5 December 2023
HomeBeritaKetua Umum Sinode GKS: Gereja Harus Jadi Solusi Masalah Sosial

Ketua Umum Sinode GKS: Gereja Harus Jadi Solusi Masalah Sosial

Kodi-Ketua Umum Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) Pendeta Marlin Lomi S.Th meminta agar gereja menjadi solusi dari berbagai masalah sosial yang ada dalam masyarakat, terutama di Pulau Sumba. Sebab, hal itu merupakan panggilan gereja bersama dengan komponen masyarakat lain.

Hal itu disampaikan dalam Pembukaan Sidang II Majelis Sinode GKS di Jemaat Panenggo Ede, Kodi Balaghar, Sumba Barat Daya, NTT pada Rabu (25/10/2023). Sidang yang digelar 25-27 Oktober 2023 ini dihadiri Wakil Bupati Sumba Barat Daya, Marthen Christian Taka, Tokoh Masyarakat Sumba, seperti Drs. Umbu Sappi Pateduk (Umbu Bintang), Yulianus Poteleba, Rektor UKAW Kupang dan Rektor UKSW Salatiga dan dihadiri perwakilan dari 48 Klasis GKS se-daratan Sumba.

“Saya ajak agar berjuang bersama untuk mewujudkan tanda-tanda kerajaan Allah. Gereja bersama  pemerintah dan komponen bangsa lain untuk mengkonkretkan panggilan gereja bagi masyarakat dan dunia ini,” jelas Pendeta Marlin dalam Sidang Sinode yang mengambil tema “Bertolaklah ke Laut yang Dalam dan Tebarkan Jalamu” (Lukas 5:4)

Marlin mengingatkan, situasi global yang sedang dilanda resesi dan berbagai krisis, termasuk kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan berbagai masalah social, seperti kekerasan terhadap perempuan dan anak, stunting, el nino, hama belakang, masalah ekologi dan maraknya sikap intoleran dan era digital yang makin mencemaskan dan mengkuatirkan.

“Ini menjadi panggilan gereja untuk memberdayakan dan berani keluar gereja ritualistik konvensional menurju gereja yang berbuah melalaui pelayanan holistik yang bisa menjadi solusi bagi persoalan yang ada. Stop banyak bicara, stop banyak narasi. Lebih baik bekerja dan mari bersama membangun GKS,” tegas Pendeta Marlin.

Untuk itu, katanya, secara kelembagaan GKS banyak harus banyak berbenah untuk memastikan lembaga berfungsi sebagai pendukung pelayanan dan berkomitmen untuk menjadi kekuatan bersama dalam melakukan pembaruan, reformasi, transformasi bergejea dan berpelayanan.

Pendeta Marlin menjelaskan, Sidang Sinode II ini diharapkan mampu merumuskan kebijakan strategis pelayan bagi GKS. Sesuai dengan tema sidang sinode merupakan refleksi refleksi pelayanan GKS pada semua aras sinode dan jemaat.

“Tantangan dan pergumulan dalam pelayanan, seringkali berhenti di tempat yang dangkal, aman, dan tidak berisiko. Tidak berani melangkah untuk maju dan jauh, karena dikuasai rasa takut dan kuatir. Meski tahu, Tuhan menyuruh untuk melakukan sesuatu dan langkah maju untuk masuk lebih dalam lagi. Makna yang sangat dalam. Di tempat yang dalam itu, Tuhan ada rencana indah bagi Tuhan dan Gereja. Ke laut yang dalam, ada badai, angin kencang, ada ombak, ada resiko kapal karam dan tenggelam. Tuhan tidak akan meninggalkam.Tuhan adalah nahkoda dan juru mudi,” tegasnya.

Menurutnya, bertolak ke laut yang dalam dan tebarkan jalamu merupakan sebuah ajakan yang memberi kekuatan iman untuk terus melangkah menjelang usia ke-77 GKS di tahun 2004. “Ajakan dalam pelayanan bersama sebagai GKS. Kesatuan hati dan kerativitas, kerjasama untuk pelayanan. Motivasi yang kuat, invoasi dan cara baru untuk memahami pelayanan melalui hikmat Allah,” tuturnya.

Krisis Pangan

Sementara itu, Wakil Bupati Sumba Barat Daya (SBD), Marthen Christian Taka mengataan, Sidang Sinode II GKS merupakan momentum sarat makna yang dapat memberi petunjuk bagi komitmen bersama dan pergumulan GKS dalam melayani umat menuju jalan kebenaran dan kebaikan. “Pestiswa ini mengindikadikan adanya pertumbuhan iman bagi umat Kristen dalam memaknai setiap pergumulan sebagai pembelajaran,” katanya.

Dari sudut pemerintah, kata Christian, warga gereja juga warga Negara, sehingga peran gereja dalam membimbing ke jalan kebaikan merupakan titik singgung fungsi gereja dan pemerintah. “Sebagai pemimpin, saya ucapakan terima kasih dan penghargaan kepda semua pimpinan GKS, pendeta dan seluruh umat GKS yang berperan dan melaksanakan berbagai kegiatan gereja untuk melayani kebutuhan rohani masyarakat,” tegas Christian.

Untuk mewujudkan peran kontekstual gereja dalam masyarakat, seluruh umat memikul salib untuk menjadi pelopor untuk menciptakan kehidudpan masyarakat Sumba umumnya dan SBD khususnya yang penuh pancaran kasih Kristus. Kasih mengharuskan adanya pengorbanan, pengorbabab Yesus di kayu salib harus menjadi inspirasi umat Kristen untuk berkorban  bagi sesama, daerah dan bangsa.

“Hal ini merupakan manifestasi dari peran  bergereja dalam masyarakat hanya terlihat kalau seluruh umat mampu memahami peran sentral sebagai pemikul salib, sadar untuk berperan berarti dalam masyara sesuai panggilan hidup masing-masing,” tegasnya.

Wabup Christian juga mengungkapkan, perkembangan dunia yang lagi tertutup. Dunia menghadapi iklim ekstrem, kemarau panjang. Bahkan, suhu sampai 43 derajat Celsius di. Waitabula. “Tingkat kepanasan seperti itu ancaman buat bumi, buat ekosistem yang ada. Lewat persidangan ini, semoga menjadi agenda tersendiri, program dan kerja gereja untuk memelihara bumi sebagai bagian dari gereja,” tuturnya.

Dia secara khusus mengingatkan, iklim ekstrim itu berdampak kepada krisis pangan.Kenyataannya, tidak hanya di Kodi, tetapi juga dirasakan di seluruh SBD. Krisis pangan sedang terjadi. Bagaimana menegatasinya, tema yang ada, kita diajak ke tempat yang dalam. “Tentunya, butuh kecerdasaran, karena luat dalam dan jauh ada banyak ancaman. Butuh kearifan untuk bisa luput dari situasi yang cukup mengancam umat manusia. Angka stunting, SBD urut kedua setelah TTS. Stunting bukan penyakit, tetapi karena orang tua lengah terhadap Balita, asupan gizi. Kekurangan gizi menjadikan anak merana, gagal tumbuh. Ini ancaman, bukan hanya tugas pemerintah, tetapi gereja perlu melakukan langkah taktis untuk lepas dari stunting,” katanya.

Sidang Sinode II GKS di Kodi Balaghar ini, juga menampilkan berbagai paduan suara dari Mahasiswa/mahasiswi Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang dan paduan suara dari Paroki Kodi Balaghar. Kebersamaan dalam menyukseskan Sidang Sinode II ini, bukan hanya datang dari jemaat dan Klasis Kodi Balaghar, tetapi datang dari berbagai pihak mulai Pemerintah SBD, Kecamatan, Desa dan Umat Katolik dari Paroki Kodi Balaghar.(den)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU