21 May 2024
HomeBeritaUsulan Semen Indonesia Untuk Penyelesaian ODOL

Usulan Semen Indonesia Untuk Penyelesaian ODOL

SHNet, Jakarta-Penerapan Zero ODOL (Over Dimension Overload) dipastikan akan menyebabkan populasi armada akan bertambah. Armada-armada ini  akan memenuhi jalan-jalan raya dan akan menambah crowded dan second time pengiriman.

Hal itu disampaikan General Manager Transportation Management Semen Indonesia Group, Achmad  Nuril baru-baru ini. Dengan kondisi normal sekarang saja di mana Zero ODOL belum dilaksanakan sepenuhnya, katanya, pengirimannya misalnya di pulau Jawa atau di Jawa Timur saja bisa memakan waktu dua hari. “Nanti, pada saat Zero ODOL dijalankan, semua komoditi akan menggunakan unit armada dimana kapasitasnya akan turun 50 persen. Artinya, kendaraannya nanti akan bertambah dua kali lipat dan akan mengokupasi jalan raya. Dampaknya, populasi dan second timenya akan semakin panjang,” ujarnya.

Dari sisi biaya pasti, semuanya pasti akan naik. Menurut Nuril, semua pabrik dan industri juga pasti akan berhitung terkait kenaikan biaya ini. Tapi, apa kemudian itu dari sisi konsumen paham atau tidak, itu pasti mekanisme pasar yang akan menentukan. “Yang jelas, operasional pasti naik dan penyediaan armada serta second time pengirimannya akan lebih panjang,” katanya.

Karenanya, Semen Indonesia mengusulkan agar ada perbaikan kualitas jalan dalam jangka panjang. Hal itu menurut Nuril bertujuan supaya kendaraan-kendaraan besar itu bisa jalan jauh dengan lebih baik. Karena, untuk mengurangi biaya penambahan armada akibat kebijakan Zero ODOL, industri pasti akan banyak yang menggunakan trailer. “Saat ini kan nggak banyak jalan yang dilewati trailer. Nah, kalau misalnya nanti pemerintah itu menjamin membangun jalan-jalan dengan kualitas kelas 1, kendaraan-kendaraan itu bisa berlalu lalang dan akan banyak membantu. Itu jangka panjangnya begitu,” tuturnya.

Dalam jangka pendek, kata Nuril, mungkin dengan mempermudah izin keluaran armada. Sekarang ini, dia mendapatkan informasi bahwa pengadaan armada itu sangat sulit.  “Informasinya kan pengadaan armada banyak yang nggak gampang. Jadi, teman-teman tambah armada itu juga lama. Proses pengadaan itu bisa saja proses dia belinya atau proses pengurusan administrasinya sehingga layak jalan di jalan raya,” ungkapnya.

Selain itu, untuk mengalihkan moda transportasi ke kereta api, perlu penyediaan gudang yang banyak. Menurutnya, ke depan, kereta api ini akan menjadi transportasi favorit.  Hal itu karena waktu yang dibutuhkan relatif tetap dan mereka menggunakan jalur sendiri. “Jadi, ke depan, mungkin pihak KAI harus menyediakan lebih banyak rangkaian dengan mengatur agar jalannya tidak saling bersinggungan. Kemudian dibangun gudang-gudang di stasiun sehingga memudahkan penyimpanan di sana sebelum dilakukan pengiriman,” katanya.

Dia juga menyarankan agar penyediaan gudang-gudang itu tidak dilakukan di tengah kota. KAI harus mencari tempat tidak masuk di kota, tetapi juga akses dari ke kereta api dan pelabuhan juga bisa dijangkau. “Bayangan saya sih, begitu keluar tol, armada bisa masuk ke area pergudangan. Kalau kereta api, ya mungkin dari stasiun kereta api kemudian ke pergudangan, yang kemudian pada proses pemindahan barang itu bisa dilakukan dengan baik dan cepat,” ucapnya.
Dia mengutarakan bahwa problemnya selama ini terkait kelas jalan. Kalau itu tidak disiapkan, saat kendaraan turun dari tol menuju ke penyimpanan  maka jalan akan rusak. “Ketika jalannya rusak, itu pasti akan menghambat juga,” ujarnya.

Nah kalau nanti akan diterapkan seperti itu, kata Nuril, harus dari awal sudah disiapkan. Dan menurutnya, itu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menyiapkan agar aktivitas logistik bisa berjalan dengan lancar.

Kata Nuril, prinsipnya memang harus disiapkan agar truk keluar dari tol kemudian menuju ke lokasi-lokasi yang disiapkan sebagai tempat penyimpanan itu jalannya juga sudah sesuai.  Hal ini untuk menghindari  jangan sampai pada perjalanannya ini terjadi kerusakan yang pada akhirnya barang ini tidak bisa keluar masuk. “Kalau tidak disiapkan nanti malah jadi mengganggu aktivitas di sana. Sangat crowded, belum lagi sebagian jalan yang digunakan oleh masyarakat sehingga di sana nanti menjadi waktu yang lama untuk keluar masuk di sana,” katanya.

Selain itu, menurutnya, gudang-gudang yang dibangun nantinya juga harus ada klasifikasinya mana untuk makanan dan minuman atau consumer goods dan mana yang bukan. Karena masing-masing ini memiliki tipe yang berbeda-beda. “Karena itu akan berpengaruh terhadap fast moving tidaknya. Kalau menurut kami, orang ahli logistiknya harus berpikir ke sana sehingga harus dikelompokkan supaya nanti nggak sampai membuat masalah,” tuturnya.

Terkait moda transportasi tol laut, Nuril mengatakan sebenarnya tol laut itu diharapkan biayanya lebih murah karena merupakan program pemerintah. Tapi, katanya, masalahnya tidak ada perimbangan antara barang-barang dari Jawa ke Indonesia Timur sama kembalinya. Ini juga yang harus dipikirkan bersama. Karena, kondisi ini yang lantas menyebabkan kemudian lintas kontainernya dan segala macam itu harus memenuhi persyaratan-persyaratan mereka dan membuat ongkosnya menjadi mahal. “Tapi ke depan, ini bisa jadi salah satu solusi yang sangat membantu dalam rangka untuk memastikan bahwa barang itu ada di pasar terutama di area-area yang coveragenya di luar pulau, tol laut banyak digunakan di situ,” katanya. (cls)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU