfenol A (BPA) di rumah atau tempat kerja, bisa jadi penyebabnya.
Dampak negatif senyawa BPA yang memicu gangguan seksual pada kaum pria ini adalah hasil temuan riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Zhonghua Nan Ke Xue pada 2018 oleh pusat reproduksi Taiyuan atau Shanxi Reproductive Center, China.
Studi ini diberi judul “Hubungan antara Paparan Harian Bisfenol A dan Fungsi Seksual Pria: Studi dari Pusat Reproduksi” yang melibatkan 353 partisipan di China.
“Pekerja yang terpapar BPA memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap disfungsi seksual pria di semua aspek fungsi seksual, dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpapar. Menariknya, terdapat hubungan dosis-reaksi, yang berarti semakin tinggi paparan BPA, semakin tinggi pula risiko disfungsi seksual,” tulis kesimpulan hasil studi tersebut.
Riset dilakukan di Shanxi Reproductive Center antara September 2014 dan April 2015, dengan mengeksplorasi hubungan antara fungsi seksual pria dan paparan harian terhadap BPA. Metodenya melibatkan pria pasien yang mencari pengobatan infertilitas akibat masalah yang disebabkan oleh salah satu pasangan mereka. Data mengenai karakteristik umum, fungsi seksual, dan sampel darah vena puasa dikumpulkan.
Hasil penelitian kemudian menggambarkan hubungan yang kuat antara paparan BPA dengan disfungsi seksual, termasuk hasrat seksual yang rendah, kemampuan ereksi yang menurun, intensitas ejakulasi yang berkurang, dan ejakulasi dini.
Dari 353 partisipan, 45,0% di antaranya mengalami disfungsi seksual, dengan kurangnya hasrat seksual (47,3%) sebagai penyebab utama. BPA terdeteksi pada semua pasien dengan konsentrasi berkisar antara 0,38-21,93 ng/ml dan rata-rata sebesar 5,79 ng/ml.
Hasil temuan terbaru ini, mengukuhkan hasil riset sebelumnya yang dilakukan oleh para peneliti gabungan dari Amerika Serikat dan China pada 2010. Penelitian yang didukung dana hibah dari US National Institute of Occupational Safety and Health ini, difokuskan pada pekerja pabrik di China yang terpapar BPA di lingkungan kerja mereka.
Kesimpulan kedua penelitian tersebut juga sama, bahwa paparan BPA, senyawa kimia yang umumnya digunakan dalam produk plastik dan resin konsumen, memiliki dampak serius terhadap fungsi seksual pria.
“Para pembela keamanan BPA selama ini telah meminta bukti dampak negatif BPA pada manusia melalui penelitian ilmiah,” ungkap De-Kun Li, penulis utama penelitian ini sebagaimana dikutip dari jurnal Nature Reviews Urology (Feb. 2010). “Kini, temuan kami mulai menunjukkan dampak buruk BPA pada fungsi seksual pria.”
Penelitian ini melibatkan 164 pria yang terpapar BPA dalam kadar tinggi di tempat kerja dan 386 pria yang tidak terpapar. Hasilnya menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar BPA memiliki risiko signifikan berkurangnya hasrat seksual, disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, dan menurunnya kepuasan seksual; semua diukur menggunakan Indeks Fungsi Ereksi Internasional dan Inventaris Fungsi Seksual Pria Singkat.
Para peneliti juga menemukan hubungan dosis-reaksi antara paparan BPA dan risiko disfungsi seksual. Bahkan, dampak signifikan terhadap fungsi seksual sudah terlihat pada pria yang terpapar BPA selama 1 tahun atau kurang.
De-Kun Li lebih jauh menjelaskan, “Pada hewan, BPA berdampak buruk pada fungsi seksual hewan jantan melalui efek estrogenik dan antiandrogeniknya. Sebelum publikasi kami ini, belum pernah ada sebelumnya penelitian pada manusia yang menunjukkan efek BPA pada fungsi seksual pria.”
Bisfenol A (BPA) adalah senyawa kimia sintetis yang banyak digunakan dalam pembuatan resin epoksi, material polimer, dan plastik polikarbonat seperti pada galon isi ulang yang melimpah peredarannya di Indonesia.
BPA melimpah di lingkungan sekitar kita, hadir dalam bentuk wadah makanan, galon air minum isi ulang, botol susu bayi, kertas termal, mainan, perangkat medis, dan masih banyak lagi, serta meresap ke dalam tanah dan air melalui proses pelarutan.
BPA merupakan zat pengganggu endokrin yang sangat kuat dan memiliki potensi untuk mengubah beberapa mekanisme tubuh. Banyak penelitian telah mengonfirmasi tindakan anti-androgen dan efek mirip estrogennya, yang memberikan dampak negatif pada kesehatan, terutama pada sistem kekebalan tubuh, proses neuroendokrin, dan mekanisme reproduksi. Selain itu, BPA juga dapat menyebabkan mutagenesis dan karsinogenesis yang bisa memicu risiko kanker pada tubuh manusia.
Hasil kedua riset internasional tersebut tampaknya perlu disikapi serius. Untuk mengatasi ancaman BPA yang sangat meluas, khususnya di Indonesia, selain menunggu kebijakan dan regulasi pemerintah yang lebih ketat, agaknya masyarakat selaku konsumen perlu lebih proaktif dengan mengurangi paparannya.
Mengurangi produk kemasan plastik yang mengandung BPA bisa dimulai dengan menghindari produk-produk galon plastik dengan tanda daur ulang nomor 7, yang menunjukkan keberadaan BPA.
Selain itu, penggunaan botol atau galon air dan wadah makanan yang terbuat dari bahan alternatif yang bebas BPA, seperti galon plastik bening jenis polyethylene terephthalate (PET) adalah pilihan yang lebih dianjurkan karena lebih aman.
Dalam menghadapi ancaman BPA, pengetahuan adalah senjata terbaik. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya BPA dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, masyarakat dapat melindungi diri dan generasi mendatang dari risiko kesehatan akibat senyawa kimia yang sangat berbahaya ini. (Stevani Elisabeth)