Jakarta– Lembaga Alkitab Indonesia bekerja sama dengan Persekutuan Karyawan Kristen Katolik Bank Indonesia pada Jumat 19 Agustus 2022 menyelenggarakan Webinar Oikumene 2022, Jumat (19/08/2022).
Webinar bertema “Memimpin dalam Perbedaan dan Keragaman” tersebut sejalan dengan Tema besar yang diberikan oleh Bank Indonesia yaitu Better Friend, Better Person and Better leader, khususnya segmen Better Leader. Webinar ini dihadiri masing masing oleh unsur dari Persekutuan Karyawan maupun dari Lembaga Alkitab Indonesia dengan peserta kurang lebih 100 orang.
Acara yang diselenggarakan dalam rangka memberikan insight dan memotivasi karyawan dalam membangun nilai hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan ini mengundang Staff Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Antonius Benny Susetyo.
Benny Susetyo mengatakan, keberagaman Indonesia adalah kenyataan yang tidak bisa kita tepis, keberagaman multidimensi itu hendaknya dipandang bukan sebagai suatu tantangan atau alasan menuju perpecahan.
Dalam Pembukaannya Moderator Anita Lubis menyatakan, Indonesia memiliki beragam budaya, bahasa, agama dan kepercayaan dalam perjalanan berkehidupan berbangsa dan bernegara tentu banyak terjadi gesekan dan perpecahan, karenanya kita memerlukan pandangan yang lebih luas dalam upaya menjalin dan menjaga keberagaman ini sebagai suatu potensi dan bukan batu sandungan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Benny Susetyo yang merupakan doktor komunikasi politik menyatakan, kenyataan Indonesia yang beragam secara nyata telah dilindungi konstitusi. U tuk itu, seluruh masyarakat Indonesia harus menghargai perbedaan dan menjaga keberagaman itu sebagai modal dasar dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Dia mengatakan, habituasi Pancasila yang lahir dari intisari Budaya, etnis dan agama di Indonesia patut dilaksanakan dengan baik.
“Negara yang berbhinneka tunggal ika dapat terjadi jika setiap bangsa indonesia tidak eksklusif , tidak menang sendiri dan segala hal yang dilaksanakan selalu untuk kepentingan semua lapisan bangsa Indonesia,” kata Romo Benny.
Staff khusus Dewan Pengarah BPIP tersebut juga menyatakan, seluruh Masyarakat Indonesia harus mau membuka diri dengan menjadi inklusif dan selalu membangun persatuan serta kolaborasi dalam berkehidupan bermasyarakat. Seringkali di masa sekarang, jelasnya, masyarakat Indonesia lalai untuk berkontribusi positif kepada Bangsa Ini dan terjebak dalam mentalitas korban yang selalu merasa paling tersakiti.
“Padahal lebih dalam perlu instropeksi lebih dalam mengenai sudah bermanfaatkah kita sebagai untuk masyarakat, sudahkah kita minimal memimpin diri sendiri untuk memberi dampak baik pada lingkungan sekitar Dan lebih lanjut pada bangsa dan Negara?,” jelas Benny Susetyo.
Dalam Webinar yang dihadiri perwakilan dari daerah seluruh Indonesia antara lain Kalimantan Timur, Banten dan Jakarta tersebut, Romo Benny menyatakan, hendaklah semua dalam spirit Hari Proklamasi Indonesia mulai memimpin diri sendiri untuk merdeka dari rasa takut, merdeka dari mental korban, serta merdeka dari eksklusifitas yang memberi dampak buruk bagi negara ini.
Romo Benny mengharapjan, hendaknya semua mulai kembali pada nilai-nilai luhur universal dan cinta kasih yang terkandung dalam Pancasila tidak hanya pada tataran teori dan ucapan.
Sebagai Manusia Indonesia yang Berpancasila, jelas Romo Benny, hendaknya benar menjadi contoh bagi seluruh lapisan bangsa Indonesia yang beragam tentang bagaimana menghabituasikan nilai Pancasila sesungguhnya dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara sehari-hari.
Hsl itu, katanya, dapat dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga dengan menjauhkan sikap eksklusif, mengajarkan anggota keluarga khususnya anak anak agar bergaul dengan semua unsur masyarakat yang beragam di sekitar dan senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan berdasar kasih.
“Begitu juga dalam lingkungan kerja dengan mengeluarkan kebijakan yang tidak diskriminatif dan mampu mengakomodir seluruh unsur yang beragam di lingkungan pekerjaan, serta mau selalu berkolaborasi dan berkontribusi aktif dalam menjaga lingkungan kerja tetap kondusif,” tutur Benny.
Di akhir diskusi, moderator menyatakan bahwa sebagai anak bangsa, harus menyadari bahwa hidup dalam keberagaman merupakan suatu keniscayaan, dan kesadaran akan keberagaman adalah fitrah.
Dia mengatakan, seluruh lapisan Bangsa Indonesia hendaknya dapat menyandingkan ajaran Pancasila dengan ajaran luhur nilai-nilai agama secara universal untuk hidup rukun dalam keberagaman dan senantiasa menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan antara kepentingan umum dan kepentingan pribadi.
Menurutnya, sebagai Bangsa Indonesia hendaknya nilai-nilai Pancasila selalu menjadi dasar dan panduan demi menciptakan kerukunan hidup. Hal ini, jelasnya, dapat dimulai dari gerakan multikultur dan inklusif yang diterapkan sejak dini pada anak anak di lingkup keluarga dan masyarakat di sekitarnya, agar semakin memperkokoh kerukunan dan persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.(dd)